Minggu, 18 April 2010
Membangun Showroom Mobil Bermodal Zero
Menjadi seorang entrepreneur harus menyimpan nyawa cadangan. Bagitu joke yang sering dilontarkan oleh orang-orang yang terlebih dulu memilih status ini. Resiko yang dihadapi memang tidak ringan. Kebangkrutan dan kegagalan seolah menjadi hal biasa yang bisa datang sewaktu-waktu. Padahal, dampak yang ditimbulkan bisa sangat serius, habis modal dan harta benda yang kita miliki.
Salah satu yang pernah mengalami kisah pahit ini adalah Olivia Antoni, pemilik Franchise Showroom Aldo Mobilindo. Tapi ia tidak menyangka jika kegagalannya dalam berbisnis itu harus dibayar mahal. Semua aset miliknya tiba-tiba ludes yang menyisakan timbunan hutang. Bahkan biduk rumah tangga yang telah dibangun selama bertahun-tahun pun akhirnya hancur. "Rumah tangga saya hancur karena suami saya tidak bisa menerima kondisi demikian. Kami sering bertengkar sampai akhirnya dia meninggalkan kami," kenang Olive yang merasa cukup terpukul dengan kejadian tersebut..
Tapi Olivia terdidik menjadi wanita tangguh. Keberaniannya dalam menghadapi resiko bahkan melebihi kaum lelaki. Sedari awal –meski kurang mendapat dukungan dari sang suami--, ia punya keinginan bisa menggeluti bisnis di bidang otomotif, yakni membuka showroom mobil. Padahal, semua mahfum bisnis ini biasanya hanya bisa dilakukan dengan dukungan atau back up dana yang besar. Uniknya, Olive berani bertarung hanya bermodalkan pengalaman dan data based customer dari tempat sebelumnya.
Sebagai seorang sales girl di perusahaan otomotif Tunas Daihatsu, Cilegon prestasi yang ditorehkan wanita kelahiran 19 Agustus 1976 selama 8 tahun bekerja tergolong mengkilap. Ia selalu mampu membukukan angka penjualan yang tinggi. Bahkan Olive sempat diganjar sebagai The Best Sales Penjualan Terbanyak dan meraih bonus dari ASTRA untuk keliling dunia.
“Awalnya jika ada orang yang mau jual mobil, saya tawarkan ke customer saya. Saya dapat uang fee. Ini berlangsung cukup lama dan ternyata perputaran tabungan uang saya sampai Rp1-2 miliar. Itu tidak saya duga padahal uangnya bukan dari uang saya. Tapi selisihnya menjadi hak saya,” jelasnya. Kepiawaiannya sebagai sales inilah yang semakin menebalkan keyakinannya bisa berhasil membuka usaha showroom mobil.
Olivia Antoni, Owner Franchise Showroom Aldo MobilindoIa kemudian menyewa sebuah tempat ukuran 4 x 5 meter yang disulap menjadi sowroom sederhana tanpa display unit. Biar terlihat layak saat didatangi customer, Olive terpaksa memajang mobil sendiri dan beberapa mobil temannya. Pendek kata, ia benar-benar membuka showroom mobil dengan modal zero! “Tahun 2005 saya buka. Sampai suatu ketika saya dipercaya Blue Bird untuk menjual mobil bekas taksi mereka. Walaupun ada teman-teman yang menghina showroom tanpa modal, nggak punya duit saya nggak peduli. Toh, saya bisa julan 35 unit-40 unit per bulan. Untungnya kurang lebih 100 juta per bulan, jelas Olive.
Tenyata kepiawaiannya sebagai marketing memberi andil besar untuk kemajuan bisnisnya. Ia lalu memutuskan membuka cabang baru di Kota Serang. Statusnya meningkat dari seorang ‘makelar’ yang hanya menjual mobil titipan menjadi ‘bos’ yang juga membeli mobil untuk kemudian dijual kembali. Ternyata keputusan ini menjadi bumerang. Jika sebelumnya dengan menjual mobil titipan ia tidak terbebani bunga, tapi kini ia harus menanggung bunga yang jumlahnya cukup besar. “Dan keuntungan saya tersedot kesana. Tahun 2006 saya bangkrut dan meninggalkan hutang sampai Rp 200 juta. Padahal saya hanya punya rumah yang masih kreditan,” kenangnya.
Ibu tiga anak ini baru menyadari jika ternyata setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. “Saya mungkin bisa memasarkan tapi tidak tahu seluk beluk mobil termasuk ke mesin-mesinnya," kata Olive. Sadar dengan kesalahan tersebut, Olive kembali bangkit. Ia banyak melahap buku-buku bisnis dan motivasi. Sampai akhirnya dalam sebuah seminar entrepreneur university, ia diajarkan bagaimana caranya membangun aset.
Sejak tahun 2007 Olive membangun 3 aset yang nilainya cukup besar dan di tahun 2008 ia mendapat kepercayaan dari Bank BRI dengan memperoleh kucuran modal hingga Rp2 miliar. Modal sebesar itu, ia digunakan untuk membayar hutang dan dipakai untuk membeli kendaraan yang ia sendiri belum tahu produk knowledgenya.
"Seharusnya pinjaman dari BRI ini saya gunakan seluruhnya untuk modal usaha. Baru keuntungannya saya pakai untuk mencicil hutang yang ada," tambahnya. Rupanya keputusan itu melemparkannya ke titik nadir yang kedua. Kebangkrutan yang ia alami di tahun 2008 kali ini lebih parah. Selain, bsinisnya mandek, orang-orang kepercayaanya menyingkir. Bahkan sang suami yang selama ini mendampinginya pun tidak mau menerima kondisi pahit ini. Alhasil, Olive seperti dihempaskan ke dalam jurang yang paling dalam.
Olivia Antoni, Owner Franchise Showroom Aldo MobilindoKejadian itu alih-alih mematahkan semangat tapi justru memperbesar keinginannya untuk bangkit. Baginya, kebangkrutan itu bukan suatu pilihan tapi proses untuk sukses ke tahap selanjutnya. Jadi, grafik turun naik dalam hidup buat Olive adalah hal yang biasa. ”Saya tidak pernah memikirkan besarnya beban tapi saya memikirkan berapa besar pemasukan yang masuk ke kantong saya. Tidak selamanya akan musim salju terus, pasti akan ketemu dengan musim panas,” begitu ia mengilustrasikan.
Pada saat bangkrut, seseorang seharusnya keluar dari bisnis itu untuk mencari peluang bisnis lain. Keberhasilan baru ini diharapkan bisa mensupport bisnis yang pertamanya agar bisa kembali berjalan. Seperti yang dilakukan Olivia, ketika tidak punya modal untuk jual beli mobil ia memperkenalkan konsep baru yakni membuat showroom mobil yang dijual dengan sistem waralaba.
Memperkenalkan konsep ini tidak gampang, tapi ia berusaha memberi pemahaman yang mudah dan sederhana. Olive melihat peluang banyak orang yang menginginkan diajarkan membuka showroom mobil tanpa display. “Jika saya butuh waktu 8 tahun untuk bisa mendapatkan pengalaman bagaimana merakasakan kesuksesan dan kebangkrutan termasuk faktor-faktor penyebab kegagalan, maka mereka bisa meguasainya cukup butuh waktu dua tahun,” jelasnya.
Untuk franchise Aldo Mobilindo, Olive mematok harga sebesar Rp45 juta diamana franchisee akan mendapatkan berbagai fasilitas antara lain pendampingan selama 3 tahun, free training marketing, free konsultasi bisnis, free desain outlet dan promosi termasuk membantu melayani pengadaan kendaraan yang dibutuhkan. Ia optimis bisnis waralabanya bakal berkembang. Pasalnya, hanya dalam waktu 4 bulan, ia mampu membuka 24 cabang. Bahkan pihak franchisee yang pertama kini sudah bisa BEP pada bulan kedua.
Tak hanya sampai disitu, Olive juga mulai merambah ke bisnis Spa. “Kenapa saya bikin ini, karena saya melihat spa kan susah ditemui dan rata-rata mahal. Tapi dengan dibawah 100 ribu mereka bisa melakukan berbagai perawatan disitu,” tambahnya. Usaha yang digeluti kurang dari dua bulan ini sudah memiliki lima outlet. ‘The Family Spa’ milik Olive ini juga dikembangkan dengan konsep waralaba. “Dengan membayar 35 juta, mitra mendapat 10 terapis yang sudah ditraining serta mendapat pendapingan hingga bisnisnya benar-benar bisa jalan,” punkasnya seembari berpromosi.
Roemah Cantik Langsing, Tinggal Pilih: Cantik, Duit atau Dua-duanya
Data bersifat impersonal, rigid dan bersifat netral. Namun, dengan perspektif tertentu data bisa memiliki “jiwa,” tergantung dari kacamata mana orang melihatnya. Data bahwa 1 dari 8 wanita memiliki risiko terkena kanker payudara, dapat menimbulkan tanggapan yang berbeda. Satu pihak merasa cemas, dan pihak lainnya merasa harus lebih waspada dan berusaha melakukan pencegahan dini.
Demikian juga dengan data mengenai kondisi overweight dan obesitas. Bagi daerah-daerah yang penduduknya miskin dan tertinggal, overweight dan obesitas mungkin mencitrakan sebuah kemakmuran. Tapi bagi masyarakat yang ekonominya lebih mapan dan maju, overweight dan obesitas mencitrakan ketidakmampuan kita mengontrol diri kita sendiri, terutama dalam hal makan. Alih-alih sebagai lambang kemakmuran, overweight dan obesitas bisa menimbulkan persoalan kesehatan yang serius. Selain itu overweight dan obesitas juga menimbulkan persoalan dalam hal penampilan. Padahal secara statistik, dari sekitar 210 juta penduduk Indonesia pada tahun 2000, sebanyak 76,7 juta (17,5%) mengalami overweight dan 9,8 juta orang (4,7%) menderita obesitas.
Angka-angka statistik tersebut, di mata orang yang jeli menangkap peluang bisnis seperti Meylia Kusumanegara, bisa memantik ide bisnis. “Karena persoalan kanker payudara, overweight dan obesitas sudah mencapai level serius maka perlu juga penanganan yang serius. Jasa yang didedikasikan untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut tentu saja mempunyai peluang yang sangat bagus,” ujar Meylia, founder dan pengelola Pusat Pelangsingan dan Perawatan Tubuh Alami Roemah Cantik Langsing ini.
Layanan totok payudara Roemah Cantik Langsing, lanjut Meylia, bisa dimanfaatkan untuk melakukan pencegahan dini terhadap kanker payudara. “Untuk menyembuhkan kanker payudara dibutuhkan Roemah Cantik Langsingbiaya yang tidak sedikit. Padahal jika dilakukan secara teratur, totok payudara merupakan teknik sederhana dan aman untuk mendeteksi benjolan payudara sebagaimana teknik perikSA payuDAra sendiRI (SADARI),” ungkap Meylia. “Semua wanita dapat memakai metode totok payudara kami sebagai metode deteksi kanker payudara yang sederhana secara mandiri di rumah di kala santai,” imbuh wanita Kediri ini.
Selain totok payudara, imbuh Meylia, layanan pelangsingan tubuh dan totok aura juga mempunyai peluang yang sangat prospektif. Data statistik mengenai overweight dan obesitas di atas menunjukkan betapa peluang bisnis pelangsingan tubuh secara alami memiliki peluang untuk terus bertumbuh. “Karena bukan hanya ibu-ibu saja yang sekarang peduli terhadap penampilan, kaum pria juga sudah mulai peduli terhadap penampilan. Sebagian di antara klien Roemah Cantik Langsing adalah kaum Adam,” sebut Meylia seraya mengatakan untuk para pegawai dan orang-orang sibuk Roemah Cantik Langsing memiliki layanan Persema atau Perawatan Sehabis Maghrib.
Menurut Meylia bisnis pelangsingan dan perawatan tubuh alami ini tidak akan mengenal musim paceklik. Kaum Hawa yang sudah cantik ingin tampil menjadi yang tercantik, sedangkan mereka yang berpenampilan biasa-biasa ingin tampil lebih cantik lagi. Apalagi yang berpenampilan di bawah standar tentu ingin tampil lebih baik lagi minimal sama seperti rata-rata penampilan kaum Hawa. “Inilah yang membuat bisnis ini tidak mengenal krisis,” ucap Meylia.
Karena peluang yang ada terbuka lebar, Roemah Cantik Langsing menawarkan skema kerjasama kepada calon mitra yang berminat. Belum lebih dari satu tahun Roemah Cantik Langsing sudah berbiak menjadi 12 cabang, dua milik Meylia sedangkan lainnya milik mitranya.
Menurut Muktiningsih, pemilik Mega Fashion Kediri, dirinya tertarik bermitra dengan Roemah Cantik Langsing karena prospeknya yang sangat cerah. “Wanita selalu ingin tampil lebih cantik betapapun ia sudah dianugerahi kecantikan yang luar biasa,” sebut wanita yang akrab disapa Mbak Ning ini.
Roemah Cantik LangsingApalagi bagi Mbak Ning, bisnis yang bertujuan untuk mempercantik penampilan ini bukanlah perkara baru. Mega Fashion miliknya menyediakan berbagai produk fesyen mulai dari parfum hingga pakaian dan layanan pelatihan senam aerobik maupun dansa. “Tinggal mengintegrasikan dengan bisnis yang sudah ada,” tuturnya. Dalam waktu singkat klien Roemah Cantik Langsing di lantai II Mega Fashion sudah cukup banyak.
Senada dengan Muktiningsih, Eugenia Christine Handayani-- pemilik Puri Kecantikan dan Kebugaran Sekar Ayu—yang menjadi mitra Roemah Cantik Langsing Gurah Kediri, mengungkapkan bahwa peluang bisnis ini sangat besar. Apalagi istri mantan Camat Gurah ini sudah memiliki bisnis kecantikan dan perawatan tubuh sehingga layanan Roemah Cantik Langsing tinggal diintegrasikan ke dalamnya. Dengan adanya layanan baru ini Christine mengaku kliennya juga bertambah. “Karena selain klien lama ada beberapa klien baru,” tuturnya.
Dikatakan oleh Meylia, Muktiningsih dan Christine merupakan tipikal mitra yang ideal karena sebelumnya telah memiliki bisnis perawatan dan kecantikan sehingga keduanya sudah memiliki basis pelanggan.
Namun bukan berarti calon mitra lain yang belum punya bisnis kecantikan dan perawatan tak berpeluang, karena Meylia sendiri mengawali bisnis ini dari memanfaatkan salah satu kamar di rumahnya di Banjaran I Kediri. “Kenyataannya bisa berkembang bagus. Ini menunjukkan bahwa bisnis ini memang direspon secara luar biasa oleh klien maupun mitra,” pungkas Meylia.
Sabtu, 17 April 2010
TX Travel, Franchise Fee Back Guarantee
Gontok-gontokan diskon atau bahasa halusnya perang harga merupakan sesuatu yang lumrah dalam dunia bisnis. Tujuannya, tentu saja untuk memenangkan persaingan yang semakin ketat. Tapi, menurut kacamata Anthonius Thedy, hal itu jauh panggang dari api. Bukan kemenangan yang didapat, melainkan justru kehancuran. Satu persatu, para pemainnya, di bisnis apa pun, akan rontok. Untuk menghindarkan bisnis agen perjalanannya dari kondisi seperti itu, Managing Director TX Travel ini mencoba mencari bentuk yang pas. Dan, itu ternyata waralaba.
“Saya berpikir, biarlah TX Travel menjadi lokomotif dalam dunia bisnis travel di Indonesia, dengan membuat perbedaan, tidak memberikan diskon tetapi memberi harga yang paling murah,” katanya. Sekadar informasi, TX Travel bergerak di bidang travel agent, dibangun pada 2004, dan merupakan salah satu divisi Jakarta Express. Jakarta Express yang berdiri pada 1991 merupakan travel grosir pertama di Indonesia, juga memiliki divisi perwakilan penerbangan dari Singapura (Value Air), perwakilan kapal pesiar (Star Cruise), dan menjual kamar hotel di luar negeri.
Strategi franchise yang dijalankan bersamaan dengan berdirinya TX Travel tersebut, Anthonius menambahkan, berkaitan dengan fungsi awal perusahaan ini yaitu sebagai grosir. “Saya tidak tertarik dengan bisnis eceran. Tapi, dalam perjalanannya, bisnis saya terancam. Lantas, saya membuat model yang saya sebut lokomotif itu tadi. TX Travel tidak memberikan diskon, tapi memberikan pelayanan terbaik dan harga termurah. Menurut saya, ini akan menjadi model bisnis travel di masa depan,” ujarnya. Sekadar informasi, dalam dunia bisnis terdapat dua strategi untuk meraih pasar yaitu memberi diskon atau memberi harga murah.
Di sisi lain, ia melanjutkan, bila semula penghasilan travel agent diperoleh dari komisi yang diberikan oleh berbagai maskapai penerbangan, dalam waktu dekat ini, mereka tidak akan memberikan komisi itu lagi. “Dengan demikian, pemasukan kami berkurang. Untuk mengantisipasi kondisi ini pula, kami menawarkan waralaba,” jelas pria, yang membangun bisnis ini dengan sang istri, Rita Sartika Halim.
Kepada mereka yang berminat menjadi franchisee, Anthonius meminta mereka menyiapkan biaya investasi sebesar Rp400 juta, yang digunakan untuk membiayai franchise fee sebesar Rp110 juta dan berlaku seumur hidup, sewa tempat, dan stok tiket. Selain itu, juga dibebankan royalty fee sebesar 20%, untuk gross profit di atas Rp10 juta/bulan. Contoh, jika gross profit Rp11 juta, maka Rp11 juta – Rp10 juta = Rp1 juta x 20% = Rp200 ribu.
Untuk tempat, franchisor mensyaratkan harus seluas 30 m² (bila di dalam mal, boleh lebih lebih kecil daripada itu, red.). Lokasinya harus lolos dari seleksi ketat yang dilakukan franchisor. “Lokasinya harus bagus dan nilai sewanya tidak boleh lebih dari Rp40 juta. Pertimbangannya, untung rugi. Menurut saya, kalau untung rugi tidak dijadikan patokan, itu bukan bisnis. Bisnis itu harus untung, nggak ada istilahnya rugi,” tegasnya.
Sedangkan untuk franchisee, harus memenuhi empat persayaratan yaitu harus owner operator (dijalankan sendiri oleh franchisee), harus mempunyai jiwa melayani karena ini adalah bisnis jasa, dijalankan dengan jujur dan terbuka, serta tidak boleh selingkuh, plus sebisa mungkin tidak memiliki latar belakang bisnis travel. “ Sebab, biasanya mereka telah mempunyai patokan sendiri, sehingga akan sulit untuk memberi arahan-arahan,” jelasnya.
Bila bisnis dijalankan dengan jujur, Anthonius melanjutkan, maka perselingkuhan tidak akan pernah terjadi. “Jika perselingkuhan terjadi, baik dalam bisnis maupun secara pribadi, maka franchise fee akan saya kembalikan, 100%!” tegasnya. Franchise fee juga akan dikembalikan, jika dalam waktu enam bulan berturut-turut, franchisee tidak mampu membukukan omset sebesar Rp10 juta/bulan. “Saya anggap mereka telah gagal,” imbuh Anthonius, yang mengistilahkannya Break Even Point Operational.
TX TravelDi sisi lain, franchisee boleh mengalihkan franchise fee ke pihak lain, dengan syarat franchisee yang menerima pengalihan telah lolos seleksi dari franchisor. “Bila tidak lolos, maka saya akan mengambil alih dan saya kembalikan franchise fee-nya,” katanya. Franchisee yang merasa tidak mampu lagi mengelola franchise ini, juga boleh mengembalikannya kepada franchisor dan franchisor akan mengembalikan franchise fee, utuh.
Keuntungan lain menjadi franchisee yaitu franchisee akan menjadi salah satu mitra bisnis, bukan cuma di bisnis travel melainkan juga di bisnis perjalanan di masa depan. “Sebab, di samping menjual tiket, hotel, paket tur, dan kapal pesiar, di tahun ini juga kami akan menambah produk baru yaitu kurir (city courier) dan transportasi antarkota (semacam Cipaganti, red.). Bahkan, di bulan ini pula, kami membangun call center di 25 kota, yang beroperasi 25 jam!” ujarnya. Sekadar informasi, transportasi antarkota ini akan merambah kota-kota kedua seperti Sukabumi, Cilegon, Bontang, Balikpapan, dan sebagainya, yang selama ini sulit dijangkau oleh travel pada umumnya, padahal peluangnya sangat besar.
Sedangkan sebagai franchisor, Anthonius sejauh ini belum pernah melihat adanya travel berlevel nasional, mengingat banyaknya kesulitan dan kendala. Di samping itu, mereka yang menjadi pemain besar di Jakarta, ternyata loyo di daerah. Demikian pula mereka yang perkasa di daerah, ternyata tidak bergigi di Jakarta. “Nah, melalui sistem waralaba tersebut, saya mengombinasikan kondisi tersebut di TX Travel. Saat ini, secara resmi kami memiliki 95 cabang yang tersebar di 25 kota, 40 cabang di antaranya tersebar di seantero Jakarta. Dengan cabang sebanyak itu, kami bukan cuma menjadi yang terbesar di Indonesia, melainkan juga di Asia,” ujarnya, tanpa bermaksud sombong. Sekadar informasi, sejauh ini di Asia belum ada bisnis travel yang memiliki lebih dari 50 cabang, baik milik sendiri maupun melalui sistem franchise. Ibarat burung elang, TX Travel pun menancapkan kuku-kuku tajamnya terlebih dulu, sebelum mengepakkan sayap-sayap kuatnya untuk menjelajahi langit nusantara.
Syarat Menjadi Franchisee TX Travel
- Investasi sebesar Rp400 juta untuk membiayai franchise fee (Rp110 juta) yang berlaku seumur
hidup, sewa tempat, dan stok tiket.
- Royalty fee 20% dari gross profit lebih dari Rp10 juta/bulan.
- Luas tempat 30 m², lokasinya bagus, dan nilai sewa tak lebih dari Rp40 juta.
- Memenuhi seleksi sebagai franchisee, salah satunya owner operator.
Franchise K5, Produk Menarik Konsep Harga Unik
Wiyono
Image Bisnis ritel selalu menarik sebab menjanjikan perputaran modal cukup cepat sehingga diharapkan modal investasi pada akhirnya kembali dalam waktu tidak begitu lama. Selain itu orang kerap beranggapan usaha ini tidak membutuhkan operasional yang terlalu rumit. Banyak yang menjadikannya sebagai pilihan usaha yang paling tepat dengan kedua alasan di atas.
Apabila di antara pembaca pun tengah berancang-ancang terjun di bidang ini, ada baiknya terlebih dahulu membuat persiapan bisnis memadai. Maklum, sejatinya tingginya tingkat persaingan usaha menyebabkan bisnis ritel tidak sesederhana kelihatannya. Fakta usaha eceran bukan hanya monopoli para pemodal kecil, melainkan melibatkan hingga jaringan perusahaan-perusahaan kelas kakap semisal Matahari, Hypermart, Carefour, dan lain sebagainya memberi bukti bahwa pangsa pasar ini tidak main-main. Maka biasanya berlaku hukum seleksi pasar, usaha yang mampu eksis dan berkembang adalah karena memiliki nilai lebih ketimbang kompetitornya, baik dari segi pelayanan, produk, maupun konsep usahanya.
Atau, jika modal sudah tersedia namun tidak ingin pusing-pusing membangun ritel dari nol, cara yang dapat ditempuh salah satunya dengan menjadi franchisee bisnis ritel yang sudah ada. Seperti dikatakan Edi Suhelda, Manajer Operasional Toko K5, melalui waralaba jauh lebih mudah serta kemungkinan resiko kecil, karena sistem dan barang sudah lancar. “SOP, distribusi, SDM, sudah siap semua, pokoknya tinggal kasih duit saja,” ujar pria yang baru-baru ini tengah giat mengembangkan jaringan Toko K5.
K5 (baca: kei faiv) merupakan toko ritel dengan memakai konsep harga kelipatan Rp 5 ribu pada setiap barang yang dijual. Jadi item produk di dalamnya mulai dari barang yang berharga Rp 5.000dan kelipatannya, Rp 10.000, Rp 15.000 dan seterusnya. Karena jenis barangnya beragam, tentu saja harganya tidak bisa selalu tepat Rp 5 ribu atau kelipatannya. Tidak perlu risau, jika ada barang seharga Rp 7,5 ribu, misalnya, maka akan dibundel terdiri atas dua pcs barang sehingga menjadi Rp 15 ribu. Demikian pula dengan yang lain, ada dua pcs barang Rp 5.000, tiga pcs Rp 10.000, dan sebagainya. Itu pun tidak harus barang-barang satu jenis yang dijadikan satu.
Sebab, kalau diamati, produk-produk yang dijual sengaja dipilih item menarik yang tengah tren, atau sedang dan akan laris di pasaran. Malah dijelaskan, untuk produk yang umum banyak digunakan, di tempat itu djual dengan harga lebih murah dibandingkan di tempat lain. Produk-produk seperti itu juga acap dijadikan sebagai produk unggulan dengan harga khusus pada periode tertentu, seperti promosi bulanan, triwulanan, enam bulanan (masa liburan sekolah), maupun produk akhir tahun.
Jaringan toko tersebut mulai dikembangkan sekitar tahun 2003. Tetapi PT. Edison Retail Indonesia itu sendiri sudah beroperasi sekitar 15 tahunan bergerak dibidang ritel, khususnya dalam bentuk FO (factory outlet) produk pakaian, importir juga sekaligus distributor produk-produk melamin dari Cina, dan termasuk yang mempopulerkan boneka dora maupun spongebob di Indonesia.
Image Pada awalnya sudah ada sekitar 15 buah cabang, dan semenjak mulai ditawarkan menjadi franchise kini jaringan toko K5 sudah bertambah menjadi total 36 cabang. Lokasi tersebar di wilayah Jabodetabek, Jawa Tengah dan Bali. “Pada intinya akan kami kembangkan ke seluruh Indonesia, tetapi step by step, jadi diutamakan untuk wilayah yang masih terjangkau, khususnya agar pengiriman cepat sampai,” ujar Edi yang hingga pada akhir tahun 2008 mempunyai target pertambahan sebanyak 15-20 toko lagi, meliputi Jawa, Bali, serta mulai masuk ke Sumatera.
Mengingat tingkat daya beli masyarakat sebagian besar menengah ke bawah, ayah empat putra itu yakin, toko dengan konsep seperti K5 akan bisa berkembang lebih cepat. Apalagi, disebutkan, produk yang dijual terutama produk-produk yang benar-benar dibutuhkan dan dicari pembeli. Yakni mulai dari toys, stationary, alat-alat rumah tangga, aksesoris wanita, anak-anak dan remaja, aksesoris kendaraan, serta tool kit (alat-alat tukang). Maka, meskipun mengaku tidak memegang data omset penjualan secara pasti, dengan harga-harga barang yang dijamin masih bersaing dengan jenis barang lain di pasaran, dia optimis usaha tersebut memiliki potensi berkembang cukup besar.
Sebab, ia beralasan, sering terjadi, konsumen merasa enggan masuk ke sebuah toko karena merasa harganya mahal. Dengan memakai konsep harga kelipatan Rp 5.000 akan memberikan kesan awal, konsumen tersebut mampu membeli produk di outlet K5. “Padahal tidak jarang akhirnya mereka tidak enggan membeli barang seharga Rp 50.000 atau lebih karena melihat keunikan suatu produk yang jarang dijumpai di toko lain,” imbuh Edi.
Diakui, hampir 80% dari jenis barang yang terpajang merupakan produk impor. Sementara itu nilai penjualan masing-masing cabang sangat bervariatif, salah satunya karena dipengaruhi lokasi serta luas toko yang berarti disesuaikan pula dengan macam dan jumlah dagangannya. Sebagai gambaran, outlet K5 seluas 40 m2 dengan nilai investasi awal sebesar Rp 175 juta, rata-rata memiliki omset penjualan berkisar Rp 45 juta-Rp 100 juta plus profit margin 25%. Dalam kondisi normal, Edi memberikan jaminan modal kembali (ROI) diperoleh dalam waktu kurang dari 1,5 tahun.
Walau terdapat sekian banyak toko-toko yang memakai sistem satu harga atau dua harga, namun Edi menampik anggapan akan adanya persamaan konsep. Justru, dia katakan, K5 jauh hari sudah menghindari konsep satu atau dua harga karena menurutnya memiliki kelemahan, pada akhirnya akan tertinggal oleh barang-barang berkualitas demi mengejar harga jual yang terbatas. Sebaliknya dengan menyediakan barang seharga Rp 5 ribu hingga tak terbatas, bisa terus melakukan update karena produk berkualitas otomatis harganya pun tinggi pula. “Konsep kelipatan lima ribu merupakan konsep baru, di Indonesia,” tukasnya. “Kompetitor kita saat ini belum ada,” imbuhnya.
Lebih lanjut, melihat besarnya animo masyarakat terhadap tren bisnis ke arah franchise pada akhir-akhir ini pihaknya menawarkan dua model peluang, business opportunity serta franchise murni tetapi memiliki kelebihan dibandingkan tawaran franchise lain karena no franchise fee (pewaralaba tidak usah membayarkan franchise fee). Untuk model yang pertama, investor cukup membayar sejumlah nilai barang, biaya interior, eksterior, promosi, papan nama. Besarnya pun tidak ditentukan sama alias luwes, tergantung lokasi dan luas toko, masing-masing tidak sama. Contohnya, untuk lokasi berukuran 20 m2, investasinya paling sedikit Rp 60 juta.
Jadi intinya, investor cukup menyediakan lokasi dengan finansial sesuai kebutuhan luas area toko, dan selanjutnya akan menerima sistem bagi hasil sebesar 10% dari omset penjualan dengan tanpa menangani operasional toko sama sekali. “Umpama omsetnya Rp 100 juta, ia langsung akan mendapatkan Rp 10 juta, sedangkan semua biaya operasional, gaji karyawan, listrik, dan sebagainya kita yang tanggung,” tegas pria kelahiran Palembang itu.
Untuk pilihan investasi kedua, yakni bagi para investor yang mengelola langsung usahanya dengan ketentuan perolehan margin minimal 25%, serta support mulai dari SOP, sistem manajemen, hingga training bagi karyawan yang hendak ditempatkan. “Investasi no risk, misalkan investor berinvestasi Rp 100 juta maka uang tersebut utuh. Pada akhir masa perjanjian, atau setelah lima tahun dikembalikan 100%. Jadi uangnya tetap utuh, dan setiap bulan mendapatkan bagi hasil omset 10%. Misalkan mau dikelola sendiri bagi hasilnya 25%,” Edi meyakinkan. Anda berminat?
Analisa Bisnis Franchise K5:
Perkiraan Investasi Awal (untuk toko seluas +/- 40m2):
- Biaya Barang:
Barang dagangan: Rp 60.000.000,00
Jaminan belanja: 20.000.000,00
T o t a l belanja: Rp 80.000.000,00
- Biaya promosi dan praoperasional: 15.000.000,00
- Biaya renovasi tempat dan peralatan: 80.000.000,00*
Perkiraan jumlah investasi awal: Rp 175.000.000,00
Illustrasi Perhitungan Modal Kembali (Pay Back Period):
Investasi awal :
Rp. 175.000.000
Penjualan (per tahun) :
Rp. 540.000.000
Keuntungan kotor
(Rata2 25%) :
Rp. 135. 000.000
- Biaya gaji
Rp. 30.000.000
- Biaya listrik/air
Rp. 12.000.000
- Biaya stationery
Rp. 4.000.000
T o t a l
Rp. 46.000.000
Keuntungan bersih
Rp. 89.000.000
Modal kembali dalam: Rp. 175/Rp. 89 = 1.9 tahun
Catatan:
*Nilai investasi renovasi tempat dan peralatan tergantung lokasi.
Galeria Jakarta, Biar Produk UMKM Tapi Berkelas
Secara statistik keberadaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) luar biasa. Pada tahun 2006 saja tercatat ada 48 juta unit usaha. Selain itu UMKM diyakini lebih imun terhadap krisis. Dan sebagian di antaranya menghasilkan produk-produk yang inovatif. Namun kepada kenyataannya juga UMKM sulit berkembang karena memiliki keterbatasan akses, terutama permodalan dan pemasaran.
Pemerintah telah melakukan berbagai terobosan untuk mengatasi dua kendala utama tersebut. Misalnya, untuk mempermudah akses permodalan pemerintah telah meluncurkan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sementara itu dalam empat tahun belakangan ini pemerintah juga melakukan berbagai terobosan untuk membuka akses pemasaran, di antaranya penyelenggaraan pameran dan promosi-promosi.
Jakarta, sebagai ibu kota sekaligus barometer bisnis tentu saja telah melakukan terobosan terobosan, bahkan sejak tahun 2001. Pemerintah DKI Jakarta melalui Perda 2 Provinsi DKI Jakarta Tahun 2001 tentang Perpasaran Swasta telah mewajibkan agar mal-mal di DKI memberikan ruang usaha bagi Usaha Kecil dan Menengah di Provinsi DKI. Perda ini ditindaklanjuti dengan pemberian kuasa kepada Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Provinsi DKI untuk melakukan Perjanjian Kerjasama Dengan Direksi Cilandak Town Square, yang dituangkan dalam Surat Gubernur Provinsi DKI No 577/-1.824.221 Tanggal 21 April 2009. Kemudian Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Provinsi DKI memberikan Surat Kuasa kepada Etty Tejalaksana untuk mengelola Galeria Jakarta.
Galeria Jakarta“Produk akan diserap konsumen dengan cepat jika harganya murah, kualitasnya bagus, ada di tempat secara cepat serta newest (aspek kebaruan),” ungkap Drs. Ade Soeharsono, MM, SH, MH, Kepala Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan Provinsi DKI Jakarta.
Itu sebabnya, lanjut Ade, pihaknya berusaha mendorong dan memfasilitasi UKM di DKI agar bisa memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Harga murah dan kualitas bagus bisa dicapai dengan efisiensi, sedangkan produk berada secara cepat di tempat kalau ditempatkan di lokasi-lokasi yang representatif. Sementara newest bisa dicapai kalau UKM selalu melihat arah kecenderungan pasar. “Newest tidak berarti bahwa bahan-bahan bakunya yang harus baru. Bisa jadi bahan bakunya masih seperti yang lama tetapi modenya baru,” jelas pria ramah ini.
Di mata Ade, Galeri Jakarta yang berada di lantai bawah Citos ini sudah tepat. “Galeria Jakarta ke depan bisa menjadi ikon Jakarta Selatan. Prospeknya sangat baik,” puji Ade. “Ke depan produk UKM di luar DKI pun boleh masuk ke Galeria Jakarta. Dengan adanya produk UKM dari luar DKI, nantinya bisa sebagai pembanding dan pemicu sehinga pelaku UKM DKI terpacu untuk meningkatkan kualitas produknya.”
Segendang sepenarian, Irwan Lintang, Kepala Bidang UMKM Provinsi DKI, menegaskan bahwa Galeria Jakarta memberikan kesempatan terbaik kepada para pelaku UKM untuk menciptakan produk-produk berkualitas tinggi. Karena Galeria Jakarta berlokasi di Citos yang sebagian besar konsumennya adalah kalangan menengah ke atas.
Galeria JakartaHal ini juga diamini oleh Maheda Dwinarendra, Direktut Citos. Pemerintah DKI memang memiliki Perda yang mewajibkan penyediaan space khusus bagi UKM untuk memasarkan produk mereka. “Namun mengingat Citos sebagai mall yang segmen pasarnya untuk kalangan menengah ke atas maka produk-produk UKM yang dijual di Galeria Jakarta tetap harus melewati standar yang kita tetapkan,” sebutnya.
Menurut Maheda, pihaknya membuka kesempatan sebesar-besarnya kepada UKM untuk berpromosi di Galeria Jakarta. “Kami tidak memungut biaya sedikit pun untuk tempat etalasenya,” tutur Maheda.
Selain itu, pihaknya ingin memperkenalkan produk-produk UKM yang sangat kental nuansa Indonesianya kepada para ekspatriat yang memang banyak berkunjung ke Citos. “Kami ingin imej Citos tidak hanya sebagai tempat hang-out saja melainkan memang fungsinya sebagai mall tempat berjualan,” imbuhnya.
Mengenai standarisasi layak tidaknya suatu produk dijual di Galeria Jakarta, Maheda mengungkapkan, bahwa pengelola Galeria Jakartalah yang melakukannya. Dia memahami bahwa selama ini produk UKM memang lebih banyak menyasar segmen menengah ke bawah. Oleh karena itu produk-produk yang akan masuk Galeria Jakarta harus diseleksi. “Kualitas produk merupakan pertimbangan utama dalam penyeleksian,” ucap Maheda. “Penyeleksian itu kami serahkan kepada pengelola Galeria Jakarta.”
Sekalipun penyeleksian dilakukan pengelola Galeria Jakarta, lanjutnya, pihak manajemen Citos telah berkoordinasi dan menjelaskan tentang konsep mallnya. “Sehingga pihak pengelola Galeria Jakarta sudah memahami sepenuhnya tentang konsep mall kami.”
Dalam wawancara pungkas, Maheda mendukung terhadap Perda DKI yang mewajibkan agar mall-mall menyediakan ruang usaha bagi UKM ini. Dan dukungan ini telah diwujudkan, di mana manajemen Citos telah ‘mengikhlaskan’ wilayah parkir untuk etalase Galeria Jakarta. “Nantinya kami akan memberikan fasilitas agar pengunjung mudah menuju Galeria Jakarta yang letaknya di bawah. Sebab sepertinya ada beberapa komunitas motor gede yang menjadi pengunjung Galeria Jakarta kesulitan parkir di sini,” tutup Maheda.
Sementara itu pengelola Galeria Jakarta Etty Tejalaksana menuturkan, Galeria Jakarta menjual berbagai produk, mulai dari produk rumah tangga, sampai produk life style. Juga Galeria Jakarta masih menerima para uMKM yang ingin memasarkan produknya, yang tentunya sesuai dengan konsep Galeria Jakarta dan Cilandak Town Square.
Galeria JakartaGaleria JakartaGaleria Jakarta
Roemah Bantal, Aneka Bantal Untuk Tidur Berkualitas
Membeli perangkat tidur itu mudah. Tapi, tidak untuk membeli tidur. Ungkapan itu bisa diartikan bahwa untuk memperoleh tidur yang berkualitas, jauh lebih sulit daripada membeli perangkat tidur. Tapi, seiring dengan berjalannya waktu, ungkapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Sebab, ternyata, untuk memperoleh tidur yang berkualitas harus didukung oleh perangkat tidur yang berkualitas pula. Khususnya, bantal yang notabene berfungsi sebagai alas kepala dan penyangga leher.
Bantal selalu memiliki ukuran dan bentuk yang sama. Misalnya, bantal tidur selalu berbentuk persegi panjang dan hanya cukup untuk satu kepala. Sementara, bantal kursi selalu berbentuk persegi empat. Selain itu, fungsinya cuma sebatas salah satu perangkat tidur atau "teman" di saat santai.
Kondisi ini menimbulkan rasa penasaran tersendiri bagi Andri Gumati Saragih. Ia tergerak untuk membuat bantal-bantal yang unik dan nyentrik, tapi tidak membuang kegunaan utamanya. "Bantal Roemah Bantalmenjadi pilihan bisnis saya, karena dulu pesaingnya sedikit dan belum ada yang berani terjun ke bisnis ini. Tapi, sekarang follower kami banyak dan mereka meniru produk kami. Bahkan, konsep dan karyawan kami pun banyak yang 'diculik'," tutur Andri.
Tahun 2003, Andri pun membangun bisnis berbasis bantal ini dengan modal awal sebesar Rp25 juta. "Awalnya, produk kami ini diberi merek Ochiku (Jepang: rumahku, red). Sementara, produknya dipasarkan dari pameran ke pameran, sambil membangun brand image di salah satu mal terbesar di Bandung," jelas sarjana D-3 akuntansi ini. Empat tahun kemudian, terbersit keinginan untuk membangun gerai, mengingat image produk ini sudah dikenal di Bandung. "Setelah pikir punya pikir, akhirnya kami memanfaatkan rumah kami yang berada di dalam kompleks. Apalagi, semua produk kami dibuat dan dipasarkan melalui rumah ini. Gerai ini kami namakan Roemah Bantal Ochiku," imbuhnya.
Selanjutnya, Andri mewujudkan rasa penasarannya dengan melahirkan Bantal Cinta. Bantal berukuran 50 cm x 100 cm tersebut, ditujukan bagi pasangan suami istri (pasutri). Diharapkan, melalui bantal itu, cinta antarpasutri akan semakin menghangat. Dan, hasilnya, bantal ini laris manis.
Dini Surono, Memoles Tas Lokal Bernuansa Global
Berbicara tentang hobi berarti berbicara tentang kepuasan batin. Sehingga, jangan pernah berpikir tentang berapa besar atau banyaknya uang yang harus dikeluarkan untuk mewujudkan hobi. Tapi, tidak berarti hobi hanya menguras pundi-pundi keuangan. Jika jeli menangkap peluang, hobi pun dapat mempertebal kocek. Seperti yang terjadi pada Dini Surono.
Perempuan yang lebih suka dianggap sebagai desainer tas ini, laiknya kaum hawa juga menyukai tas. Tapi, ia memiliki taste dan style yang agak berbeda dengan kebanyakan perempuan penyuka tas. Sehingga, setiap kali ia menyandang tasnya, teman-teman sepergaulannya pun menyukainya. Walhasil, tas yang dipakainya pun berpindah kepemilikan. Sedangkan, isi tasnya berpindah ke tas kresek.
“Lama-lama aku berpikir, oh begini tho selera perempuan terhadap tas,” kata Dini, yang pernah mengoleksi hingga 50 tas tapi kini tinggal 10 buah itu. Lalu, ia mengamati kondisi pasar tas di Indonesia. Dan, ia menemukan fakta bahwa saat itu, di negaranya ini belum ada produsen tas yang bermain di pangsa pasar: kalau mau mahal ya mahal sekalian, kalau mau murah ya murah sekalian. “Sementara, dari segi seleraku juga nggak banyak. Sedangkan, aku sudah mengetahui selera segmen pasarku. Sehingga, aku bisa mendesain seperti apa yang mereka mau,” imbuhnya.
Tahun 2000, ia mulai mendesain tas, lantas membawanya ke tukang tas langganannya, dan jadilah tas hasil karyanya itu. “Kemudian, dalam acara ketemuan dengan teman-teman, tas itu kupakai. Eh, ternyata mereka menyukainya. Sikap yang berbeda mereka tunjukkan kalau aku memakai produk luar. Mereka cuek saja. Akhirnya, aku berpikir ya sudah kuwujudkan dalam bentuk bisnis saja sekalian, tahun itu juga,” tutur Dini, yang membangun bisnisnya dengan modal awal tak lebih dari Rp10 juta. “Karena, aku sudah mengetahui siapa supplier-nya,” lanjutnya.
Namun, diakuinya, saat itu ia belum fokus dan serius dengan bisnis tas ini. “Masih sebatas hobi yang menghasilkan, belum menjadi profesi. Sistem pemasarannya pun hanya dari teman ke teman. Bahkan, sempat berhenti sejenak karena aku jenuh. Terlebih lagi, saat itu aku masih kuliah,” ucap sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia ini.
CicieroMedio 2008, ia memulai lagi bisnisnya. Kali ini, ia melakukannya dengan serius, baik dalam konsep maupun desainnya. “Hal ini, terjadi karena umurku sudah semakin bertambah. Aku merasa sudah saatnya aku menentukan, apakah bisnis ini akan kujalankan dengan main-main atau kujadikan pegangan hidup. Take it or leave it,” tegas kelahiran Jakarta, 21 Oktober 1978 ini.
Seperti kebanyakan pebisnis pemula, kala itu, Dini pun memiliki angan-angan yang serba indah dengan bisnis yang sedang dibangunnya. Dan, mimpi-mimpinya pun terealisasikan dengan indahnya. Apalagi, bisnis ini dibangunnya berdasarkan hobi. Sebab, baginya, hobi merupakan dasar utama dan 100% passionate-nya dalam membangun bisnis ini. Sedangkan modal dan infrastruktur lain, hanyalah pemanis dan pelengkap yang mengikuti passionate-nya. Sementara, passionate itu sendiri timbul karena adanya hobi. Sehingga, jika hobi itu tidak ada, maka bisnis tas itu pun tidak ada.
Namun, biasanya, seseorang tidak cuma mempunyai satu hobi. Sehingga, kemungkinan akan mempengaruhi laju bisnis yang dibangun berdasarkan hobi tersebut. “Itu tidak berlaku bagiku. Sebab, hobiku yang lain yaitu bersosialisasi, membaca, dan melakukan meditasi. Dengan kata lain, semua hobiku yang lain justru melengkapi bisnisku, bukan menarik atau mengalihkannya,” kata perempuan yang membawahi 15 karyawan ini.
Di sisi lain, ia menambahkan, dalam membangun bisnis kita perlu bertanya pada diri sendiri: apakah akan bersifat sementara atau long term. “Nah, kalau mau long term ya harus fokus. Seperti, yang aku lakukan dengan bisnisku sejak tahun 2000. Meski, aku pernah berhenti sejenak karena jenuh. Tapi, pada akhirnya akan kembali ke jati diri. Dalam arti, bila kita menyadari bahwa talent kita memang di situ, mau lari ke mana pun, pada akhirnya akan kembali ke situ lagi,” jelas Dini, yang berprinsip just try to make my life simple.
Pada dasarnya, ia melanjutkan, semua hobi dapat diwujudkan menjadi bisnis. Syaratnya, harus ada business plan yang jelas terlebih dulu. “Bila bisnis itu dibangun sekadar mengikuti hobi, 95% dipastikan akan gagal. Sebab, lebih bersifat mengikuti tren. Sehingga, bisa saja sebentar-sebentar tutup atau beralih. Sedangkan hobi yang didukung business plan yang bagus, nantinya justru akan mengalahkan pekerjaan tetap kita. Karena, lebih terarah, lebih tahu ke depannya mau ngapain. Bagaimana pun, hobi dan bisnis adalah dua hal yang berbeda,” tegasnya.
Berkaitan dengan itu, di awal bisnis ini dibangun, ia sudah membuat business plan yang jelas. Termasuk, memikirkan apa nantinya kemungkinan kendala-kendala yang akan dihadapi dan bagaimana mengatasinya. Sehingga, ketika berbagai kendala itu benar-benar terjadi tidak terlalu rough. “Mungkin bagi orang lain, yang kuhadapi ini dianggap kendala. Tapi, bagiku sih enggak,” ujarnya, tanpa bermaksud sombong.
CicieroSetiap bulan, melalui in house production-nya yang berlokasi di kawasan Prapanca, Jakarta Selatan, ia memproduksi 300 tas dengan sifat limited edition. Dalam arti, satu model satu warna (kadangkala, satu model 3–5 warna, red.). Sementara, dari segi jumlah, satu model maksimal 24 pieces. Sedangkan dari segi pemasarannya, tas-tas yang dihargai Rp170 ribu–Rp320 ribu per buah ini hanya dipasarkan melalui website (by online). “Aku merasa, cara pemasaran melalui website itu sudah cukup, nyaman, dan sangat mudah. Paling ideallah,” ucap Dini, yang produknya selalu sold out.
Hebatnya lagi, tas yang terbuat dari kulit sintetis buatan Hong Kong serta menyasar pada perempuan dewasa dari kalangan menengah dan menengah atas itu, sejauh ini belum memiliki pesaing. Karena, mereka yang bermain di segmen ini masih sangat jarang. “Brand dari luar merupakan pesaing tas saya. Sebab, secara desain, tas saya mengikuti merek-merek internasional tersebut. Di sisi lain, masyarakat kita adaptif terhadap merek-merek internasional. Jadi, Ciciero sebagai brand lokal mencoba menyamai kualitas brand internasional, dengan harga yang make sense bagi orang-orang kita,” jelas wanita yang menamai produknya Ciciero.
Kelebihan lainnya, Dini memberikan after sales service tanpa batasan waktu. Dalam arti, jika tas yang dibeli mengalami kerusakan parah, maka ia akan menggantinya dengan yang baru. Sedangkan, bila kerusakan tas itu masih dalam taraf dapat diperbaiki, maka tas itu akan diperbaiki, free of charge. Tak pelak, kondisi ini membuat Ciciero telah menyebar dari Sabang hingga Merauke. Sementara untuk luar negeri, dikirimkan untuk memenuhi pesanan orang-orang Indonesia yang bermukin di luar negeri atau orang Indonesia yang akan ke luar negeri, sebagai oleh-oleh.
Sementara, untuk merek Ciciero yang ia sematkan pada produknya, ia memiliki jawaban tersendiri. “Untuk nama Ciciero itu sendiri, aku senang saja. Berbeda, misalnya, kalau memberi merek tasku itu Ayu atau Fitri. Pasti, akan muncul komentar: kok lokal amat. Apalagi, secara psikologis, orang Indonesia menyukai hal-hal yang berbau luar negeri. Jadi, dengan memberi nama Ciciero yang berbau Eropa, tapi ternyata buatan lokal akan memberi kejutan tersendiri,” ungkapnya. Ciciero ini sekaligus juga brand dari website-nya yaitu www.akusukatas.com.
Rencana ke depan? “Aku ingin lebih memperkenalkan Ciciero ke seluruh Indonesia, sebagai brand lokal dengan kualitas yang tidak kalah dengan merek internasional. Di samping itu, aku juga ingin mengubah tampilan website dua kali dalam setahun, untuk penyegaran,” pungkasnya. So simple. Tapi, justru dengan kesederhanaan itulah, Dini memperoleh kesuksesan dalam bisnisnya.
Saatnya Mencoba Budidaya Ayam Mutiara
Cobalah menyempatkan diri mengunjungi pasar unggas dan tanyakan apakah di situ ada pedagang yang menjual ayam mutiara. Jika beruntung, hewan yang dimaksudkan pasti akan diketemukan. Belakangan, jenis ayam ini mulai banyak dibicarakan khususnya para penggemar unggas. Dengan bulu yang indah namun masih langka di pasaran layak mengundang rasa penasaran. Sayangnya, sampai sekarang ternyata informasi tentang ayam mutiara masih terbatas.
Yang paling menarik dari ayam ini sebenarnya adalah warna bulunya yang dipenuhi dengan bintik-bintik putih seperti mutiara. Inilah sebabnya sehingga dinamakan ayam mutiara. Ciri fisik lain yaitu pial disamping kiri dan kanan kepalanya dan ditambah pial di atas kepala yang tampak seperti helm.
Awalnya, konon ayam mutiara berasal dari daratan Afrika. Hewan-hewan ini hidup secara bergerombol dan banyak menghuni savana dan semak belukar sebagai habitat asli mereka. Satu gerombolan di alam liar jumlahnya bahkan bisa mencapai ribuan. Oleh karena itu sesungguhnya hewan tersebut tidak suka menyendiri. Fakta lain, karena sejatinya termasuk dalam golongan burung (aves), ia bisa terbang walaupun lebih suka tinggal di tanah.
Ayam MutiaraJika di Indonesia ayam mutiara baru mulai dikenal, tetapi sebaliknya di luar negeri sudah lama dipelihara sebagai penghias halaman. Dalam perkembangannya juga terjadi cross breding antara ayam mutiara asli dengan ayam lain. Sehingga saat ini ayam mutiara memiliki ragam warna yang sangat bervariasi, di antaranya terdapat jenis yang dinamakan pearl guinea (warna asli ayam mutiara yang didominasi warna abu-abu gelap dengan bintik putih merata di sekujur tubuh), white guinea, royal purple guinea, violet guinea, brown guinea, lavender guinea, dan lain-lain.
Salah satu pembudidaya ayam mutiara adalah Juwaidi. Pria yang tinggal di Lhokseumawe, Nangroe Aceh Darussalam itu mengenal ras ayam mutiara mulai tahun 2003. Pemilik Adina Agro Aceh, usaha peternakan ayam buras petelur dan ayam hutan Sumatera itu kebetulan memperoleh sepasang indukan dari salah seorang temannya dari Sumatera Utara. Selanjutnya, tahun 2007 ia memulai usaha penangkaran secara semi intensif. Saat ini ia sudah memiliki sekitar 20 ekor indukan ayam mutiara. “Karena bulunya indah dan masih langka didapatkan, jadi cocok jadikan bisnis,” ia beralasan.
Sabtu, 03 April 2010
BISNIS SALON
Salon seperti kita ketahui adalah tempat yang biasa dikunjungi oleh para wanita untuk mempercantik diri.Selain itu salon juga termasuk tempat usaha yang cukup menjanjikan hal ini dikarenakan salon termasuk kebutuhan pelengkap bagi wanita.Sehingga bisa dikatakan salon merupakan tempat yang baik untuk berbisnis. Namun berbisnis salon juga ada tips nya.Berikut tips dari berbisnis salon :
1. Menjaga kepuasan pelanggan.
Suatu alat pemasaran salon yang terbaik adalah dari mulut ke mulut. Jika seorang pelanggan puas dengan hasil yang ia dapat, dia akan kembali ke rias salon anda. Paling tidak, ini adalah mengenai kepercayaan. Pelanggan yang puas dapat membantu mengiklankan bisnis rias salon anda ke teman, keluarga, rekan sejawat mereka. Berita dapat tersebar dengan mudah tentang betapa bagusnya dan luar biasanya service yang diberikan oleh salon anda. Penting sekali bagi bisnis anda untuk membangun reputasi yang baik sebagai sebuah tempat salon.
2. Pilih lokasi yang tepat.
Lokasi merupakan hal yang penting bagi bisnis salon rias make up anda. Anda memerlukan lokasi yang strategis di jalan yang teramai di tempat anda atau di mal. Beberapa tempat salon memperkerjakan stylist yang terkenal (yang dipakai oleh para artis) dimana hal ini dapat mendatangkan banjiran pelanggan (dimanapun lokasi salon anda). Jika anda tidak memiliki reputasi yang baik di bisnis dan pelanggan yang setia, cari lokasi yang elite yang dapat diakses dari manapun.
3. Tawarkan atmosfir yang bersih dan aman.
Salon rias make up anda akan laku bila lingkungannya bersih, aman dan menenangkan, dan pelanggan dapat menerima service yang profesional. Kebersihan adalah faktor utama yang dapat membuat pelanggan terus datang kembali. Pelanggan anda harus dapat percaya bahwa produk dan peralatan yang anda pakai itu adalah yang terbaik dan aman.
Anda tidak dapat menanggung resiko pelanggan anda terinfeksi, hal itu akan merusak reputasi salon anda. Salon make up harus benar-benar bersih dengan perlengkapan dan ruangan yang telah di-disinfektan dan disterilkan beberapa kali setiap hari, lebih baik di pagi hari dan di siang hari. Pastikan handuk, footbath dan perlengkapan lainnya telah dicuci, bersih dan wangi.
4. Kenyamanan.
Salon make up yang menawarkan beberapa macam service dalam satu tempat memiliki keuntungan daripada yang hanya menawarkan satu atau service saja. Banyak pelanggan yang memilih untuk merawat rambut, kuku atau muka mereka di satu tempat, daripada harus pergi ke beberapa tempat. Selain anda dapat berkonsentrasi di satu service saja (misalnya rambut), anda juga dapat memberikan kenyamanan perawatan kecantikan. Hal ini dapat membedakan anda dari pesaing anda.
5. Pekerjakan karyawan yang cakap dan terlatih.
Prosedur perawatan kosmetik yang dilakukan oleh karyawan yang tidak terlatih dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap pelanggan. Anda perlu untuk mempekerjakan beauticians yang terlatih, stylist dan karyawan lainnya. Pengalaman mungkin dapat mengajarkan beautician anda, tetapi tanpa training yang tepat dia tidak akan tahu tentang keuntungan atau kerugiannya melakukan sesuai prosedur.
Ini kewajiban anda agar semua karyawan anda terlatih dengan baik dan mengerti semua prosedur yang dilakukan. Juga pertimbangkan untuk memberikan kelas training (class salon / kursus salon) secara berkala bagi karyawan anda untuk memperkaya pengetahuan dan keahlian mereka tentang produk juga kesadaran mereka akan trend yang ada. Class salon atau kursus salon ini akan berdampak jangka depan.
6. Menghemat biaya atas karyawan.
Karyawan merupakan salah satu sumber pengeluaran yang terbesar di bisnis salon. Anda dapat mengatur bagi semuanya kecuali receptionist, sebagai pekerja kontrak. Sehingga dapat dibayar dengan komisi berdasarkan keuntungan yang diperoleh. Namun bisa juga dengan class make up / make up kursus terhadap masyarakat bisa dicoba juga. Dengan make up kursus / class make up akan menambah pemasukan juga.
Kesimpulan :berdasarkan bacaan diatas menurut saya memang dalam berbisnis salon kita harus memperhatikan tips-tips diatas terlebih dahulu agar segala sesuatu nya dapat diantisipasi dari awal.Selain itu butuh kesiapan yang benar-benar matang dalam berbisnis.
Tips-tips diatas juga boleh dicoba bagi semua orang yang berminat membangun bisnis di bidang kecantikan
MENJARING UANG DARI BISNIS IKAN HIAS
Bisnis penjualan ikan hias ternyata tidak dapat dipandang sebelah mata. Pasalnya, bisnis tersebut memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan Beni (25) dan Mardiah (55) untuk terus eksis menggeluti bisnis tersebut. Beni dan Mardiah adalah penjual ikan hias di kawasan kios penjualan ikan hias yang berada di Kompleks Perikanan Balai Budi Daya Perikanan Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta, yang berlokasi di Jalan Mohammad Kahfi I, Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Di kawasan tersebut terdapat 11 kios penjual ikan hias. Berbagai jenis ikan hias dari harga termurah hingga harga termahal pun dapat ditemui di sana. Misalnya ikan hias jenis maskoki, manvis, komet, neo tetra, cupang, aligator, yuppy, kura-kura, hingga ikan hias jenis arwana. Selain itu, kawasan tersebut juga turut menjual berbagai macam obat-obatan, makanan, dan aksesori untuk ikan hias, seperti blitz-icht, obat untuk penyakit jamur bagi ikan, cacing beku, pelet, akuarium, dan batu karang.
Sebelum dirinya menekuni bisnis penjualan ikan hias, Beni mengaku sempat beternak lobster air tawar, tetapi dikarenakan harga lobster yang semakin lama semakin murah, Beni pun akhirnya memutuskan beralih ke bisnis penjualan ikan hias di kawasan penjualan ikan hias di Kompleks Perikanan Ciganjur pada tahun 2006.
Sedangkan Mardiah mengaku berjualan ikan hias sejak tahun 2003 semenjak sang suami, Didi, pensiun dari pekerjaannya. Saat itu kawasan penjualan ikan hias di Kompleks Perikanan Ciganjur baru didirikan. "Saya jualan ikan hias dari semenjak suami saya pensiun, dari tahun 2003. Dari pas tempat ini pertama kali dibuka," kata ibu tiga orang anak ini saat berbincang dengan Kompas.com di kios ikan hias yang dimilikinya, Minggu (2/8) pagi.
Saat pertama kali mengeluti bisnis tersebut, Beni, yang merupakan sarjana lulusan tahun 2009 Jurusan Ilmu Teknologi Kelautan Institut Pertanian Bogor, itu mengaku mengeluarkan modal awal sebesar Rp 23 juta. Sedangkan ibu Mardiah mengaku mengeluarkan modal awal sebesar Rp 20 juta. Namun, dalam jangka waktu satu tahun berjualan, modal awal yang dikeluarkan kedua orang tersebut, diakui mereka berdua, sudah dapat kembali.
"Salah satu alasan saya jualan ikan hias karna prospek penjualan ikan hias ke depan bagus, dilihat dari jumlah pendapatannya yang lumayan bagus dan pertama kali buka tahun 2006 modal awalnya Rp 23 juta, tapi dalam waktu setahun modal sudah balik," kata Beni.
Dari hasil berjualan ikan hias tersebut, Beni mengaku dapat memperoleh keuntungan bersih per bulan sekitar Rp 5 juta. Sementara Mardiah mengaku dalam satu bulan dapat memperoleh pendapatan kotor sebesar Rp 9 sampai Rp 10 juta. Namun, keduanya mengaku, keuntungan tersebut tidak secara langsung didapatkannya dalam waktu yang singkat. Keuntungan tersebut baru didapatkannya setelah mereka berdua berjualan selama hampir dua hingga tiga tahun.
"Dulu pertama kali dagang (ikan hias) sehari saya cuma dapat Rp 30.000 dan itu kotor (bukan keuntungan bersih), dan sebulan paling dapat untung Rp 300.000, malahan kadang cuma balik modal saja, baru sekitar dua tahun jualan pendapatan meningkat menjadi Rp 3 sampai Rp 5 juta-an per bulan," ujar Beni.
Salah satu faktor yang memengaruhi jumlah pendapatan kedua orang tersebut adalah jumlah pengunjung yang datang ke kawasan penjualan ikan hias tersebut. Pada hari-hari biasa, jumlah pengunjung yang datang ke kawasan tersebut hanya sekitar 100-an, pendapatan kotor yang didapatkan kedua orang tersebut pun hanya sekitar Rp 500.000 per hari.
Namun pada akhir pekan, Sabtu, Minggu, dan pada hari-hari libur nasional dan libur anak sekolah, jumlah pengunjung ke kawasan tersebut meningkat drastis, bisa mencapai 1.000 orang per harinya. Omset yang didapatkan Beni dan Mardiah pun bertambah beberapa kali lipat dibanding pendapatan di hari-hari biasa. Bahkan, Beni mengaku sempat mendapatkan Rp 20 juta dalam satu hari (pendapatan kotor). "Saya sempat mendapatkan Rp 20 juta dalam sehari. Waktu itu hari libur nasional," kata Beni.
Meski begitu, keduanya mengaku, krisis ekonomi global yang memengaruhi kondisi perekonomian dunia internasional termasuk Indonesia cukup membawa pengaruh yang besar bagi pendapatannya. Pasalnya, sejak tiga bulan terakhir, April hingga Juni, pendapatan yang diperolehnya cenderung menyusut, bahkan bisa mencapai 50 persen, atau sekitar Rp 2 juta. Hal itu dikarenakan menyusutnya jumlah pembeli yang datang ke kiosnya. "Tapi bulan Juli ini sudah mulai membaik. Hari hari biasa dapat Rp 300 sampai Rp 400.000. Hari Sabtu dan Minggu dapat Rp 3 juta-an. Kalau sebelum krisis, hari biasa dapat Rp 500.000 dan Sabtu, Minggu Rp 5 sampai Rp 10 juta," ujar Beni.
Ke depan, Beni dan Mardiah mengaku akan terus menggeluti bisnis yang ditekuni tersebut. Sebab, selain mendapatkan untung yang relatif besar, kesulitan yang dialami mereka berdua dalam berjualan ikan hias dinilai keduanya tidak terlalu besar. Selain itu, mereka berdua juga merasa optimistis profesi yang dijalaninya tersebut memiliki prospek yang cerah. "Terus jualan ikan hias dong. Soalnya prospek ke depannya lumayan bagus, soalnya sekarang orang makin banyak yang suka sama ikan hias. Kalau masalah susah (kesulitan dalam bisnis ikan hias) semua usaha juga ada susahnya, tapi ketutup sama rasa senang karena kan kita juga hobi pelihara ikan hias. Yah jualan mah enak-enak ajalah," ujar Mardiah.
HAL PENTING DALAM MEMBUKA USAHA KULINER
Sama halnya dengan jenis bisnis lainnya, bisnis kuliner juga butuh proses yang panjang untuk eksis dan menjadi pilihan pelanggan. Bisnis kuliner bergantung pada rasa dan kepercayaan, oleh sebab itu tak ada ukuran seberapa besar kita harus memulai bisnis ini.
Tidak semua pengusaha kuliner memulai bisnisnya langsung menjadi besar. Sebagian besar justru mengawalinya dari order kecil-kecilan. Karena membuka usaha kuliner yang besar perlu modal besar juga. Untuk memulai usaha kuliner kecil2an dan erniat membesarkannya, anda boleh mencoba beberapa tips berikut ini :
- Modal
Urusan permodalan sebenarnya juga tidak terlalu berat. Bentuknya tidak selalu berupa uang. Hobi juga bisa dijadikan modal untuk usaha, keahlian memasak misalnya, ingat skill anda dalam meramu bumbu akan menjadi salah satu kunci sukses bisnis kuliner anda kelak. Jika memang modal harus berbentuk uang, buat daftar dari yang termahal sampai dengan yang termurah, coret yang tidak bisa dijangkau, sisakan 3 daftar modal terendah dan jadikan itu sebagai target jangka pendek anda.
- Jenis Makanan
Tidak perlu muluk-muluk, mulai saja dari jenis makanan yang anda kuasai, misalnya anda piawai membuat kue lumpur berbagai rasa seperti lumpur telor, lumpur daging, lumpur kelapa, lumpur kentang, lumpur pandan dilingkungan sekitar. Nah, kenapa tidak memulai dari jenis makanan itu misalnya.
- Terus Mengali Potensi Diri
Kata lainnya adalah terus dan terus belajar dan jangan malu untuk bertanya sana sini bahkan kepada pakar sekalipun, datang kursus. Terus uji coba sampai ketemua resep yang pas dan sesuai dengan selera orang banyak.
- Porsi Pesanan
Menerima pesanan dalam jumlah besar memang membawa semangat diri tetapi yang perlu diingat adalah anda belum bisa mengatur waktu, cara kerja dan cara penyetokan bahan baku, oleh karena itu mulailah dengan menerima porsi pesanan sedikit demi sedikit, dari situ baru anda bisa mengatur manajemen waktu dengan lebih baik pada saat menerima porsi pesanan besar, karena porsi pesanan dalam jumlah besar tidak semudah yang kita kira lho, walaupun tidak menampik bahwa porsi pesanan besar tentu lebih menguntungkan daripada porsi pesanan kecil dan tentunya dengan tidak lupa jangan sampai anda menolak porsi pesanan kecil juga.
- Pesanan Rutin
Rajin menawarkan usaha kuliner kita kepada pelanggan kadang bisa membuat bumerang. Buat jadwal penawaran rutin anda kepada pelanggan dengan jarak waktu yang tidak terlalu dekat sehingga tidak membuat bosan pelanggan anda. Jika ini anda lakukan secara rutin maka akan membekas dan berkesan sekali dalam ingatan pelanggan, misalnya oh ya aku perlu snack harus kontak ibu fulan aku perlu jasa catering harus kontak ibu fulan dan seterusnya.
- Manajemen Waktu
Pengaturan waktu harus diperhitungkan sejak awal, seperti kapan saat belanja bahan baku, menimbang dan meracik bahan baku, menyimpannya sebelum di olah bahkan sampai pada saat mengolahnya dan mengantarnya tepat waktu sesuai dengan yang sudah dijanjikan. Ingat pemuasan hati pelanggan adalah nomor satu.
- Sample Makanan
Menyertakan sample makanan diluar daripada yang telah dipesan merupakan promosi terselubung yang sangat bagus, beritahu pelanggan bahwa itu merupakan bonus pesanan, sehingga di kemudian hari pelanggan dengan mudah memesan karena sudah tahu rasanya.
- Trend Terkini
Perkembangan kuliner saat ini pesat sekali, jika anda menawarkan jenis makanan yang itu-itu saja tentu akan membuat bosan para pelanggan dan tidak mungkin pelanggan akan beralih kepada orang lain. Oleh karena itu jangan berhenti belajar dan berkreasi dengan menu-menu baru atau memadu padankan menu lama dengan menu baru.