Minggu, 26 Desember 2010

Peluang Usaha atau Peluang Bisnis Untuk Mahasiswa

Untuk memulai usaha atau menjadi wirausaha tidaklah harus menunggu tamat kuliah. Inilah kelebihan bidang karir yang satu ini. Bahkan banyak beberapa pengusaha sukses tidak berlatar tamat kuliah. Bisa kita lihat dari Bill Gates, salah seorang terkaya di dunia, ia merupakan orang yang tidak tamat. Ia memulai usaha selagi menjadi mahasiswa. Nah, peluang usaha atau bisnis apa saja yang bisa dijalankan oleh seorang mahasiswa? atau bahkan pelajar? Akan coba disharingkan di web UniversitasBisnis.com ini, Universitas Online Belajar Wirausaha.

Ada banyak bidang usaha yang bisa dijalankan oleh seorang mahasiswa. Baik yang bermodal besar ataupun bermodal kecil, dan juga bermodal dengkul. Yang bermodal dengkul misalnya terima jahitan, hehe.. kan dengkulnya bergoyang. Haha.. Just kidding, guyon ya.. Saya (Anton Huang) pernah mahasiswa dan pelajar juga. Ada beberapa teman saya yang sudah memulai usaha sambil kuliah, bisa membiayai kuliahnya, bisa membeli buku, komputer, bahkan kendaraan pribadi baik motor ataupun mobil selagi masih kuliah. Ada juga yang sudah bisa membeli tanah dan rumah menjalankan usaha sambil kuliah (yang mana yang anda pilih : bisnis sambil kuliah ataukah kuliah sambil bisnis??). Beberapa bidang peluang usaha buat mahasiswa atau pelajar antara lain memberikan les atau membuka bimbingan belajar. Ini bisa dilakukan sambil tetap kuliah, tinggal atur waktunya saja, fleksibel kok. Yang penting MAU!!

Selain itu, ada banyak pilihan. Pemirsa bisa berjualan pulsa ataupun makanan di kampus. Yang penting, teman-teman beli tetap harus bayar, kontan, gak pake utang. Jadi bisnis bisa jalan. Nah, bagi yang kuliahnya campur dengan orang-orang yang sudah bekerja, atau banyak teman kuliah yang dari kalangan bekerja (bagi yang gak punya teman, ya cari, masuk ke pergaulan baru, sehingga beragam temannya), pemirsa bisa memulai usaha di bidang jasa pengetikan, bikin ringkasan buku terus dijual. Peluang usaha ini pernah dijalankan oleh seorang tokoh sukses di bidang management (yang pernah dapat julukan Manager 1 Milyar), ia membuat ringkasan dan kesimpulan dari buku kuliah yang tebal-tebal, dan menjualnya, sehingga bisa menambah uang kuliahnya di UI waktu itu.

Bagi pemirsa “maha”siswa yang kreatif, bisa memulai usaha di bidang peluang usaha bisnis berbasis kreatif. Wowww… ada banyak peluang di sini. Pemirsa bisa buka usaha jasa design, apakah itu design grafis, web, animasi. Saya dulu juga pernah freelance usaha di bidang design autocad dan 3D. Ada banyak contoh wirausaha sukses di bidang ini yang berasal dari kalangan mahasiswa.

Wah, gimana kalo saya gak kreatif pak Anton? Saya ini orangnya pendiam, hobby saya baca komik. Saya kebanyakan di rumah. Saya gak bakat ngajar juga. Oww.. Jangan cemas. Yang Penting MAU!!!! Pemirsa bisa mulai usaha sewa komik. Buka rental komik. Duhh… saya gak punya tempat nich pak Anton!! Gimana yachhh… Jangan stress… Pemirsa bisa mulai dengan buat web jual komik. Duuhhh.. pak Anton, saya mah gak bisa buat web!! Jangan takut!! Ada teman-teman yang bisa buat web, ya minta jasa mereka atau kerjasama, atau belajar. Semua BISA asalkan MAU!! Ini satu lagi contoh peluang usaha bisnis buat mahasiswa atau yang lagi duduk di bangku kuliah.

Selama perjalanan hidup saya, mulai dari keluar ke dunia hingga sekarang ini, saya telah melihat dan menyaksikan, mendengar, merasakan sendiri juga, ada banyak teman saya selagi saya kuliah, mahasiswa-mahasiswa sukses, yang meraih sukses selagi kuliah. Mereka bukanlah orang-orang yang menurut saya pandai melihat peluang usaha bisnis. Namun, mereka adalah orang-orang yang kejepit, dijepit, ketekan, kepepet, mereka adalah orang-orang yang “diperkosa” untuk mendapatkan uang agar mereka dapat kuliah atau terus kuliah. Ada yang tidak bisa masuk kuliah kalau tidak mencari uang sendiri. Saya pribadi, hahaha.. contohnya pake diri sendiri, narsis banget decchhh.. haha.. Ya, gak lah. Ini saya ceritakan dari pengalaman, jadi bukan teori, ini kisah nyata. Haha… Kayak film saja dech.. Saya “terpaksa” cari uang sejak sekolah (SMU) untuk mengumpulkan uang untuk masuk kuliah. Sejak pelajar SMA (sekarang smu), saya memberikan les buat anak-anak SD, uangnya saya kumpulin untuk ikut test UMPTN (masuk perguruan tinggi negeri), dan akhirnya lulus test, masuk kuliah, beli buku dan lain-lain, biaya kuliah, ongkos, semua dari uang yang saya dapatkan dari memberikan les. Komputer dan motor saya beli juga selagi kuliah dengan uang hasil mengajar dan sedikit dari hasil “membimbing”. Sampai tamat kuliah, biaya wisuda, dll juga dari memberikan les. Cerita ini tidak bermaksud menyombongkan diri, karena ada yang jauh lebih hebat tentunya, jauh lebih sukses, ada mahasiswa yang sudah bisa beli mobil bahkan rumah dari usaha yang dijalankan selagi kuliah.

Ada sahabat saya yang “diperkosa” (terpaksa maksudnya) untuk memulai usaha. Karena jika tidak, ia tidak akan bisa melanjutkan kuliahnya, karena orang tuanya bangkrut dan punya banyak utang. Karena niat kuat ingin melanjutkan, ia terpaksa mencari-cari peluang usaha. Ia mencoba berbagai jenis pekerjaan dan usaha. Jadi bukan ia pintar melihat peluang (menurut saya). Namun, ia tidak bisa banyak berpikir, ia terpaksa bertindak. Ia tidak punya banyak alasan (gak punya modal, gak punya banyak uang, gak punya keahlian, gak punya waktu -sibuk terus kuliah, sibuk bikin tugas.. haha.. emangnya kuliah 24 jam sehari!!! bikin tugas pagi sampai malam tiap hari!! gak ada itu, bagi orang ini, tidak ada banyak alasan), ia hanya punya SATU Alasan. Ia harus punya uang agar bisa melanjutkan kuliahnya. TITIK!!! Tanpa Koma, tanpa Kutip!! Titik!! Ia bergerak terus, tidak diam. Inilah bedanya ia dari kebanyakan orang. Banyak Mahasiswa merasa Nyaman, merasa keren, karena status Maha (Maklum, di dunia ini, sedikit sekali yang berstatus Maha, haha..). Ia hanya tau, ia akan bisa menyelesaikan kuliah, kalau ia punya uang. Dan itu harus dilakukannya sambil tetap berkuliah. Inilah yang membuatnya menemukan peluang usaha buat dirinya yang masih mahasiswa dan ia pun berjuang jatuh bangun (bukan tidur bangun, bangun tidur, seperti kebanyakan mahasiswa pada umumnya, yang hanya kuliah-kuliah saja…hanya menadah tangan saja, terus menerus selama kuliah… Gak tau kalo orang tua bersusah payah membiayai kuliahnya. Gak sadar betapa susah orang tua berjuang untuk dirinya) Ia pun menjadi wirausaha sukses bahkan sebelum tamat kuliah.. (Duuhhh… keren kan… gak cari kerja boookkk…)

Nah, Pemirsa!!! Bagaimana? Khususnya buat yang masih kuliah alias masih Mahasiswa. Sudahkah melihat peluang usaha bisnis bagi mahasiswa setelah membaca artikel ini?

Inilah Peluang Usaha atau Peluang Bisnis buat Yang Karyawan Sambil Kuliah Juga Sambil kerja

Beberapa waktu lalu, kita sharing artikel tentang Peluang Usaha atau Peluang Bisnis untuk Mahasiswa. Nah for this occasion (ciee…. Inggris bokkk… haha), nah for this time, we will talk about employee becoming entrepreneur. Saya menerima beberapa email yang menanyakan peluang usaha apa buat seorang karyawan yang juga kuliah (atau buat mahasiswa yang sambil kuliah juga sambil bekerja). Selain kuliah dan kerja, juga punya banyak aktivitas lainnya, kira-kira peluang usaha apa buat orang yang punya kondisi seperti ini? Ada email yang ditujukan ke saya dengan pertanyaan seperti ini.

Dan mari kita sharing di sini.. Ini sy ambil 2 buah email yang ditujukan ke saya. (Pengirim email sengaja tidak dicantumkan). INi untuk sharing semata-mata, dan terima kasih kepada pengirim email yang telah bisa memberikan jalan bagi banyak orang untuk menemukan solusinya…

Email 1 :
Artikelnya sudah saya baca pak,,,
dan bagus sekali bisa memotivasi mahasiswa yang hanya jadi mahasiswa saja
saya pertanyakan bagaimana dengan mahasiswa yang sebagai karyawan di suatu instansi atau perusahaan???
waktunya hanya untuk bekerja n kuliah,,,
untuk buka bimbel dsb
saya kira tidak ada waktu,,,
Email 2 :
salam pak anton huang

saya xxxx, yg bekerja disalah satu perusahaan swasta dijakarta, saya ingin melanjutkan kuliah saya sambil bekerja
tetapi hasil yg saya dapatkan kurang mencukupi kebutuhan saya
dalam hati saya ingin bekerja dan kuliah tetapi saya pengen mempunyai usaha sampingan lg
adakah peluang bisnis seperti itu pak anton
kata teman2 saya bisnis jual pulsa az, saya sich pengen tapi saya tidak mempunyai kolega ( orang yg ingin bekerja sama utk saya )
bisakah bapak anton memberi petunjuk untuk saya??

Nah, saya di sini hanya sharing. Mungkin yang disharingkan belum tentu bisa menjawab atau memenuhi keinginan dari yang nanya, atau dari pemirsa. So, jangan berharap apa yang saya tuliskan bisa memenuhi keinginan semua pihak, jangan langsung diterima. Ini hanya sharing, jangan ditelan mentah-mentah ya, karena bukanlah rujak buah (haha.. sejak kapan rujak ditelan:-). Nah, ngomong tentang email pertama, bagaimana solusi buat yang bekerja juga kuliah, yang waktunya hanya habis untuk kuliah dan bekerja, tidak ada lagi rasanya waktu untuk memulai usaha. Tidak ada waktu! Oke. INilah sharing dan jawaban dari saya.. Sampe Kapan Mau Seperti Itu??!!

Saya berbagi sebuah ilustrasi, mungkin beberapa pemirsa sudah tau akan cerita ini.

Seorang professor sedang mengadakan percobaan di depan para mahasiswanya.. Ia meletakkan sejumlah benda di atas mejanya, yaitu sebuah akuarium kosong, seember air, sekumpulan batu besar, sekumpulan batu sedang, sekumpulan batu kecil, dan seonggok pasir.

Ada 2 Percobaan yang dilakukannya yaitu :

Ia memasukkan lebih dahulu batu besar, terus batu sedang, batu kecil, pasir, terus baru air..

Percobaan lainnya :

Ia memasukkan terlebih dahulu air ke akuarium, pasir, batu kecil, ….

Dari 2 percobaan ini, percobaan manakah yang bisa membuat akuarium tadi tumpah meruah isinya ke luar dan yang manakah yang bisa membuat akuarium tadi menampung semuanya?

Silahkan pemirsa coba sharing jawabannya, ajak teman2 pemirsa juga untuk ikut berpartisipasi, biar seru, dan nanti akan ada hikmah dan jawaban dari pertanyaan email pertama tentang bagaimana cara menemukan peluang usaha bagi yang bekerja juga kuliah.

Selamat berinspirasi…

UKM Sukses: Kedai Digital

Berbeda dengan generasi akhir 1990-an dan awal 2000-an yang umumnya terjun menjadi wirausahawan karena sulit mencari kerja akibat krisis ekonomi yang tengah melanda, generasi pengusaha muda berumur 20-an tahun saat ini tampak memiliki keyakinan diri yang lebih besar. Mereka sejak semula bersungguh-sungguh ingin menjalani hidup sebagai entrepreneur. Salah satu di antaranya adalah Saptuari Sugiharto. Lelaki berusia 29 tahun itu telah mulai berbisnis kecil-kecilan sejak kuliah di Jurusan Geografi Universitas Gadjah Mada. Tahun ini, ia terpilih sebagai runner-up Wirausahawan Muda Mandiri 2007.

Sejak masuk kampus UGM pada 1998, Saptuari telah mendambakan memiliki usaha sendiri. Sembari kuliah; beberapa usaha dijalaninya; mulai dari menjadi penjaga koperasi mahasiswa, penjual ayam kampung, penjual stiker, hingga sales dari agen kartu Halo Telkomsel. Lalu, pada 2004, ketika bekerja sebagai event organizer di sebuah perusahaan di Yogyakarta, mantan staf marketing Radio Swaragama FM ini terperanjat melihat antusiasme penonton berebut merchandise berlogo atau bergambar para selebriti. “Heran. Kenapa orang-orang begitu bersemangat mendapatkan kaus, pin, atau apa saja milik artis,” katanya. “Padahal, mereka bisa membuat merchandise apa saja sesuai dengan kemauannya.”

Bermula dari rasa heran itu, pada 2005 Saptuari mengambil langkah berani mendirikan Kedai Digital. Perusahaan itu bertujuan memproduksi barang-barang cendera mata (seperti mug, t-shirt, pin, gantungan kunci, mouse pad, foto dan poster keramik, serta banner) dengan hiasan hasil print digital. Waktu itu, ia bermodalkan uang sebanyak Rp28 juta; hasil dari tabungan, menjual motor, dan menggadaikan rumah keluarga.

Butuh waktu enam bulan bagi lelaki kelahiran Yogyakarta itu untuk memulai kegiatan Kedai Digital. Terlebih dahulu, ia mesti mencari mesin digital printing. Ia mendapatkannya (buatan China) di Bandung. Ia juga harus mencari tahu sumber-sumber bahan baku. Kemudian, ia harus mempersiapkan tempat usaha, menyusun konsep produk, dan merekrut para staf. Semuanya dilakukan sendirian.

Bisnisnya berjalan pelan tapi pasti. Ketika usahanya mulai stabil, Saptuari memberanikan diri merekrut desainer dari kampus-kampus seni yang memang tersedia cukup banyak di Yogyakarta. Untuk tenaga marketing, digunakan para mahasiswa dari perguruan tinggi lain yang juga tersebar di kota itu. Target pasar Kedai Digital adalah para mahasiswa. Karenanya, menurut Saptuari, perusahaannya tak boleh main-main soal kualitas. Karena itu, ia mesti menggunakan desainer yang memiliki latar belakang pendidikan formal.

Pada tahun pertama, Kedai Digital telah berhasil meraih penjualan sebesar Rp400 juta. Tahun berikutnya, perolehan bisnis melesat menjadi Rp900 juta. Seiring dengan pertambahan outlet, revenue pada 2007 menembus angka Rp1,5 miliar.

Hingga akhir tahun silam, Kedai Digital telah memiliki delapan gerai di Yogyakarta. Salah satunya adalah Kedai Supply yang menyediakan bahan baku untuk kebutuhan produksi di seluruh outlet lainnya. Sementara itu, gerai Kedai Printing dikhususkan melayani pesanan produk-produk advertising seperti banner. Di luar Yogyakarta, Saptuari telah memiliki lima outlet lain (di Kebumen, Semarang, Tuban, Pekanbaru, dan Solo) melalui sistem waralaba.

Menurut Nur Alfa Agustina, Kepala Departemen MikroBisnis Group Bank Mandiri (penyelenggara Wirausahawan Muda Mandiri), di antara 500 peserta yang mengikuti lomba, Kedai Digital dinilai inovatif karena merupakan pelopor industri merchandise dengan metode digital printing di wilayah Yogyakarta. Untuk penilaian dari sisi bisnis, Saptuari mendapat nilai lebih karena bukan berasal dari keluarga pengusaha. Pendidikannya pun tak terkait dengan ilmu ekonomi. Lalu, karena melibatkan banyak mahasiswa dalam menggerakkan usahanya dan mengajarkan mereka soal entrepreneurship, lelaki bertubuh kekar itu mendapat nilai yang tinggi dalam penilaian aspek sosial.

Soal yang terakhir itu, Saptuari memang mengajak para pegawainya yang berperilaku baik untuk ikut memiliki saham di outlet-outlet Kedai Digital. Kini, telah empat kedai yang sahamnya ikut dimiliki para pekerja. “Saya tak mau mereka terus-terusan hanya menjadi pekerja. Mereka juga harus menjadi owner,” katanya.

Semangat wirausaha telah ikut disebarluaskan.

dikutip dari:

http://www.purdiechandra.net/gara-gara-purdi/2010/02/saptuari-sugiharto-kedai-digital/

Bisnis Modal Kecil: Warnet CDMA, Murah Meriah dan Sederhana

Siapa bilang usaha Warnet butuh MODAL BESAR??
Seorang warga kampung wirausaha telah membuktikannya. Saudara kita -Lilik TJ- telah memberikan komentar yang sangat bagus di salah satu postingan blog ini, dan kami memilih komentar ini sebagai komentar terbaik bulan ini, dan komentar yang pantas untuk diposting di sini agar lebih banyak manfaatnya. Mari kita simak penuturannya:

Numpang sharing ide….usaha warnet CDMA/GSM
Setelah membaca beberapa artikel di blog ini saya juga jadi kepingin sharing ide sama temen-teman barangkali ada manfaatnya…. (jelas bermanfaat,..itulah gunanya blog ini!-Red)

Buat temen-temen yang masih bingung mau usaha apa dengan modal yang pas-pasan seperti saya, mungkin pengalaman saya ini bisa di jadikan referensi atau apalah namanya. Oke langsung aja, ya?

Idenya sih mungkin bukan ide baru tapi gak ada salahnya di coba. Sederhana, cuman buka usaha warnet.

Mungkin anda akan berpikir, “Wah kalau buka warnet modalnya mesti gede dong! Puluhan juta paling nggak.”
Eits, tunggu dulu tidak harus puluhan juta untuk bisa buka warnet ini. Memang iya sih kalo warnet yang standar (seperti yang banyak disekitar kita, modalnya) bisa sampe puluhan bahkan ratusan juta.

Tapi saya memulai usaha warnet saya hanya dengan modal 5 juta!! Iya 5 Juta rupiah!!
Bagaimana dengan uang 5 juta bisa buka warnet?

Begini caranya:
Uang 5 juta tersebut saya belikan 4 buah komputer pentium 4 dengan mainbord baru, RAM baru, biar awet. Jadi, mesinnya baru lainya itu second semua. Monitor, casing, second semua. Trus, setiap komputer saya kasih modem CDMA.
Kenapa saya pilih modem CDMA? Karena biaya unlimited-nya paling murah dan kebetulan di tempat saya yang ada sinyalnya cuman flexy. Ada juga sih GSM, cuma kan biaya unlimited internet-nya mahal. Jadi saya pilih pake flexy dan ternyata kecepatanya juga lumayan. Bukan promosi flexy lho, tapi karena yang ada sinyalnya (di daerah saya) cuman flexy. Ya mau gak mau saya pake itu. Maklum saya hidup di daerah pedesaan ..alias wong ndeso hehehehe…..

Untuk menghemat biaya lagi, warnet saya buat lesehan. Sehingga tidak perlu biaya untuk beli meja dan kursi. Sengaja tidak saya sekat atau dinding pembatas, karena user-usernya kebanyakan anak-anak. Lebih mudah untuk mengawasi. Selain itu, saya juga menghindari penggunaan internet untuk hal-hal negatif seperti pornografi dan lainya. Karena saya pribadi ingin warnet saya -selain untuk mencari uang- juga bisa buat belajar anak-anak dan tetangga di sekitar. Sehingga, meskipun orang desa, tidak gaptek dan tidak ketinggalan informasi.

Saya juga tidak mematok tarif yang mahal. Dengan 2500 rupiah user sudah bisa mengakses internet selama 1 jam, dan alhamdulillah mulai dari saya buka bulan Juli (2010) kemarin sampe sekarang tidak pernah sepi user. Kebetulan tempat saya deket dengan sekolahan MTSN dan MAN.

Seperti kata pengarang buku The Power of Kepepet (Jaya Setyabudi), untuk memulai usaha tidak perlu menunggu kondisi yang ideal atau sempurna, yang penting kita berani memulai dan mewujudkanya. Jadi, buat temen-temen yg suka otak atik komputer mungkin ide ini bisa di coba dan semoga bermanfaat …..

Lilik TJ (email:

Siapa bilang usaha Warnet butuh MODAL BESAR??

Seorang warga kampung wirausaha telah membuktikannya. Saudara kita Lilik TJ telah memberikan komentar yang sangat bagus disalah satu postingan blog ini, dan kami memilih komentar ini sebagai komentar terbaik bulan ini, dan komentar yang pantas untuk diposting di sini agar lebih banyak manfaatnya. Mari kita simak penuturannya:

Numpang sharing ide….usaha warnet CDMA/GSM

Setelah membaca beberapa artikel di blog ini saya juga jadi kepingin sharing ide sama temen-teman barangkali ada manfaatnya…. (jelas bermanfaat,..itulah gunanya blog ini!)

Buat temen-temen yang masih bingung mau usaha apa dengan modal yang pas-pasan seperti saya, mungkin pengalaman saya ini bisa di jadikan referensi atau apalah namanya.Oke langsung aja, ya?

Idenya sih mungkin bukan ide baru tapi gak ada salahnya di coba. Sederhana, cuman buka usaha warnet. Mungkin anda akan berpikir, “Wah kalau buka warnet modalnya mesti gede dong! Puluhan juta paling nggak.”

Eits, tunggu dulu tidak harus puluhan juta untuk bisa buka warnet ini. Memang iya sih kalo warnet yang standar (seperti yang banyak disekitar kita, modalnya) bisa sampe puluhan bahkan ratusan juta. Tapi saya memulai usaha warnet saya hanya dengan modal 5 juta!! Iya 5 Juta rupiah!!

Bagaimana dengan uang 5 juta bisa buka warnet?

Begini caranya:

Uang 5 juta tersebut saya belikan 4 buah komputer pentium 4 dengan mainbord baru, RAM baru, biar awet. Jadi, mesinnya baru lainya itu second semua. Monitor, casing, second semua. Trus, setiap komputer saya kasih modem CDMA.

Kenapa saya pilih modem CDMA? Karena biaya unlimited-nya paling murah dan kebetulan di tempat saya yang ada sinyalnya cuman flexy. Ada juga sih GSM, cuma kan biaya unlimited internet-nya mahal. Jadi saya pilih pake flexy dan ternyata kecepatanya juga lumayan. Bukan promosi flexy lho, tapi karena yang ada sinyalnya (di daerah saya) cuman flexy. Ya mau gak mau saya pake itu. Maklum saya hidup di daerah pedesaan ..alias wong ndeso hehehehe…..

Untuk menghemat biaya lagi, warnet saya buat lesehan. Sehingga tidak perlu biaya untuk beli meja dan kursi. Sengaja tidak saya sekat atau dinding pembatas, karena user-usernya kebanyakan anak-anak. Lebih mudah untuk mengawasi. Selain itu, saya juga menghindari penggunaan internet untuk hal-hal negatif seperti pornografi dan lainya. Karena saya pribadi ingin warnet saya -selain untuk mencari uang- juga bisa buat belajar anak-anak dan tetangga di sekitar. Sehingga, meskipun orang desa, tidak gaptek dan tidak ketinggalan informasi.

Saya juga tidak mematok tarif yang mahal. Dengan 2500 rupiah user sudah bisa mengakses internet selama 1 jam, dan alhamdulillah mulai dari saya buka bulan Juli (2010) kemarin sampe sekarang tidak pernah sepi user. Kebetulan tempat saya deket dengan sekolahan MTSN dan MAN.

Seperti kata pengarang buku The Power of Kepepet (Jaya Setyabudi), untuk memulai usaha tidak perlu menunggu kondisi yang ideal atau sempurna, yang penting kita berani memulai dan mewujudkanya. Jadi, buat temen-temen yg suka otak atik komputer mungkin ide ini bisa di coba dan semoga bermanfaat …..

Kamis, 23 Desember 2010

Topik survei DETIK.COM berhadiah 1 buah iPad

survei DETIK.COM berhadiah 1 buah iPad, 2 buah HP Samsung Galaxy 5 http://de.tk/KwPAE

Senin, 13 Desember 2010

Jajan Pasar Kroket


Walaupun banyak bakery bermunculan, kue jajan pasar tak lekang dimakan jaman. Citarasanya yang khas dengan sederet nostalgia di dalamnya menjadikan makanan kecil ini tetap disuka. Seperti kue carabikang ini, rasanya yang legit terasa pas sebagai penyerta minum teh di sore hari.

Dengan sedikit ketelatenan, Anda pasti bisa membuat kue carabikang. Ikuti petunjuk resep dan cara membuatnya dengan benar. Anda pasti akan terkesima melihat hasil kue cantik dan lezat buatan Anda sendiri. Selamat Mencoba

Resep/Dapur Uji/Food Stylist: Budi Sutomo

CARABIKANG
Bahan:
350 gr tepung beras
2 sdm tepung terigu
850 ml santan kental dari dua butir kelapa
130 g gula pasir
1/4 sdt garam halus
1/2 sdt pasta pandan/pewarna hijau
1/2 sdt pasta cokelat/pewarna cokelat
minyak goreng untuk olesan

Cara Membuat:
1. Larutkan 3 sdm tepung beras dengan 200 ml santan. Didihkan sambil diaduk hingga mendidih dan mengental. Angkat.
2. Masukkan gula, garam, tepung terigu dan sisa tepung beras ke dalam rebusan tepung. Aduk rata.
3. Uleni adonan sambil dituangi sisa santan sedikit demi sedikit. Tepuk-tepuk (pukul-pukul) adonan dengan telapak tangan selama 40 menit atau hingga adonan terasa ringan. Diamkan selama 1 jam.
4. Ambil sedikit adonan, tempatkan di dua mangkuk berbeda, tambahkan pasta pandan dan pasta cokelat. Aduk rata.
5. Panaskan cetakan carabikang, olesi sedikit miyak. Tuang adonan hingga setengah dari tinggi cetakan. Beri motif dengan adonan berwarna hijau atau cokelat di atasnya. Panggang tanpa ditutup hingga matang.
6. Cungkil bagian sisinya hingga kue merekah, angkat. Hidangkan hangat.

Untuk 20 buah

Tip:
Untuk variasi kue cara bikang bisa disajikan hangat dengan parutan keju atau susu kental manis.

Minggu, 28 November 2010

wirausaha tentang Pembuatan Kerajinan Tembaga dan Kuningan


Membuat Barang-Barang Kerajinan memang tidak instant dan tidak mudah, terutama kerajinan kuningan dan kerajinan tembaga. Proses pembuatan kerajinan kuningan terbilang cukup panjang dan melalui beberapa tahapan proses yang panjang pula. Semua dilakukan agar produk kerajinan tembaga yang dihasilkan juga maksimal dan bernilai seni tinggi.

Pembuatan Kerajinan dimulai bukan dari membentuk suatu kreasi menjadi sebuah produk seni namun dimulai dari membuat ide, menyiapkan copper atau tembaga dan kuningan atau brass yang berupa plat tembaga dan kuningan. Setelah bahan baku sudah terkumpul, mulailah tahap produksi yaitu menyalurkan ide kedalam copper plate atau brass plate.

Proses pemahatan dan pengukiran tembaga tidak seperti memahat atau mengukir kayu, jelas sekali bahwa tembaga memiliki tingkat kekerasan yang jauh berbeda dibandingkan dengan kayu. Namun dengan keahlian dan kesabaran, copper craftmen dapat menghasilkan karya seni yang bernilai artistik tinggi.

Setelah brass and copper selesai dipahat dan diukir, tahap selanjutnya adalah melakukan finishing. Finishing disini bukan berarti memberi warna saja, namun juga mengamplas dan memperhalus tekstur dari produk kerajinan tersebut. Proses pengamplasan dimaksudkan juga agar nantinya saat pengecatan, cat dapat menempel sempurna pada plat tembaga.

Setelah semua proses diatas selesai, tahap terakhir adalah penjemuran. Sampai disini produk kerajinan sudah selesai dan siap untuk dipesan ataupun dikirim ke pelanggan. Bagaimana ingin mencoba?

Minggu, 21 November 2010

BISNIS PALING MENGUNTU NGKAN SAAT INI

Peluang Usaha Jamur, Budidaya Jamur Sak Jam-jame Makmur ( Setiap Jam Makmur)

Peluang usaha agroindustri jamur digambarkan oleh seorang pengusaha jamur dengan slogan setiap jam makmur. Slogan jamur ini mengacu pada proses panen jamur tiram yang dilakukan setiap hari dan untuk harga pasar saat ini memang sangat menjanjikan. 1 kg jamur tiram basah dipasaran sampai Rp.12 ribu padahal hanya dengan modal 3 juta setiap hari panen bisa mencapai 50 kg (pengalaman teman) artinya Rp. 600 ribu ditangan. weleh2

gambar jamur tiram

Pada posting ini saya tidak akan membahas contoh studi kelayakan usaha jamur saya akan bahas pada kesempatan berikutnya. saya hanya sedikit memberikan ide peluang usaha jamur yang tentu berbeda dengan peluang usaha makanan yang saya posting sebelumnya. Dari berbagai macam peluang agroindustri jamur anda bisa menekuni peluang usaha jamur tiram, peluang usaha jamur kuping atau jamur lingzi ketiganya merupakan jamur edibel ( jamur kayu ) yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

Saya lebih suka menyebut budidya jamur ini sebagai usaha sampingan modal kecil, kenapa demikian? budidaya jamur tidak perlu modal besar dan tidak memerlukan waktu banyak untuk mengurusnya:) ok saya akan membahas lebih lancut saya coba lebih lengkap dengan contoh proposal nya.

PELUANG USAHA KECIL PALING PROSPEKTIF

Dari hasil survey sebenernya sudah sedikit memberikan gambaran tentang bisnis apa yang menjadi fokus cukup banyak. baik kita akan bahas secara singkat bisnis apa yang patut kita coba

Peluang usaha makanan dan minuman

Usaha makanan akan tetap menjadi primadona di tahun 2010, eskalasi kesibukan yang terus meningkat membuat kebutuhan makanan terutam yang berkonsep cepat saji akan terus berkebang. Selain itu minuman juga tidak kalah prospek, kenaikan suhu udara akibat pemanasan global akan menjadikan tingkat konsumsi air meningkat.

Peluang usaha rumahan modal kecil dengan bisnis online
Yang satu ini menjadi fokus saya, alasamya simple penetrasi pengguna internet di Indonesia yang semakin meningkat apalagi didukung harag akses yang semakin murah menjadikan pasar bisnis online terus meningkat. Diprediksi pada tahun 2010 akan terjadi peningkatan belanja iklan online. Bisnis onle tidak melulu bermain ppc, paid review, jual link atau afiliasi anda juga bisa menggunakn media online untuk membuat toko online, solusi murah hasil melimpah

Peluang usaha agroindustri
Masih ingat istilah back to nature? kesadaran akan pentingnya kesehatan dengan mengkonsumsi produk agro yang nirkimia menjadi prospek tersendiri. Saya sendiri sangat tertarik dengan usaha jamur

Peluang usaha ritel
Penetrasi ritel akan semakin meningkat pada tahun 2010, fenomena ini akan terjadi mengigta tingkat konsumsi kebutuhan daily need masyarakat indonesia semakin meningkat, memang pemain2 besar banyak yang bersaing tetapi bukan berarti kita tidak bisa ikut menikmati lezatnya bisnis ritel. Kita bisa mengabil segmen ritel yang gak bisa diambil oleh peritel besar seperti agen aqua dan gas keliling dengan konsep modern.Sebuah survey dari Nielsen menyebutkan bahwa penetrasi gerai ritel modern bisnis makanan di Indonesia sebanyak 52 unit untuk satu juta penduduk tempat teratas di duduki Korea Selatan dengan penetrasi 504 unit untuk satu juta penduduk. Negeri Tiongkok masih berada satu tingkat di atas Indonesia dengan penetrasi gerai sebanyak 74 unit untuk satu juta penduduk.

Peluang usaha toko produk tradisional
Khusus untuk segmen ini saya memilih batik sebagai andalan. Pengakuan Dunia bahwa batik adalah produk asli indonesia menyebabkan tingkat penggunaan baju berbahan batik meningkat. Ketertarikan konsemen modern kepada hal2 yang berbau tradisi juga memberikan pasar yang besar

Ada beberapa peluang bisnis lain yang kita bisa coba diantaranya peluang bisnis yang terkait dengan teknologi inovasi dari yang paling sederhana sampai yang canggih seperti usaha pengaman gas atau kemasan sampai pada internet, hp dll, ada yang ingin menambahkan?Selamat dan mari menjadi pengusah indonesia

Selasa, 26 Oktober 2010

Budidaya Belut di Air Jernih Potensi Mengiurkan

Sekarang Indonesia sedang digalakan untuk memakan-makanan yang berprotein tinggi salah satunya adalah belut. Namun belut masih sulit dan jarang di dapatkan dalam pasar–pasar karena belum banyak yang berbudidaya. Peluang inilah yang menggiurkan untuk digarap, dan berpotensi kearah ketahanan pangan dan swasembada belut. Belut dengan kandungan protein sampai 74 persen adalah sangat bermanfaat bagi kecerdasan anak dan cucu kita ke depan. Paradigma berpikir bahwasannya belut dapat berkembang hanya di Lumpur harus dihilangkan. Inti dari itu hewan transeksual ini dapat hidup karena ada air yang sehat.

Waralaba Dobbi Burger & Fried Chicken Yogya

Bisnis kuliner memang tidak ada matinya. selama manusia punya perut dan doyan makan, bisnis kuliner akan selalu berprospek menjanjikan. Dobbi Burger & Fried Chicken Yogya, misalnya. Waralaba berbasis masakan ayam goreng tanpa MSG dan burger aneka rasa yang berpusat di kota Yogyakarta dan dirintis sejak enam tahun yang lalu ini, kini makin kencang penyebarannya. Bukan hanya kota-kota di Jawa saja yang ingin bergabung menjadi mitra franchiseenya, namun sudah banyak yang berasal dari luar Jawa.

“Dobbi sudah ada di Balikpapan, Bontang, Samarinda, Tabalong, Palembang, dan beberapa kota kabupaten lainnya. Tahun depan target kita bisa ada di banyak kota lagi. Karena untuk luar Jawa ternyata prospeknya sangat bagus, investasinya cepat sekali kembali, dan secara kompetisi memang belum ketat sehingga kemungkinan untuk leading menguasai pasar itu sangat besar. Karena itu mulai bulan ini kita buka kesempatannya,” jelas Irawan Kusumo, owner Dobbi Burger&Fried Chicken.

Minggu, 17 Oktober 2010

PELUANG WIRAUSAHA BARU Usaha Bumbu Masakan


Bumbu masakan menjadi satu bukti baru bahwa segala sesuatu bisa jadi peluang usaha, jika kita jeli dalam melihat kebutuhan masyarakat sekitar. Banyak para ibu serta pelaku bisnis makanan yang selalu menggunakan bumbu masakan dalam setiap menu yang mereka sajikan. Namun tidak semua konsumen ternyata bisa membuat bumbu masakan untuk resep yang ingin mereka masak, selain itu banyak pula konsumen yang tidak memiliki banyak waktu untuk memasak dengan membuat bumbu secara manual menggunakan ulek maupun di blender.

Keadaaan ini ternyata dijadikan beberapa orang sebagai peluang usaha dengan prospek yang sangat besar. Saat ini membuka usaha bumbu masakan yang langsung bisa dipakai untuk memasak atau yang sering disebut dengan beumbu instan, memang berpeluang besar untuk meraup keuntungan. Banyaknya minat konsumen baik dari konsumen individu maupun konsumen industri yang menggunakan bumbu masakan instan menjadi keuntungan besar bagi usaha ini.

Konsumen

Penjual bumbu masakan instan banyak dicari para ibu rumah tangga, remaja putri, serta para pelaku usaha makanan yang membutuhkan bumbu instan untuk mempermudah proses produksi usahanya. Kemudahan yang diperoleh dengan adanya produk bumbu masakan instan ternyata disambut positif oleh para masyarakat, baik masyarakat kalangan menengah maupun masyarakat kalangan atas tertarik dengan penawaran bumbu masakan tersebut.

Info Produk

Produk bumbu masakan instan terbagi menjadi dua jenis yaitu jenis bumbu basah dan jenis bumbu kering. Jenis bumbu bahas biasanya tidak seawet bumbu jenis kering. Contoh bumbu basah antara lain bumbu opor, bumbu soto, bumbu rendang, lombok halus, dan bawang halus, yang sering digunakan para ibu rumah tangga maupun para pelaku usaha catering, rumah makan, dan restoran. Sedangkan bumbu kering biasanya lebih mengarah ke bumbu perasa atau penambah aroma, contohnya saja bumbu aroma barbeque, aroma daging ayam, aroma daging sapi, aroma jagung bakar, serta bumbu perasa lainnya yang lebih sering digunakan untuk memberi tambahan rasa dan aroma untuk makanan ringan atau camilan.

Untuk produk bumbu, dapat dikemas dengan kemasan yang beragam. Dari mulai kemasan plastik, hingga kemasan botol yang menarik para konsumen. Selain itu kemasan juga bisa disesuaikan, dengan memasarkan berbagai ukuran agar konsumen dapat menyesuaikan daya beli mereka sesuai dengan kebutuhan mereka.

Keuntungan usaha

Peluang pasar usaha bumbu masakan masih sangat luas, banyaknya pelaku usaha yang terjun pada bisnis makanan menjadi target pasar empuk bagi pelaku bisnis bumbu masakan. Karena semakin banyak pelaku bisnis makanan, maka semakin banyak pula permintaan bumbu masakan instan yang diminta pasar. Selain itu untuk memulai bisnis ini juga tidak diperlukan modal yang terlalu besar, namun mampu menghasilkan keuntungan hingga 50 % dari omset.

Kekurangan usaha

Setiap usaha memiliki resiko yang menjadi kekurangan dari usaha tersebut, salah satu kekurangan usaha ni yaitu harga bahan baku yang tidak stabil dan cenderung lebih sering harganya naik. Selain itu jika harganya naik, biasanya bahan baku tersebut susah untuk dicari jika ada pun kualitasnya tidak terlalu bagus. Di samping itu, terkadang produk bumbu yang dibuat kadaluarsa sebelum waktunya. Biasanya disebabkan proses produksi yang kurang steril, maupun bahan baku yang kurang bagus.

Pemasaran

Untuk pemasaran bumbu masakan bisa dilakukan dengan menitipkan di toko – toko yang ada di kota Anda, untuk menjangkau konsumen akhir yang biasanya dari konsumen rumahan. Sedangkan untuk menjangkau konsumen industri, dapat dicoba bekerjasama dengan beberapa pelaku usaha makanan seperti usaha restoran, katering, serta produsen camilan yang membutuhkan bumbu perasa untuk produknya.

Selain itu promosi juga bisa dilakukan dengan memasang iklan di media cetak, media elektronik, samapi media online untuk memperluas jangkauan pasar.

Kunci Sukses

Agar usaha Anda dapat berkembang, sebaiknya untuk produksi pilihlah bahan baku yang masih segar. Sehingga cita rasa bumbu yang dihasilkan sama dengan bumbu yang baru saja dihaluskan. Selain itu jaga proses produksi untuk selalu dalam keadaan higienis, sehingga keawetan bumbu bisa lebih lama. Untuk kemasan, pilihlah kemasan yang menarik namun juga sehat bagi para konsumen.

Analisa Usaha Contoh usaha membuat bumbu nasi goreng : Modal awal Blender 1 buah                Rp 400.000,00 Baskom 2 buah @ 20.000,00     Rp  40.000,00 Timbangan digital 1 buah      Rp 400.000,00 Stapler                       Rp  30.000,00+ Total                         Rp 870.000,00 ( Penyusutan alat selama pemakaian 1 tahun  = 1/12 x Rp 870.000,00 = Rp 72.500,00 )  Biaya Operasional Bahan baku bumbu nasi goreng untuk 900 kemasan : Bawang merah dan putih 5 kg x 15.000,00  Rp   75.000,00 Ketumbar ½ kg x Rp 20.000,00             Rp   10.000,00 Garam 1 kg x 8.000,00                    Rp    8.000,00 Cabe merah 5 kg x 20.000,00              Rp  100.000,00 Merica halus ½ kg x 60.000,00            Rp   30.000,00 Tomat 3kg x @ 7.000,00                   Rp   21.000,00 Minyak goreng 10 kg x @ Rp 10.000,00     Rp 100.000,00+ Total                                    Rp 344.000,00  Keperluan operasional Plastik                            Rp  50.000,00 Stiker / brand                     Rp  50.000,00 Transportasi                       Rp 100.000,00 Listrik                            Rp 100.000,00 Biaya penyusutan alat              Rp  72.500,00+ Total                              Rp 372.500,00 Total biaya operasional Rp 344.000,00 + Rp 372.500,00  =   Rp 716.500,00 Omset per bulan 30 bungkus / hari x Rp 1.800,00 x 30 hari = Rp 1.620.000,00 Laba bersih Rp 1.620.000,00 - Rp 716.500,00    =   Rp 903.500,00

franchise BAKMI MIE-KITA

BAKMI MIE-KITA......

HANYA: Rp.100 jt

ane mau jual nih usaha ane... kalo ada yang berminat,,
ane sebenarnya ga mau jual usaha ini.. cuma kerna orang tua ane udah meninggal ane harus mengambil alih perusahaan keluarga di SULTENG (palu)
jadi ane jual,, siapa tau ada yg minat
usaha ini sudah berjalan 1 thn.. masi ada 4 thn lagi sesuai dengan perjanjian franchisor itu 5 thn. BAKMI MIE-KITA udah banyak...
jakarta ada lebih dari 3 dan tanggerang,Bogor,cibinong,cirebon,surabaya dan papua
Jenis makanan yg di jual pun buanyak..kira2 ada 120 jenis makanan dan minuman,, harga terjangkau.
bisa di liat di google (BAKMI MIE-KITA JAK-TIM) Utan Kayu atau di klanakuliner.com
ane ga jual sama lokasi yang ada sekarang yaa! krn ane juga ngontrak..

Ane jual brikut ini nih:
Bar lumayan gede = servis seperti baru
4 sofa + 2 meja panjangnya
8 meja 80 x 80
24 buah kursi
Peralatan masak kompor,panci2 pokonya lengkap sama piring dll yg ber logo
Kaos karyawan
dan mungkin ada beberapa bonus yang ane bisa kasi

Sistem Waralaba Bakmi Mie-Kita - Bakmi

Tahun 2009 bakal diwarnai dengan tindakan pemutusan hubungan kerja, terutama di kalangan pekerja industri dan perdagangan, sektor usaha yang justru banyak menyerap tenaga kerja padat karya. Situasi yang menantang ini malah jadi peluang emas yang menjanjikan di mata Petrus Puspo Sutopo, owner Bakmi Mie Kita yang melebarkan sayapnya melalui program franchise PT Sistem Waralaba Bakmi Mie Kita bersama Kadafi Yahya dan Madna Yahya.

Bagaimana kiat usaha Petrus yang berobsesi membangun 165 outlet baru pada tahun Kerbau 2009, berikut petikannya :


Bagaimana Anda memulai terjun ke bisnis bakmi lewat jalur wirausaha ini?

Awalnya, saya ini kan orang broken home, ikut mama sendiri, yang sejak saya SD sudah jualan bakmi, saya aduk-aduk bahan mie itu hingga menjadi peluang emas yang menjanjikan. Dasar saya hobi makan mie ayam, akhirnya dari hobi itu saya kembangkan menjadi bisnis yang sifatnya komersial. Mulanya kecil-kecilan saja, setelah saya keluar dari Inti Salim Group gara-gara bos saya bilang bahwa yang ngasih makan saya adalah dia. Wah, terus terang saya tersinggung, karena sesungguhnya yang ngasih makan saya adalah Tuhan, bukan dia. Tuhan beri saya makan lewat dia, itu yang betul. Tapi, saya nggak mau debat, langsung saja keluar dari perusahaan itu.

Dari situ, Anda dapat modal dari mana?

Karena wirausaha ini saya mulai dari hobi, modalnya memang modal dengkul. Namun, dalam perjalanannya saya dapat modal dari H Firman Rp 200 juta. Saya bikin rumah produksi mie di Tangerang, berjalan sekitar 1999 sampai 2003. Di rumah produksi itu saya bikin aneka makanan yang bebas formalin, bebas bahan pengawet. Legalitas usaha itu saya buat pada April 1993, biar mudah mengingat, karena pas dengan ultah saya. Selain legalitas, saya juga mendapat sertifikasi halal food, tapi PT itu baru berdiri sejak tahun 2003.

Siapa saja pemegang saham perusahaan itu?

Awalnya, pak Firman masuk jadi pemegang saham. Tapi karena dia menyimpang dari aturan bersama, akhirnya sahamnya saya beli Rp 200 juta. Waktu itu, saya langsung beriklan di media massa, dan ternyata ada yang berminat membeli saham saya, yaitu Djaja Hendrawan. Maka, pemegang sahamnya sekarang adalah saya 60 persen, pak Djaja 40 persen. Jadi, dalam waktu relatif cepat, asetnya jadi 1 miliar. Itu terjadi pada tahun 2000, kini sudah ada yang berminat mau beli lebih dari 8 miliar, tapi saya berkeinginan untuk mengembangkan saja supaya bisnis Mie Kita ini kian berkibar dimana-mana. Obsesi saya umur 55 tahun, sama dengan pegawai negeri sipil, saya harus pensiun dan jadi passive income, tinggal menikmati hidup.

Bagaimana nilai saham itu bisa meningkat, sementara outlet Mie Kita baru 25, setelah buka di kota Bogor, Tebet, dan RS MH Tamrin Jakarta?

Saya jualan skills, ini yang mahal dan bisa mencapai 60 persen. Kalau rumah produksi sih cuma bangunan tipe 21, tapi dua lantai, luasnya sekitar 120 meter persegi. Tapi skills, itu yang berharga bagi seorang wirausahawan.

Bagaimana Anda membangun skills itu sehingga bernilai tinggi?

Untuk tahu masakan mie yang berkualitas, saya tak segan-segan membayar jago-jago pembuat mie yang tangguh dan kesohor lebih dulu. Misalnya, Mie Alok, Mie Aheng. Mereka saya minta demo masak, dan saya bayar waktu itu Rp 1,5 juta, kalau uang sekarang bisa 15 juta sekali demo. Demikian pula ketika saya ingin tahu bagaimana bikin Es Doger yang enak, saya panggil pembuatnya yang handal, lalu saya suruh demo seharian, dan saya ganti biaya produksi dia sehari itu, karena saya suruh demo. Untuk tahu soal toxin, higienitas makanan, packaging, dan enzyme, saya belajar khusus di IPB. Perlunya supaya skills saya meningkat dan langsung bisa saya praktekkan lewat dagang mie.

Selain itu, anda juga berdagang aneka juice dan minuman kesehatan, serta packaging aneka buah. Bagaimana ide itu bisa muncul?

Saya suka baca-baca buku Prof Hembing, ahli herbal dan kesehatan alternatif lewat tumbuh-tumbuhan. Setelah saya cermati buku Prof Hembing, saya lalu berdagang juice anti diabetes, dengan komposisi bahan herbal yang saya pelajari dari bukunya. Juga ada juice anti kanker, juice anti kolesterol, juice anti darah rendah, juice anti hipertensi, juice anti ginjal, anti asam urat, anti batuk, TBC, sariawan, dan juice pelangsing. Itu semua saya lakukan dengan menyerap selera pasar, yang di satu sisi pasar menghendaki minuman segar, tapi juga menyehatkan. Bahannya dari aneka buah-buahan, sekarang juga saya paket, sehingga tinggal dibikinkan juice.

Apa menu unggulan yang anda jual untuk memenuhi selera pehobi kuliner?

Sebagai spesialis Chinese Food Modern, saya juga memasarkan Chicken Kungpao, Cumi Lada Garam, Udang Goreng Gandum dan lainnya yang saya kemas lewat program franchise, yaitu paket mini resto seharga Rp 90 juta, paket foodcourt Rp 58 juta, dan paket resto Rp 125 juta. Rata-rata outlet yang ada balik modalnya 6-12 bulan, paling lama tiga tahun.

Apa yang melatarbelakangi optimisme Anda?

Pertama, harganya pantas, serba sepuluh ribu. Tapi yang lebih penting lagi ialah seleranya yang mengikuti selera kelas atas, sehingga semua kalangan bisa menikmati masakan kami. Tujuan utama saya adalah mengembangkan Bakmi Mie Kita sebagai trademark di kota-kota seluruh Indonesia dan juga membantu orang susah, biar nggak susah seperti saya dulu, yang hidup di panti asuhan. Cara bantu saya ya dengan berwirausaha, karena di Indonesia masih sedikit orang yag mau terjun dan berjuang demi kesuksesan berwirausaha. Setelah umur 55 tahun, saya pensiun biar bisnis ini diteruskan oleh masyarakat luas dimana pun berada.

Di tengah kesibukan Anda membina hubungan baik dengan mitra kerja untuk mengembangkan sayap usaha itu, bagaimana anda membagi waktu buat keluarga, istri dan anak-anak serta kerabat lain?

Anak-anak sih saya arahkan untuk bisa berwirausaha, seperti ayahnya, juga setangguh neneknya. Juga istri saya, mereka semua saya kira mendukung dan bahu membahu berwirausaha untuk mencapai target itu. Dengan karyawan saya sering membina dan mengarahkan mereka. Maklum, kebanyakan karyawan saya adalah mantan tukang becak yang nggak bisa baca-tulis, mantan kondektur, anak-anak jalanan, mantan pedagang kaki-lima, yang semuanya punya karakter sendiri-sendiri. Seperti bekas tukang becak, kebiasannya molor, tidur melulu. Tapi, karena saya memang sudah komit merekrut mereka, ya saya sendiri yang menempanya, bahkan ada yang sampai dua tahun baru bisa mengikuti ritme usaha saya. Selebihnya waktu senggang saya gunakan untuk baca-baca buku guna menambah wawasan yang bisa mendukung usaha saya.



Biodata :

Nama : Petrus Puspo Sutopo

Tempat/Tanggal Lahir : Malang, 27 April 1967

Pekerjaan : Pemilik PT Sistem Waralaba Bakmi Mie Kita

Alamat : Jl. Pajajaran 26 Kota Bogor

Istri : Digna Winarti

Anak : Shoteby Anthony Winsen, Michelle Levine dan Nikola Tesla

Pendidikan :

SD sampai STM di Jakarta di bawah asuhan Panti Asuhan Vincentius, Kramat Raya Jakarta
Teknik Sipil Politeknik Pasar Minggu Jakarta
Kursus Log Grader di Fakultas Kehutanan IPB
Kursus Ilmu Toxin, Herbal, Enzyme, Higienitas dan Packaging dari IPB

Pekerjaan :

Inti Salim Group
Wirausaha sendiri

Warna favorit : Hijau

Masakan favorit : Mie ayam

Moto : Jadi garam dunia

Obsesi : Membantu orang susah

BAKMI MIE-KITA UTAN KAYU

Perjalananku kali ini sedikit diganggu dengan rusaknya si jago ngebut motor biruku, Honda CB 1972 125 cc yang kain hari kian cantik saja kendaraan antik itu... Setelah masuk bengkel yang profesional dan pelayanannya sangat menjanjikan, kelanakuliner berjalan dan mencari kendaraan umum, bis Metromini jurusan pramuka, menuju kantor Is Plaza RM Gurih.
Sambel Sambil jepret sana, jepret sini dengan kamera digitalku, tahu-tahu seorang pemuda memberikan salam tersenyum sayapun membalas senyumnya dan memutar memori otakku mencoba mengingat dimana saya mengenalnya. Teman kampuskah? Teman sekolahkah atau orang yang berkunjung ke rumahku untuk survey kredit bank, atau orang asuransi pendidikan yang sering mengontakku?

Alhamdulillah, dengan sikap sesopan mungkin akhirnya saya teringat kembali, rupanya dia teman adik kandungku. Aahhh... forget it lah, yang penting sekarang ada teman dan dengan baik hatinya dia tawarkan mengantarku ke kantor Is Plaza. Namun aku akhirnya minta diturunkan di perapatan Utankayu, dan meneruskan berjalan kaki dengan niat canvasing (susur jejak kuliner baik berjalan kaki maupun berkendaraan, yah ini kan kelana kuliner yang sebenarnya, kan?) Perjalanan meniti pinggiran jalan Utankayu menuju tembusan jalan ke Pramuka Raya itulah, aku melihat satu ruko yang tampak masih baru. Bakmi Mie-Kita. Sepertinya asyik juga dan lumayan akrab di telinga nama resto ini.

Waktu menunjukkan pukul 14.17 WIB dan langsung saja masuk setelah melewati interior ruangan yang dominan kuning muda dan hijau itu yang juga berhiaskan lukisan neo-klasik karya seniman Jogja. Di ujung meja dapur, saya mencoba mencari informasi tentang sang pemilik dan tepat di bagian bawah meja kasir sekaligus loket layanan pesan, sebuah poster informasi waralaba Bakmi Mie-Kita terpampang manis (satu trik pemasaran yang cukup cerdik, untuk menangkap peluang pasar baru - setidaknya itulah yang dikatakan sang pemilik waralaba Petrus). Tertulis di poster itu "Peluang Usaha (Busines Opportunity) Waralaba Bakmi Mie-Kita, yang ditawarkan ke seluruh wilayah Indonesia. Makanan Sehat, Enak dan Murah. Tipe waralaba, kelas "Food Court - Modal hanya 77jt", "Mini Resto - Modal hanya 160jt", "Resto - modal cuma 175jt", BEP (Titik Balik Impas) 12 s/d 16 bulan. Hubungi Petrus/Nadir No. Telp 08588.3262.658 atau 0856.9292.5050."

Setelah beberapa waktu, kontak pertama saya justru langsung dengan sang pemilik waralaba pak Petrus, tapi belakang waktu saya tahu bahwa ternyata saya berhubungan dengan Nadir, sang penerima waralaba dan pemilik ruko di Utankayu. Kami pun membuat janji bertemu dan saya masih beranggapan akan bertemu dengan pemilik waralaba, Petrus Puspo Sutopo.

Kurang dari satu jam, dan nyaris saja saya tenggelam dalam tidur di kursi makan yang berbentuk sofa tinggi RM Bakmi Mie-Kita, saat bertelepon ria dengan kolega, akhirnya datang juga, Nadir. Walaupun saya sudah tahu, lelaki Arab (ganteng eh... jangan ah nanti GR dan salah tafsir lagi) ini, tapi saya mencoba "melucu" menanyakan nama dirinya, "Dengan pak Petrus?" (emang ada yah orang Arab yang namanya Petrus? Kalo di "sana" ya pastinya ada lah!...Sayangnya saya lupa mematikan HP saya yang masih OL dengan kolega... ih nggak etis buanget deh gue!), "Saya Nadir, pak," jawabnya menerima jabatan tangan perkenalan diri saya. (by the way... aku jadi ingat satu istilah... sampai ke titik nadir... titik terendah di horizon langit... so what's the meaning of Nadir?)


Setelah berkenalan dan berbincang dengan Nadir, lelaki keturunan Arab kelahiran Jeddah 28 tahun lalu ini, ternyata menyenangkan diajak berdiskusi. Menurutnya, dengan berwaralaba Bakmi Mie-Kita setidaknya keinginannya untuk berwiraswasta dan asyik duduk manis di rumah bisa dilakukan. "Tapi biarpun begitu seperti yang ditawarkan oleh franchisor, saya masih kepingin ikut nimbrung sibuk terjun ke bisnis usaha resto bakmi ini," ujarnya serius. Bujangan yang akan merencanakan menikah dengan adik sahabat lamanya pada tahun depan ini menegaskan, justru dirinya memang mau bersibuk-sibuk ria untuk jadi pengusaha yang tahu banyak hal tentang bagaimana memproduksi usaha resto bakmi.

Sebagai gambaran betapa rumit dan sibuknya usaha Bakmi Mie-Kita, jumlah sajian menunya saja hingga seratus lebih. Bisa dibayangkan, bukan bagaimana banyaknya SOP (bukan semacam sop buntut, coy... tapi Standard Operation Procedure - alias Prosedur Operasi Baku) dan beragamnya suplay bahan baku menu masakan. "Wajar saja Mas, kalau masalah product knowledge, sebaiknya ditanyakan langsung kepada pak Petrus... Dia yang lebih paham dengan segala macam menu itu," ujarnya merendah.

Bagi saya bukan itu saja masalahnya, namun yang paling penting adalah bagaimana seh sebenarnya rasa dari bakminya itu sendiri. Apa sama hebat dan lezatnya dengan sang legendaris Bakmi GM? Ah nggak usah kelamaan cerita... Kelanakuliner pun akhirnya mencoba semangkuk porsi Bakmi Komplet yang berisi PG (bukan Partai Golkar, tapi Pangsit Goreng), PR (juga bukan PuRel yang cantik tapi Pangsit Rebus, hehehe), ETM (yang ini juga bukan Etometic Teller Machine - maksa banget kan?- tapi Es Teh Manis). Dan sebagai hasilnya adalah ......................................... (bentar lagi asyik mengingat kenikmatan sensasi makan bakmi..... hmmmm) rasanya tak kalah dengan Bakmi GM (kenapa seh disebut Bakmi Gajah Mada? Emang bakminya segede-gede Gajah Mada... atau emang jaman dulu Gajah Mada doyan bakmi ya? Ahh gak jelas... Tapi konon menurut buku sejarah Indonesia, Bakmi GM dikasih nama seperti itu karena si pedagang bakmi dulu sekali awalnya dagang bareng Gajah Mada.... eh bukan maksudnya dagang di Jalan Gajah Mada... dasar beg*!)

Memang ada idiom di dunia "perbakmian" bahwa jadulbang (jaman dulu banget) patokan makanan bakmi yang enak adalah Bakmi GM, setelah beberapa tahun, muncul lah nama-nama mirip yang juga dikelola oleh warga Cina lainnya seperti Bakmi GK (lagi-lagi bukan Golongan Karya tapi Gang Kelinci). Bakmi GK ini pun juga begitu populer di kalangan masyarakat Jakarta, namun sedikit sekali yang tahu persis, bahwa Bakmi GK menggunakan B2 (alias bukan BlueBand tapi BaBi). lihat tulisan saya yang pertama kali di link kelanakuliner ini.

Kembali ke laptop, eh salah kembali ke pokok bahasan Bakmi Mie-Kita Utan Kayu. Resto Bakmi yang masih dalam pengawasan langsung Petrus (bukan Petrik dan juga bukan Petruk, apalagi Patrick Starfish temannya Spongebob Squarepants). Menurut pengakuan Petrus, usaha waralaba Bakmi Mie-Kita yang dikelolanya ini jelas berbeda dengan usaha waralaba lainnya yang sejenisnya. "Kebanyakan para pemilik waralaba bakmi lainnya itu, setelah mendapatkan uang investasi, maka mereka tidak memberikan yang intens dan berkelanjutan". Itulah sebabnya saya lebih mengutamakan para pelanggan, tambahnya, karena pada akhirnya yang menentukan adalah pasar.

Lelaki humoris yang penuh pengalaman pahit selama hidupnya di masa kecilnya ini menegaskan, bahwa tanggung jawab dirinya tidak berhenti setelah si pemilik modal menyerahkan uangnya membeli merk Bakmi Mie-Kita. "Seumur hidup saya membuka komunikasi, kapanpun mereka butuh saya untuk konsultasi usaha yang telah belasan tahun saya tekuni ini," ungkapnya sambil berpromosi. Kelanakuliner sendiri mengakui bahasa tubuh dan caranya berkomunikasi yang mampu meyakinkan orang lain untuk mau bekerjasama waralaba. Saya jadi ingat film klasik The God Father, dimana ada satu quote populer Marlon Brando dalam film itu, "I'm going to make him an offer he can't refuse."

Lelaki Petrus Puspo Sutopo memang jago bisa meyakinkan para mitra dan koleganya dengan prinsip belajar dari pengalaman, dan yang penting pertama kali adalah skill, kemudian kejujuran, keuletan, baru modal, demikian ungkapnya. Makanya tak heran jika akhirnya ia memilih untuk berwirausaha. dan mengembangkan usahanya dengan konsep waralaba dan kemitraan seperti BO (Business Opportunity). Seiring itu ia juga mempunyai filosofi hidup yang ingin menolong orang. "Dari kecil Saya hidup banyak ditolong orang, maka Saya bercita-cita ingin menolong orang. Baik itu karyawan maupun para pemilik modal," tandas Petrus.

Pada kenyataannya, Petrus membuktikan hal itu dengan seringnya ia meningkatkan pembinaan kinerja kepada para karyawannya yang sering dirolling ke setiap cabang yang berbeda maupun cabang baru. "Saya hanya mau memberikan bantuan tenaga kerja ahli (karyawan) saya yang telah lebih dari 6 bulan pengalamannya bekerja dengan saya, demi mempertahankan kualitas SDM di tiap cabang waralaba lain yang baru dibuka," pungkasnya.

Sekarang ini di Jakarta, setidaknya ada 5 cabang waralaba, mulai dari Salemba, Tebet, Kelapa Gading, Sunrise Garden, juga termasuk Bogor.

Bila Anda tertarik ingin merasakan nikmatnya ratusan pilihan menu Bakmi Mie-Kita, maka bisa langsung kunjungi Bakmi Mie-Kita Jl. Utan Kayu No. 106, Jakarta Timur atau menghubungi telepon
(021) 9704.3*** - 9704.3***
untuk pesan antar lokasi terbatas. Sedangkan pesan antaran radius lebih jauh dikenakan ongkos kirim Rp. 2.500,-
Perjalananku kali ini sedikit diganggu dengan rusaknya si jago ngebut motor biruku, Honda CB 1972 125 cc yang kain hari kian cantik saja kendaraan antik itu... Setelah masuk bengkel yang profesional dan pelayanannya sangat menjanjikan, kelanakuliner berjalan dan mencari kendaraan umum, bis Metromini jurusan pramuka, menuju kantor Is Plaza RM Gurih.
Sambel Sambil jepret sana, jepret sini dengan kamera digitalku, tahu-tahu seorang pemuda memberikan salam tersenyum sayapun membalas senyumnya dan memutar memori otakku mencoba mengingat dimana saya mengenalnya. Teman kampuskah? Teman sekolahkah atau orang yang berkunjung ke rumahku untuk survey kredit bank, atau orang asuransi pendidikan yang sering mengontakku?

Alhamdulillah, dengan sikap sesopan mungkin akhirnya saya teringat kembali, rupanya dia teman adik kandungku. Aahhh... forget it lah, yang penting sekarang ada teman dan dengan baik hatinya dia tawarkan mengantarku ke kantor Is Plaza. Namun aku akhirnya minta diturunkan di perapatan Utankayu, dan meneruskan berjalan kaki dengan niat canvasing (susur jejak kuliner baik berjalan kaki maupun berkendaraan, yah ini kan kelana kuliner yang sebenarnya, kan?) Perjalanan meniti pinggiran jalan Utankayu menuju tembusan jalan ke Pramuka Raya itulah, aku melihat satu ruko yang tampak masih baru. Bakmi Mie-Kita. Sepertinya asyik juga dan lumayan akrab di telinga nama resto ini.

Waktu menunjukkan pukul 14.17 WIB dan langsung saja masuk setelah melewati interior ruangan yang dominan kuning muda dan hijau itu yang juga berhiaskan lukisan neo-klasik karya seniman Jogja. Di ujung meja dapur, saya mencoba mencari informasi tentang sang pemilik dan tepat di bagian bawah meja kasir sekaligus loket layanan pesan, sebuah poster informasi waralaba Bakmi Mie-Kita terpampang manis (satu trik pemasaran yang cukup cerdik, untuk menangkap peluang pasar baru - setidaknya itulah yang dikatakan sang pemilik waralaba Petrus). Tertulis di poster itu "Peluang Usaha (Busines Opportunity) Waralaba Bakmi Mie-Kita, yang ditawarkan ke seluruh wilayah Indonesia. Makanan Sehat, Enak dan Murah. Tipe waralaba, kelas "Food Court - Modal hanya 77jt", "Mini Resto - Modal hanya 160jt", "Resto - modal cuma 175jt", BEP (Titik Balik Impas) 12 s/d 16 bulan. Hubungi Petrus/Nadir No. Telp 08588.3262.658 atau 0856.9292.5050."

Setelah beberapa waktu, kontak pertama saya justru langsung dengan sang pemilik waralaba pak Petrus, tapi belakang waktu saya tahu bahwa ternyata saya berhubungan dengan Nadir, sang penerima waralaba dan pemilik ruko di Utankayu. Kami pun membuat janji bertemu dan saya masih beranggapan akan bertemu dengan pemilik waralaba, Petrus Puspo Sutopo.

Kurang dari satu jam, dan nyaris saja saya tenggelam dalam tidur di kursi makan yang berbentuk sofa tinggi RM Bakmi Mie-Kita, saat bertelepon ria dengan kolega, akhirnya datang juga, Nadir. Walaupun saya sudah tahu, lelaki Arab (ganteng eh... jangan ah nanti GR dan salah tafsir lagi) ini, tapi saya mencoba "melucu" menanyakan nama dirinya, "Dengan pak Petrus?" (emang ada yah orang Arab yang namanya Petrus? Kalo di "sana" ya pastinya ada lah!...Sayangnya saya lupa mematikan HP saya yang masih OL dengan kolega... ih nggak etis buanget deh gue!), "Saya Nadir, pak," jawabnya menerima jabatan tangan perkenalan diri saya. (by the way... aku jadi ingat satu istilah... sampai ke titik nadir... titik terendah di horizon langit... so what's the meaning of Nadir?)


Setelah berkenalan dan berbincang dengan Nadir, lelaki keturunan Arab kelahiran Jeddah 28 tahun lalu ini, ternyata menyenangkan diajak berdiskusi. Menurutnya, dengan berwaralaba Bakmi Mie-Kita setidaknya keinginannya untuk berwiraswasta dan asyik duduk manis di rumah bisa dilakukan. "Tapi biarpun begitu seperti yang ditawarkan oleh franchisor, saya masih kepingin ikut nimbrung sibuk terjun ke bisnis usaha resto bakmi ini," ujarnya serius. Bujangan yang akan merencanakan menikah dengan adik sahabat lamanya pada tahun depan ini menegaskan, justru dirinya memang mau bersibuk-sibuk ria untuk jadi pengusaha yang tahu banyak hal tentang bagaimana memproduksi usaha resto bakmi.

Sebagai gambaran betapa rumit dan sibuknya usaha Bakmi Mie-Kita, jumlah sajian menunya saja hingga seratus lebih. Bisa dibayangkan, bukan bagaimana banyaknya SOP (bukan semacam sop buntut, coy... tapi Standard Operation Procedure - alias Prosedur Operasi Baku) dan beragamnya suplay bahan baku menu masakan. "Wajar saja Mas, kalau masalah product knowledge, sebaiknya ditanyakan langsung kepada pak Petrus... Dia yang lebih paham dengan segala macam menu itu," ujarnya merendah.

Bagi saya bukan itu saja masalahnya, namun yang paling penting adalah bagaimana seh sebenarnya rasa dari bakminya itu sendiri. Apa sama hebat dan lezatnya dengan sang legendaris Bakmi GM? Ah nggak usah kelamaan cerita... Kelanakuliner pun akhirnya mencoba semangkuk porsi Bakmi Komplet yang berisi PG (bukan Partai Golkar, tapi Pangsit Goreng), PR (juga bukan PuRel yang cantik tapi Pangsit Rebus, hehehe), ETM (yang ini juga bukan Etometic Teller Machine - maksa banget kan?- tapi Es Teh Manis). Dan sebagai hasilnya adalah ......................................... (bentar lagi asyik mengingat kenikmatan sensasi makan bakmi..... hmmmm) rasanya tak kalah dengan Bakmi GM (kenapa seh disebut Bakmi Gajah Mada? Emang bakminya segede-gede Gajah Mada... atau emang jaman dulu Gajah Mada doyan bakmi ya? Ahh gak jelas... Tapi konon menurut buku sejarah Indonesia, Bakmi GM dikasih nama seperti itu karena si pedagang bakmi dulu sekali awalnya dagang bareng Gajah Mada.... eh bukan maksudnya dagang di Jalan Gajah Mada... dasar beg*!)

Memang ada idiom di dunia "perbakmian" bahwa jadulbang (jaman dulu banget) patokan makanan bakmi yang enak adalah Bakmi GM, setelah beberapa tahun, muncul lah nama-nama mirip yang juga dikelola oleh warga Cina lainnya seperti Bakmi GK (lagi-lagi bukan Golongan Karya tapi Gang Kelinci). Bakmi GK ini pun juga begitu populer di kalangan masyarakat Jakarta, namun sedikit sekali yang tahu persis, bahwa Bakmi GK menggunakan B2 (alias bukan BlueBand tapi BaBi). lihat tulisan saya yang pertama kali di link kelanakuliner ini.

Kembali ke laptop, eh salah kembali ke pokok bahasan Bakmi Mie-Kita Utan Kayu. Resto Bakmi yang masih dalam pengawasan langsung Petrus (bukan Petrik dan juga bukan Petruk, apalagi Patrick Starfish temannya Spongebob Squarepants). Menurut pengakuan Petrus, usaha waralaba Bakmi Mie-Kita yang dikelolanya ini jelas berbeda dengan usaha waralaba lainnya yang sejenisnya. "Kebanyakan para pemilik waralaba bakmi lainnya itu, setelah mendapatkan uang investasi, maka mereka tidak memberikan yang intens dan berkelanjutan". Itulah sebabnya saya lebih mengutamakan para pelanggan, tambahnya, karena pada akhirnya yang menentukan adalah pasar.

Lelaki humoris yang penuh pengalaman pahit selama hidupnya di masa kecilnya ini menegaskan, bahwa tanggung jawab dirinya tidak berhenti setelah si pemilik modal menyerahkan uangnya membeli merk Bakmi Mie-Kita. "Seumur hidup saya membuka komunikasi, kapanpun mereka butuh saya untuk konsultasi usaha yang telah belasan tahun saya tekuni ini," ungkapnya sambil berpromosi. Kelanakuliner sendiri mengakui bahasa tubuh dan caranya berkomunikasi yang mampu meyakinkan orang lain untuk mau bekerjasama waralaba. Saya jadi ingat film klasik The God Father, dimana ada satu quote populer Marlon Brando dalam film itu, "I'm going to make him an offer he can't refuse."

Lelaki Petrus Puspo Sutopo memang jago bisa meyakinkan para mitra dan koleganya dengan prinsip belajar dari pengalaman, dan yang penting pertama kali adalah skill, kemudian kejujuran, keuletan, baru modal, demikian ungkapnya. Makanya tak heran jika akhirnya ia memilih untuk berwirausaha. dan mengembangkan usahanya dengan konsep waralaba dan kemitraan seperti BO (Business Opportunity). Seiring itu ia juga mempunyai filosofi hidup yang ingin menolong orang. "Dari kecil Saya hidup banyak ditolong orang, maka Saya bercita-cita ingin menolong orang. Baik itu karyawan maupun para pemilik modal," tandas Petrus.

Pada kenyataannya, Petrus membuktikan hal itu dengan seringnya ia meningkatkan pembinaan kinerja kepada para karyawannya yang sering dirolling ke setiap cabang yang berbeda maupun cabang baru. "Saya hanya mau memberikan bantuan tenaga kerja ahli (karyawan) saya yang telah lebih dari 6 bulan pengalamannya bekerja dengan saya, demi mempertahankan kualitas SDM di tiap cabang waralaba lain yang baru dibuka," pungkasnya.

Sekarang ini di Jakarta, setidaknya ada 5 cabang waralaba, mulai dari Salemba, Tebet, Kelapa Gading, Sunrise Garden, juga termasuk Bogor.

Bila Anda tertarik ingin merasakan nikmatnya ratusan pilihan menu Bakmi Mie-Kita, maka bisa langsung kunjungi Bakmi Mie-Kita Jl. Utan Kayu No. 106, Jakarta Timur atau menghubungi telepon
(021) 9704.3*** - 9704.3***
untuk pesan antar lokasi terbatas. Sedangkan pesan antaran radius lebih jauh dikenakan ongkos kirim Rp. 2.500,-

Senin, 04 Oktober 2010

Awali Kesuksesan dengan kebiasaan memberi.....

Menerima sesuatu pemberian orang lain, apakah itu hadiah, sekedar pujian atau sesuatu lainnya pasti sangat menyenangkan. Tidak hanya bagi anak-anak, siapapun Anda, apakah orang tua atau masih muda, apakah orang kaya atau miskin, apakah direktur atau karyawan biasa, pemimpin atau rakyat biasa, tentu merasa senang menerima hadiah atau sesuatu dari orang lain. Apalagi kalau sesuatu itu adalah yang memang kita harapkan dan kita tunggu-tunggu, inilah momen yang paling menyenangkan. Inilah perasaan dari sisi seseorang yang menerima sesuatu pemberian orang lain.


Bagaimana dengan seseorang yang menjadi ?subjek? atau orang yang memberikan sesuatu kepada orang lain ? Perasaan apa yang dirasakannya ? Apa imbalan yang akan didapatkannya ?. Seringkali orang salah mengartikan memberikan sesuatu kemudian berharap segera mendapatkan imbalan dari orang yang diberinya. Ini adalah prinsip yang salah yang dapat menghilangkan nilai dari pemberian itu, karena tidak dilakukan dengan niat keikhlasan hati.


Prinsip kebiasaan memberi dan berbagi sesungguhnya adalah prinsip investasi kepercayaan. Karena prinsip mendahulukan memberi, bukan menunggu dan meminta adalah prinsip melepaskan energi kebaikan dari dalam diri. Ingatlah prinsip aksi min reaksi. Bahwa sebuah aksi akan menciptakan reaksi. Dan prinsip kebiasaan memberi kebaikan akan menghasilkan pula sesuatu kebaikan, yakni berupa meningkatnya investasi energi kepercayaan dari orang lain.


Dalam berbisnis, dalam bekerja sebagai karyawan, dalam berkarya, dalam melakukan berbagai bidang kehidupan, kalau Anda ingin mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan awalilah dengan kebiasaan memberi dan berbagi, bukan menunggu dan meminta. Karena kebiasaan memberi adalah melepaskan energi positif dari dalam diri. Energi ini sesungguhnya tidak pernah hilang dari muka bumi, hanya akan berubah bentuk saja.


Energi positif berupa kebaikan ini akan kembali kepada diri kita dalam jumlah yang berlipat ganda. Bisa saja dalam bentuk yang berbeda-beda, misalnya mendapatkan kebahagiaan hati, kesenangan batin, ketenangan, kemudahan hidup, rejeki, keselamatan atau ditolong orang lain. Inilah prinsip hukum kekekalan energi.

Apa sih yang harus diberikan ?

Apa sih yang harus dibagikan ?
Apakah harus uang, harta atau Perhatian ?

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mungkin terlintas dalam benak Anda.


Banyak hal yang dapat diberikan dan dibagikan kepada orang lain, tidak harus harta dan uang. Berikut ini beberapa hal kecil selain harta dan uang yang dapat dibagikan kepada orang lain sehingga dapat meningkatkan kepercayaan, contohnya:


- Memberikan perhatian yang tulus kepada orang lain
- Memberikan penghargaan kepada orang lain
- Mau mengerti penderitaan dan kesulitan orang lain
- Mau mendengarkan orang lain berbicara
- Menjadikan orang lain merasa penting dihadapan kita
- Memberikan pujian kepada orang lain
- Menolong orang yang memerlukan bantuan
- Berbagi pengalaman dan ilmu pengetahuan
- Mengerti perasaan orang lain
- Dll


Intinya awalilah dengan kebiasaan memberi dan berbagi, bukan menunggu dan meminta. Mengawali dengan kebiasaan memberi sebenarnya adalah mengikuti sifat-sifat mulia Allah SWT yang sudah ?built in? dalam hati kita. Yakni sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim atau Maha Pengasih dan Maha Penyayang.


Inilah prinsip memulai dengan mengucapkan niat ?Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang?. Jadikanlah hal ini sebagai kebiasaan dalam setiap memulai langkah kehidupan dan rasakan efektivitasnya dalam kehidupan Anda.

Franchisee Award Announces Winners

Gerald Thompson owner of the McDonald’s franchise in Manchester and Oldham, was crowned 2010 bfa HSBC Franchisee of the Year.

One of 16 exceptional finalists, Gerald was praised for the outstanding success of his franchise, alongside his tireless support and dedication to local community projects.

The 2010 bfa HSBC Franchisee of the Year Award, supported by Express Newspapers, lists the overal winners:

  • Gold award – Gerald Thompson, McDonald’s in Manchester and Oldham
  • Silver award – Frank Sutherland, Autosmart in Aberdeenshire
  • Bronze award – Peter Morrison, Granite Transformations in Cambridge

Gerald commented on winning; “I feel extremely proud to be named the 2010 bfa HSBC Franchisee of the Year. It’s a great honour and one which I couldn’t have achieved without the great support of my team.”

Alongside his work, Gerald continues to be involved with a number of local youth football teams through sponsorship, contributes to local prison programmes and proactively engages with young people on the streets of Manchester and Oldham; getting involved with activities such as the Midnight Basketball Initiative.

Gerald added: “I’m dedicated to the community activity and not only to help me in my day-to-day job, but because it helps the local community get something more from life. It gives me tremendous satisfaction to see some of the kids I’ve met on the street become respectful and respected individuals, with some becoming valued employees at my restaurants.”

Cathryn Hayes, head of HSBC franchising said: “There were some truly inspirational franchisee nominations this year, so choosing the winners was very challenging. It demonstrates to me that British enterprise is alive and well, even in these tough times.

“All 16 finalists should be very proud of what they have achieved through their endeavour and hard work. On behalf of HSBC, I congratulate each of the winners and look forward to hearing about their continued success.”

Brian Smart, general director of the British Franchise Association (bfa), commented; “The winners of the 2010 bfa HSBC Franchisee of the Year have excelled in so many ways, and they are a credit to themselves and the franchise industry. They have shown innovation, creativity and a relentless pursuit of excellence, making them all inspirational examples of best practice.

“Gerald is an exceptional individual showing unbelievable character and belief throughout his career and is deserving of the prestigious title, 2010 bfa HSBC Franchisee of the Year.”

Ben Nealon, classified advertising manager of Express Newspapers, said; “The calibre of franchisees in the UK for this year’s awards was once again tremendous. Every winner has used their initiative and broadened their marketing strategies as part of a successful franchise.

“I’d like to congratulate them all for their dedication to their franchise and wish them every success in the future.”

Gold, silver and bronze award winners were selected from the five regional winners who all demonstrated unique qualities in their field.

Regional winners

London and the South East: Guy Whittaker, Dairy Crest

Scotland: Frank Sutherland, Autosmart

The Midlands: Peter Morrison, Granite Transformations

The North: Gerald Thompson, McDonald’s

The South West and South Wales: Nick Bourne, Cash Generator

Event; Starting an Ethical Business


Clothes storeEcoChic Collection invites entreprenuers to their Ethical Fashion Network, in Hove, East Sussex.

A love of style and a passion for ethical business has driven the creative director of EcoChic Collection, Deborah Miarkowska to launch the first Ethical Fashion Network for the South East.

The first network will be held Monday 20th September 2010, 7.30pm-10pm, hosted by La Fourchette Patisserie, purveyors of fine dining.

The event is open to all ethical businesses and friends to network, collaborate and share creativity.

The evening includes live music, a specialist guest speaker, a chance to appear on local radio and to enjoy a gorgeous venue.

Five lucky ethical businesses who attend will be featured on EcoChic Magazine.

Graduate Entrepreneurship Boosts Economy

Young entrepreneursThe National Council for Graduate Entrepreneurship (NCGE) newly formed University Enterprise Network is on target to create 204 new businesses.

NCGE was set up in 2004 to cultivate entrepreneurship in higher education. It does this by helping graduates to start a business through a number of programmes and by helping universities embed entrepreneurship.

The NCGE recently announced the results of extensive independent evaluation into the impact of its programmes. The programme is currently mentoring and supporting 3,550 graduate businesses and the evaluators estimated that 71% of these graduates either wouldn’t be starting a business or have started the process earlier than anticipated.

Ninety universities are now benefiting from the NCGE and support from the private sector has reached over £2M. The NCGE Board includes Barclays Bank, BAe Systems and Microsoft, with HSBC supporting the delivery of the Flying Start and Make it Happen programmes.

Ian Robertson, CEO of NCGE says “I’m absolutely delighted to be able to demonstrate our impact in such a tangible way. Over 80% of new, growth companies are set up by graduates.

“At this critical time for our economy we need to improve the environment for wealth creation and build a closer, more productive relationship between business and universities. This evaluation shows the critical role that NCGE plays in achieving both those objectives.”

Claire Hookham Williams, Enterprise Champion at the University of Liverpool explains the difference NCGE had made: “We’ve been involved in a number programmes that NCGE have organised including Flying Start, the International Entrepreneurship Educators Programme and the HE Enterprise Champions Project in the North West Region.

“Teaching entrepreneurship needs to be interactive and the funding that we received has enabled us to purchase new interactive teaching tools, organise special three-day events and create business societies for the students.

“It has also helped us to build contacts with other universities so that we can exchange ideas and give each other advice. The staff and students have loved all the programmes we’ve introduced and it’s helped to drive through an entrepreneurial spirit throughout the university.”

Jonathan Lloyd started Falling Pixel while studying at Portsmouth University in 2006. Since launching, his turnover has doubled each year and he is hoping to do the same again this year. He explains the difference that NCGE made to him, “I first found out about NCGE’s Flying Start Programme when I went along to a rally they were organising in Reading.

“There I got some fantastic start up advice and help on developing a business plan to help get me going. After I received a £1,000 grant to start up my business I went to America for six months as part of the NCGE-Kauffman Flying Start Global Fellowship.”

Before doing a three month internship at a leading post-production company in Kansas, Jonathan visited Harvard and Stamford Universities but he says the highlight was meeting the CEO of Google, Eric Schmidt.

Lloyd comments, “Seeing one of the most influential, important guys of our time giving us a lecture on the pitfalls of starting up a business was surreal, but an experience I’ll never forget. When I came back from America I was so inspired and the Flying Start Programme gave me so much more confidence that I wouldn’t have had before.”

David Frost of the British Chambers of Commerce commented, “The impact figures and testimonials from graduates and universities speak for themselves - NCGE is a real success story.”

10 Tips For First-time Entrepreneurs

Young entrepreneursBy Scott Gerber of Entrepreneur.com: There are far too few resources directly addressing the nonacademic trials and tribulations young entrepreneurs face along their journey.

Whenever possible, I encourage up-and-comers and established entrepreneurs to mentor the next generation of dream-seekers, for it is this insight and insider education that will provide the foundation for the entrepreneurs of tomorrow.

With that, here are 10 pieces of advice that I wish someone had given to me before I launched my first venture.

1. Focus. Focus. Focus.

Many first-time entrepreneurs feel the need to jump at every “opportunity” they come across. Opportunities are often wolves in sheep’s clothing. Avoid getting side-tracked. Juggling multiple ventures will spread you thin and limit both your effectiveness and productivity.

Do one thing perfectly, not 10 things poorly. If you feel the need to jump onto another project, that might mean something about your original concept.

2. Know what you do. Do what you know.

Don’t start a business simply because it seems sexy or boasts large hypothetical profit margins and returns. Do what you love. Businesses built around your strengths and talents will have a greater chance of success.

It’s not only important to create a profitable business, it’s also important that you’re happy managing and growing it day in and day out. If your heart isn’t in it, you will not be successful.

3. Say it in 30 seconds or don’t say it at all.

From a chance encounter with an investor to a curious customer, always be ready to pitch your business. State your mission, service and goals in a clear and concise manner. Fit the pitch to the person. Less is always more.

4. Know what you know, what you don’t know and who knows what you don’t.

No one knows everything, so don’t come off as a know-it-all. Surround yourself with advisors and mentors who will nurture you to become a better leader and businessman. Find successful, knowledgeable individuals with whom you share common interests and mutual business goals that see value in working with you for the long-term.

5. Act like a startup.

Forget about fancy offices, fast cars and fat expense accounts. Your wallet is your company’s life-blood. Practice and perfect the art of being frugal. Watch every dollar and triple-check every expense. Maintain a low overhead and manage your cash flow effectively.

6. Learn under fire.

No business book or business plan can predict the future or fully prepare you to become a successful entrepreneur. There is no such thing as the perfect plan. There is no perfect road or one less traveled.

Never jump right into a new business without any thought or planning, but don’t spend months or years waiting to execute. You will become a well-rounded entrepreneur when tested under fire. The most important thing you can do is learn from your mistakes - and never make the same mistake twice.

7. No one will give you money.

There, I said it. No one will invest in you. If you need large sums of capital to launch your venture, go back to the drawing board. Find a starting point instead of an end point. Scale down pricey plans and grandiose expenditures.

Simplify the idea until it's manageable as an early stage venture. Find ways to prove your business model on a shoestring budget. Demonstrate your worth before seeking investment. If your concept is successful, your chances of raising capital from investors will dramatically improve.

8. Be healthy.

No, I'm not your mother. However, I promise that you will be much more productive when you take better care of yourself. Entrepreneurship is a lifestyle, not a 9-to-5 profession. Working to the point of exhaustion will burn you out and make you less productive. Don't make excuses. Eat right, exercise and find time for yourself.

9. Don’t fall victim to your own business bullshit.

Don’t talk the talk unless you can walk the walk. Impress with action not conversation. Endorse your business enthusiastically, yet tastefully. Avoid exaggerating truths and touting far reaching goals as certainties. In short, put up or shut up.

10. Know when to call it quits.

Contrary to popular belief, a smart captain does not go down with the ship. Don’t go on a fool’s errand for the sake of ego. Know when it’s time to walk away.

If your idea doesn’t pan out, reflect on what went wrong and the mistakes that were made. Assess what you would have done differently. Determine how you will utilise these hard-learned lessons to better yourself and your future entrepreneurial endeavors.

Failure is inevitable, but a true entrepreneur will prevail over adversity.

Scott Gerber is Entrepreneur.com's Young Entrepreneur columnist and CEO of Gerber Entertainment, a brand development and venture management company.

Government Support Startups Award

Entries are now being taken for The Startups Awards 2010, which acknowledges the best fledgling businesses the UK has to offer.

Despite cuts across the board, overall, UK business is seeing a positive change thanks to the new Government. Tax breaks, including extended relief on the increase in Capital Gains Tax and National Insurance have been introduced and considerable interest in UK SMEs expressed, with a ‘hands-on’ approach to understanding this integral part of our economy.

Business Enterprise Minister, Mark Prisk, has started a six-month period of ‘work experience’ spending a day with five small businesses throughout the UK to gain an insight into the challenges they face.

In celebration of the importance of SMEs, Entries are now being accepted for The Startups Awards 2010, organised by startups.co.uk, which reward exciting new companies across the country, complimenting the Governments programme of support.

Founder of startups.co.uk, David Lester says: “Each year we unearth a whole set of innovative, disruptive new businesses and entrepreneurs that continue to make people sit up and pay attention to the start-up market.

“We were thrilled with the quality of entries we received in 2009. I'm confident we'll have another fantastic pick of companies to choose from in 2010 because we've seen the impressive scale of UK talent out there today.”

Previous 2009 winners include: Wonga, Go Sustainable, Three Sixty Entertainment and Truecall.

The awards contain 16 categories, including:

Green Business of the Year
Women in Business Award
Product of the Year
Best Use of Technology
Business Plan of the Year

This year, there are five new categories:

Home Business of the Year
Mobile Business of the Year
Franchisee of the Year
Angle/VC Backed Business of the Year
Craft Business of the Year

Winners of each category will then compete to be named the Startups Business of the Year.

To be eligible to enter, the business must have been trading for less than three years and be privately owned. The closing date for entries is 03 September 2010 and finalists will be announced early November.

How To Find a Freelancer

Freelancers help business marketingBy OfficeCavalry.com: Office Cavalry is changing the way businesses find and work with freelancers.

They show thier hand by launching a teaser website showing how the portal will ensure freelancers maximise their experience and skills, without reducing their fee potential or quality of service.

The site claims it “will change the way businesses find and work with freelancers”, and provides more information about how the fully deployed site will work.

In the recovering economy, it is predicted that there will be over 10% unemployment in some areas of the UK. One of the ways the government is attempting to reduce these figures is by encouraging self-employment through tax breaks. It is expected that the combination of more demand for flexible workers and these tax breaks will encourage freelancing in the UK.

Andy Turner, co-founder of the site has said, “We really want to demonstrate freelancing as a viable option to more people out of work in the UK, as well as showing current freelancers that there’s an easier way to engage with potential project owners without compromising on value and quality.

"I have considerable experience hiring freelancers, so I understand how complex it can be to source quality individuals. From the other side, I also know how freelancers are desperate not to enter into a Dutch auction, where quality of work is compromised over price."

Turner said, "Freelancers need to know that they will still be acceptably rewarded for their hard work promptly after project completion. Office Cavalry plans to address these issues head-on, providing a new business model that is based on integrity, quality and value”.

The company behind the production and design of the site is the award-winning digital agency Cyber-Duck. Their technical and design team were behind BoonSpace.com - the innovative Web 2.0 service where anyone can send money as a gift, and Hablib.com - the social property portal that allows property owners to manage every element of their property sale online for free.

Sylvain Reiter, development director at Cyber-Duck said, “We were delighted when we won the Office Cavalry project. A problem we come across regularly ourselves is how to find talented freelancers. Office Cavalry has been built from the ground up and is going to utilise an innovative search algorithm and a proprietary review system to ensure the best quality freelancers are found.”

In addition to working on the production and design of the site, Cyber-Duck will be heavily involved in marketing Office Cavalry through Search Engine Optimisation, Facebook advertising, social media marketing and working with a PR agency to support the full launch.

The public BETA version of the site is due to launch in September 2010 and in the build up to the full launch, Office Cavalry will be running a competition where potential freelancers and project owners can win one of 20 prizes, including the innovative iPad and the latest iPhone 4.

Design by infinityskins.blogspot.com 2007-2008