Drs. Ade Soeharsono, MM, SH, MH, Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Provinsi DKI Jakarta.Produk-produk UMKM banyak yang inovatif dan berkualitas dan bisa menyasar segmen menengah ke atas. Pemda DKI-Mall Citos-dan pengelola Galeria Jakarta berusaha mewujudkannya. Renny A dan Sukatna Panca M
Secara statistik keberadaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) luar biasa. Pada tahun 2006 saja tercatat ada 48 juta unit usaha. Selain itu UMKM diyakini lebih imun terhadap krisis. Dan sebagian di antaranya menghasilkan produk-produk yang inovatif. Namun kepada kenyataannya juga UMKM sulit berkembang karena memiliki keterbatasan akses, terutama permodalan dan pemasaran.
Pemerintah telah melakukan berbagai terobosan untuk mengatasi dua kendala utama tersebut. Misalnya, untuk mempermudah akses permodalan pemerintah telah meluncurkan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sementara itu dalam empat tahun belakangan ini pemerintah juga melakukan berbagai terobosan untuk membuka akses pemasaran, di antaranya penyelenggaraan pameran dan promosi-promosi.
Jakarta, sebagai ibu kota sekaligus barometer bisnis tentu saja telah melakukan terobosan terobosan, bahkan sejak tahun 2001. Pemerintah DKI Jakarta melalui Perda 2 Provinsi DKI Jakarta Tahun 2001 tentang Perpasaran Swasta telah mewajibkan agar mal-mal di DKI memberikan ruang usaha bagi Usaha Kecil dan Menengah di Provinsi DKI. Perda ini ditindaklanjuti dengan pemberian kuasa kepada Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Provinsi DKI untuk melakukan Perjanjian Kerjasama Dengan Direksi Cilandak Town Square, yang dituangkan dalam Surat Gubernur Provinsi DKI No 577/-1.824.221 Tanggal 21 April 2009. Kemudian Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Provinsi DKI memberikan Surat Kuasa kepada Etty Tejalaksana untuk mengelola Galeria Jakarta.
Galeria Jakarta“Produk akan diserap konsumen dengan cepat jika harganya murah, kualitasnya bagus, ada di tempat secara cepat serta newest (aspek kebaruan),” ungkap Drs. Ade Soeharsono, MM, SH, MH, Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Provinsi DKI Jakarta.
Itu sebabnya, lanjut Ade, pihaknya berusaha mendorong dan memfasilitasi UKM di DKI agar bisa memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Harga murah dan kualitas bagus bisa dicapai dengan efisiensi, sedangkan produk berada secara cepat di tempat kalau ditempatkan di lokasi-lokasi yang representatif. Sementara newest bisa dicapai kalau UKM selalu melihat arah kecenderungan pasar. “Newest tidak berarti bahwa bahan-bahan bakunya yang harus baru. Bisa jadi bahan bakunya masih seperti yang lama tetapi modenya baru,” jelas pria ramah ini.
Di mata Ade, Galeri Jakarta yang berada di lantai bawah Citos ini sudah tepat. “Galeria Jakarta ke depan bisa menjadi ikon Jakarta Selatan. Prospeknya sangat baik,” puji Ade. “Ke depan produk UKM di luar DKI pun boleh masuk ke Galeria Jakarta. Dengan adanya produk UKM dari luar DKI, nantinya bisa sebagai pembanding dan pemicu sehinga pelaku UKM DKI terpacu untuk meningkatkan kualitas produknya.”
Segendang sepenarian, Irwan Lintang, Kepala Bidang UMKM Provinsi DKI, menegaskan bahwa Galeria Jakarta memberikan kesempatan terbaik kepada para pelaku UKM untuk menciptakan produk-produk berkualitas tinggi. Karena Galeria Jakarta berlokasi di Citos yang sebagian besar konsumennya adalah kalangan menengah ke atas.
Galeria JakartaHal ini juga diamini oleh Maheda Dwinarendra, Direktut Citos. Pemerintah DKI memang memiliki Perda yang mewajibkan penyediaan space khusus bagi UKM untuk memasarkan produk mereka. “Namun mengingat Citos sebagai mall yang segmen pasarnya untuk kalangan menengah ke atas maka produk-produk UKM yang dijual di Galeria Jakarta tetap harus melewati standar yang kita tetapkan,” sebutnya.
Menurut Maheda, pihaknya membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada UKM untuk berpromosi di Galeria Jakarta. “Kami tidak memungut biaya sedikit pun untuk tempat etalasenya,” tutur Maheda.
Selain itu, pihaknya ingin memperkenalkan produk-produk UKM yang sangat kental nuansa Indonesianya kepada para ekspatriat yang memang banyak berkunjung ke Citos. “Kami ingin imej Citos tidak hanya sebagai tempat hang-out saja melainkan memang fungsinya sebagai mall tempat berjualan,” imbuhnya.
Mengenai standarisasi layak tidaknya suatu produk dijual di Galeria Jakarta, Maheda mengungkapkan, bahwa pengelola Galeria Jakartalah yang melakukannya. Dia memahami bahwa selama ini produk UKM memang lebih banyak menyasar segmen menengah ke bawah. Oleh karena itu produk-produk yang akan masuk Galeria Jakarta harus diseleksi. “Kualitas produk merupakan pertimbangan utama dalam penyeleksian,” ucap Maheda. “Penyeleksian itu kami serahkan kepada pengelola Galeria Jakarta.”
Sekalipun penyeleksian dilakukan pengelola Galeria Jakarta, lanjutnya, pihak manajemen Citos telah berkoordinasi dan menjelaskan tentang konsep mallnya. “Sehingga pihak pengelola Galeria Jakarta sudah memahami sepenuhnya tentang konsep mall kami.”
Dalam wawancara pungkas, Maheda mendukung terhadap Perda DKI yang mewajibkan agar mall-mall menyediakan ruang usaha bagi UKM ini. Dan dukungan ini telah diwujudkan, di mana manajemen Citos telah ‘mengikhlaskan’ wilayah parkir untuk etalase Galeria Jakarta. “Nantinya kami akan memberikan fasilitas agar pengunjung mudah menuju Galeria Jakarta yang letaknya di bawah. Sebab sepertinya ada beberapa komunitas motor gede yang menjadi pengunjung Galeria Jakarta kesulitan parkir di sini,” tutup Maheda.
Sementara itu pengelola Galeria Jakarta Etty Tejalaksana menuturkan, Galeria Jakarta menjual berbagai produk, mulai dari produk rumah tangga, sampai produk life style. Juga Galeria Jakarta masih menerima para uMKM yang ingin memasarkan produknya, yang tentunya sesuai dengan konsep Galeria Jakarta dan Cilandak Town Square.
Galeria JakartaGaleria JakartaGaleria Jakarta