Pebisnis, bahkan yang UKM sekalipun, kini semakin lihay dalam meningkatkan kapasitas bisnisnya. Pengetahuan meningkatkan kapasitas bisnis kini semakin mudah diperoleh, melalui seminar, workshop, buku/majalah kewirausahaan, hingga sharing pengalaman dengan sesama pebisnis lainnya.
Para pebisnis biasanya menggunakan berbagai langkah untuk meningkatkan usahanya, misalnya dengan menambah jumlah outlet, meningkatkan kapasitas produksi dan pemasaran, serta memperbesar skala usaha.
Seorang pebisnis resto misalnya, tahun pertama ia hanya membuka satu outlet, namun tahun kedua saat bisnisnya sudah berjalan, dan ingin meningkatkan kapasitas bisnisnya, merubah outlet yang semula kecil menjadi resto besar dengan halaman parkir yang luas, serta memperbanyak outlet, serta. Contoh ini dapat anda lihat pada gerai Steak Abuba, Bakmi Golek, Resto Kepiting Cak Gundul, Restauran Dapur Sunda, Restauran Bumbu Desa, Kebab Turki Baba Rafi, Bakso Cak Eko, Bakso Kuto, Bakso Kepala Sapi, dll. Bisnis lain, seperti Bengkel Motor X-Tra, dan beberapa bisnis laundry juga berawal dari gerai kecil. Terlebih jika pemiliknya memiliki kemampuan mengembangkan bisnisnya melalui system bisnis yang tepat, gerai akan bertambah cepat dalam waktu yang singkat.
Tetapi ada juga pebisnis yang mengembangkan kekayaannya dengan melakukan diversifikasi bisnis. Meskipun jika ditanya kepada pemiliknya ia tak paham dengan istilah diversifikasi bisnis.
“Saya tidak mengetahui maksudnya diversifikasi bisnis. Bagi saya bisnis itu kepandaian mencari peluang,” ujar Merry, produsen Mie Ayam yang mensuplay tak kurang dari 400an pedagang bakmi ayam di Jakarta dan Bekasi.
Merry mungkin benar, tak paham makna diversifikasi bisnis. Karena itu bukanlah hal penting. Yang penting baginya adalah bagaimana ia dapat terus mempertahankan bisnisnya, meningkatkan usahanya dari tahun ke tahun, serta mencari peluang bisnis baru yang dapat menambah penghasilannya.
Berbisnis produk mie basah telah dilakukan Merry bertahun-tahun, karena ia tak mungkin menambah jumlah outlet karena keterbatasan tempat, dan persaingan bisnis, Merry dan Katija, suami istri ini mencoba mengembangkan usahanya dengan cara mendiversifikasi bisnis dengan bisnis lainnya.
Tiga tahun lalu Merry membuka usaha keagenan gas, dan air minum. Selain itu ia juga membuka usaha rumah kost-kostan. Dengan usaha barunya ini, Merry dapat meningkatkan penghasilan setiap bulan, selain dari penghasilan utamanya dari memproduksi mie ayam basah yang mencapai kapasitas 500-700 kg per hari, Merry juga memperoleh pemasukan tambahan dari usaha keagenan, dan kost-kostan.
Seiring dengan usaha utamanya yang tumbuh, usaha baru yang dikembangkan juga jalan.
Dukungan Permodalan dari Perbankan
Semakin berkembangnya sebuah usaha, baik yang dikembangkan secara vertikal maupun horizontal, atau diversifikasi bisnis, ternyata dukungan permodalan berupa kredit dari perbankan sangat dibutuhkan.
“Kalau mengandalkan uang sendiri, muternya usaha kurang cepet,” ujar Merry kepada Majalah Wirausaha dan Keuangan beberapa waktu lalu. Tetapi ada kendala yang selama ini menjadi ganjalannya. Prosedur kredit untuk pengusaha UKM seperti Merry ini masih sulit didapat. Kalaupun ada, syaratnya rumit. Kalaupun bisa, kredit yang diperolehpun relatif sedikit, tidak sebanding dengan dana yang diperlukan.
Merry mengaku, untuk mendukung usahanya ia kadang mendapatkan kredit dari ‘pelepas uang’ yang bunganya cukup tinggi.
Peran perbankan, dan dukungan negara bagi pengusaha seperti Merry, sepertinya layak diterima olehnya. Ia telah berjuang sendiri, dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat yang kini sangat memerlukannya.