Jumat, 19 Maret 2010
Sinotif, Franchise Bimbingan Belajar Tetap Bersinar
SinotifStrategi jitu mutlak diperlukan guna memenangkan persaingan. Tak terkecuali pada bisnis pendidikan. Seperti yang dilakukan Sinotif dengan memberikan bimbingan khusus untuk bidang eksakta serta penerapan metode pengajaran dengan sistem semi private. Wiyono
Bisnis pendidikan, semisal lembaga bimbingan belajar (bimbel), kini telah menjamur ke berbagai pelosok. Sinotif, contohnya, merupakan salah satu pemain di bisnis pendidikan yang memilih berkonsentrasi menggarap pasar di wilayah Jabodetabek. Kendati lembaga semacam ini banyak bermunculan, dengan keistimewaan yang dimiliki, Sinotif optimis bakal menjadi pemain yang diperhitungkan.
Menurut Hindra Gunawan, President Director PT Sinotif International, Sinotif memiliki keistimewaan karena bimbel yang pertama kali memperkenalkan sistem belajar semi privat yakni dengan perbandingan satu guru mengajar sekitar 5 anak. Berbeda dengan lembaga lain yang biasanya menetapkan standar satu guru untuk 20 siswa. Dengan sistem kelas kecil tentu saja anak mendapatkan suasana belajar yang lebih kondusif.
Keistimewaan lain, bimbingan yang diberikan pun khusus bidang eksakta, yaitu bidang studi matematika, fisika dan kimia saja. Uniknya, selama ini siswa-siswi yang menjadi peserta, baik dari jenjang sekolah SD, SMP sampai SMU merupakan siswa sekolah-sekolah swasta unggulan nasional serta sekolah international. Dan tidak satu pun murid yang berasal dari sekolah negeri.
Seperti dijelaskan Hindra, perbedaan Sinotif dengan bimbingan belajar yang lain adalah pada perancangan materi dan metode pelayanan siswanya. Dengan metode pelayanan semi privat, dipastikan setiap siswa bisa dibantu dan mendapatkan apa yang dibutuhkan. Terlebih lagi siswa bebas memilih jadwal belajar sesuai dengan kesibukan mereka masing-masing atau waktu senggang orang tua yang akan mengantarkan. Siswa juga belajar tiga mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan. “Di saat bimbingan belajar pada umumnya main ‘pukul rata’ terhadap semua siswa, di Sinotif kami kami melayani setiap siswa secara personal, sesuai kebutuhan masing-masing siswa,” ujar Hindra yang memilih membidik kalangan menengah keatas.
Sinotif dirintis oleh dua orang, Hindra bersama rekannya, Anthonyus Kuswanto. Keduanya lulus dari jurusan Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta, tahun 1993. Kebetulan Hindra adalah wisudawan terbaik dan senang mengajar sejak masih SMP. Ia juga menjadi pakar hipnotrapy dan hypno parenting yang juga sering menjadi pembicara seminar. Sementara Anthonyus Kuswanto, atau yang kerap disapa Anton, dipercaya untuk menempati posisi Franchise Director, setelah Sinotif mulai mengembangkan kerja sama waralaba.
Meskipun baru diresmikannya sejak 1998, sejatinya rintisan usahanya sudah dilakukan jauh sebelumnya. Namun ketika itu baik Hindra maupun Anton berjalan sendiri-sendiri. Dan sebagaimana anggapan orang, bisnis pendidikan adalah bisnis yang tahan terhadap krisis. Terbukti, meskipun terjadi krisis moneter bisnis yang dijalankan berdua tersebut justru bisa tumbuh dan berkembang hingga menjadi 7 cabang. Dan rata-rata, setiap cabang terdapat sekitar 200 siswa. Kemudian selama dua tahun-turut, yakni 2006 dan 2007, Sinotif meraih dua penghargan Best Profit dan Best Have dari Action Coach.
Padahal sesuai segmen pasar yang disasar, biaya kursus yang dipatok Sinotif relatif lebih tinggi dibanding bimbel biasa. Meski begitu besarnya biaya bimbingan tersebut diimbangi dengan kualitas layanan. Keduanya berani menjamin, siswa lulusan mereka pasti bisa memperoleh nilai minimal 8 pada ujian akhir nasional (UAN).
“Biaya kursus kita bagi dua, untuk siswa sekolah swasta nasional dan internasional. Untuk sekolah nasional plus; SD biayanya Rp500 ribu/bulan, SMP Rp625 ribu/bulan, dan SMU Rp675 ribu/bulan. Untuk sekolah internasional masing-masing Rp75 ribu lebih mahal,” papar Anton. “Kita mempertimbangkan kualitas servis yang kita berikan. Kita punya pengalaman mengajar lebih dari 15 tahun. Kalau memanggil guru spesialis, orang tua harus membayar sekitar Rp1 juta/bulan. Dan jika 3 mata pelajaran, maka totalnya Rp3 juta/bulan. Di Sinotif dengan kualitas layanan setingkat guru privat spesialis, tidak lebih dari Rp750 ribu untuk 3 mata pelajaran. Ini harga yang jauh lebih murah,” imbuhnya.
Merasa yakin dengan prospek bisnis yang kian berkembang, tahun 2008 untuk pertama kali Sinotif mulai menawarkan kerja sama franchise. Sampai akhir tahun 2009 ditargetkan sudah ada 10 cabang franchise di seluruh Jabodetabek. Dan setelah itu Sinotif baru akan mengembangkan jaringan ke kota-kota lain.
“Kita hanya membidik kelas menengah ke atas dari sekolah-sekolah unggulan swasta. Kita memperkirakan di Jabodetabek ini ada 30 titik. Untuk Jakarta Utara sudah ada cabang-cabang kita yang mengisi, lainnya coba kita tawarkan kepada investor dalam bentuk kerjasama franchise. Saat ini sudah ada 2 cabang berjalan dan 3 cabang baru kita cari lokasinya,” ungkap Anton.
Anton maupun Hindra berpendapat, pada masa krisis ekonomi para orang tua, terutama kalangan menengah ke atas akan lebih mengutamakan investasi bagi masa depan anak-anaknya. Dan untuk menjamin kesuksesan salah satunya tidak lain adalah pendidikan yang lebih baik. Artinya, masa krisis justru memberikan banyak peluang bagi investor yang tertarik pada bisnis pendidikan.
Berapa besarnya investasi untuk satu cabang Sinotif? Selain biaya awal waralaba (initial franchise fee) yang harus dibayar, calon investor juga harus memnyiapkan dana untuk persiapan operasi awal dan pembukaan, misalnya sewa gedung, renovasi, peralatan, biaya rekruitmen, marketing awal, dan sebagainya. Total yang harus disediakan sekitar Rp750 juta, sudah termasuk franchise fee sebesar Rp300 juta untuk lima tahun. Setiap bulan franchisee dikenai biaya royalty fee yang besarnya tetap Rp3 juta, ditambah 9% dari total pendapatan kotor. Menurut Anton ROI (return of investment) termasuk cepat, sekitar 2 tahun. Bahkan target balik modal usaha dengan asumsi perkiraan jumlah 65 siswa sudah diperoleh dalam 3 bulan.
“Sebagai full business format franchise, maka dukungan yang kita berikan, mulai dari membantu konsultasi set-up gedung, training tim, support marketing, konsultasi, dan langsung kami berikan 5 guru. Salah satu masalah ketika orang mendirikan lembaga kursus, yaitu materi dan guru. Materi kita sudah siap dengan materi yang sangat khas, 7 lapis modul bimbingan belajar,” jelas Anton dan Hindra. Tertarik?s4}
Jika ingin mengutip/menyebarluaskan artikel ini harap mencantumkan sumbernya.