Tampilkan postingan dengan label waralaba. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label waralaba. Tampilkan semua postingan

Senin, 23 Mei 2011

Modal Memulai Bisnis: Berani atau Terampil, Mana Lebih Dulu?















Apakah seorang untuk menjadi pengusaha itu harus memiliki keterampilan dulu?”

Saya rasa, ini pertanyaan bagus. Pertanyaan yang sama pernah juga hinggap dibenak saya, yaitu saat saya baru memulai menjadi pengusaha.

Saat pertanyaan ini saya balikkan pada mereka, ternyata sebagian besar mahasiswa mengatakan: “Perlu terampil dulu, baru berani memulai usaha.”

Saya rasa jawaban mereka tidak bisa disalahkan. Mereka cenderung menggunakan logika rasional. Padahal menurut saya, untuk menjadi pengusaha, kita harus berani dulu memulai usaha, baru setelah itu memiliki keterampilan. Bukan sebaliknya, terampil dulu, baru berani memulai usaha.

Sebab, saya melihat di Indonesia, ini sebenarnya banyak sekali pengangguran yang tidak sedikit memiliki keterampilan tertentu. Namun, mereka tidak punya keberanian memulai usaha. Akibatnya, keterampilan yang dimiliki apakah itu diperolehnya saat sekolah atau bekerja sebelumnya, akhirnya banyak yang tidak dimanfaatkan. Itu kan sayang sekali.

Seperti yang saya alami sendiri, saat membuka restoran Padang Sari Raja. Saya katakana pada mereka, bahwa terus terang tidak bisa membuat masakan padang yang enak. Saya penikmat masakan padang. Tetapi saya tidak tahu bumbunya apa saja yang membuat masakan tersebut enak. Saya katakan pada mereka: “Saya bisanya hanya nggodog wedang atau merebus air. “Itu artinya apa? Saya bisa punya usaha restoran, karena saya punya keberanian”.

Begitu juga, saat saya dulu membuka usaha Bimbingan Belajar Primagama. Saya belum pernah mengajar atau menjadi tentor di tempat lain. Bahkan saya belum pernah menjadi karyawan di perusahaan orang lain. Namun, saya memberanikan diri untuk membuka usaha tersebut. Sebab, saya berpendapat, kalau kita tidak punya keterampilan, maka banyak orang lain yang terampil di bidangnya bisa menjadi mitra usaha kita.

Oleh karena itu bagi saya, yang terpenting adalah keberanian dulu membuka usaha. Apapun jenisnya, apapun namanya. Sebab, sesungguhnya, untuk menjadi pengusaha, keterampilan bukan segala-galanya. Tetapi keberanian memulai usaha itulah yang harus kita miliki terlebih dahulu.

Banyak contoh, orang yang sukses menjadi manajer, tapi ternyata belum tentu sukses sebagai entrepreneur. Sebaliknya, seseorang yang di awal memulai usaha tidak memiliki keterampilan majerial, tetapi ia memiliki keberanian memulai usaha, banyak yang ternyata berhasil. Orang jenis terakhir ini selain memiliki keberanian, juga mengembangkan jiwa entrepreneur. Oleh karena itulah saya kira, jiwa entrepreneur harus kita bangun atau kita bentuk sejak awal.

….

seperti diceritakan oleh Purdie E Chandra di:

http://www.purdiechandra.net/jadi-entrepreneur/2009/04/berani-dulu-baru-terampil/

Kamis, 28 April 2011

WIRAUSAHA Aneka Resep Kue Kering





cari duit Resep kue kering lebaran yang memang sangat mengguga selera siapa saja yang melihat tampilan yang cantik yang bisa menjadi ciri kas anda di mana kue kering ini sangat enak dan bisa di sajikan dengan minuman yang segar, rasa nikmat kue kering untuk lebaran ini menjadi suatu citra rasa yang bisa di nikmati semua keluarga anda, mungkin dengan menyajikan kue lebaran tersebut bisa membuat anda terpesoda dengan banyaknya pujian yang menyatakan kue lebaran anda sangat enak dan nikmat sekali kata ibu atau kelurga anda.

bisnis 2011 Mungkin dengan resep kue kering lebaran ini membuat anda langsung memberikan sms lebaran dan ramadhan, kepada keluarga terjau anda dengan memberikan rahasia resep kue kering tersebut.

Dari pada basa-basi anda bisa melihat resep kue kering di bawah ini :

Berikut ini : video cara membuat kue kering
Kue kering putri salju

Bahan :

100 gr Margarin

50 gr Tepung gula

1 bt Kuning telur

125 gr Tepung terigu

100 gr Kcang mede sangria, haluskan

1/8 sdt Garam

100 gr Tepung gula khusus taburan



Cara membuat :

- Kocok margarine dan tepung gula 30 detik. Tambahkan kuning telur, kocok rata.

- Masukkan tepung terigu sambil diayak dam diaduk rata.

- Tambahkan kacang mede halus dan garam, aduk rata.

- Ambil 1 sendok the adonan. Lalu bentuk bulan sabit.

- Oven 20 menit dengan suhu 160 derajat celcius. Angkat. Panas-panas gulingkan pada tepung gula.

bisnis online gratis
ide bisnis

WIRAUSAHA Resep Kue Kering Lebaran

Kue Kering yang satu ini namanya Kue Kering Janhagel. Udah pada tau kan??? Kue kering ini merupakan salah satu kue warisan Oma-oma kita sedari dulu. Klasik dan rasanya pun sangat gurih. Taburan kenarinya bikin rasanya makin mantappp….
Resep BahanKue Kering Janhagel :

  • Tepung terigu protein rendah 250 gram
  • Gula halus 150 gram
  • Margarine forvita 135 gram
  • Roombutter 15 gram
  • Air es 50 ml
  • Kenari 75 gram, sangrai, cincang
  • Kenari 75 gram, sangrai, iris panjang tipis
  • Gula pasir 3 sendok makan
  • Kuning telur 3 butir, kocok

Cara membuat Kue Kering Janhagel :

  1. Campur margarine forvita, roombutter, terigu dan gula halus. Aduk dengan 2 buah pisau hingga berbutir.
  2. Tambahkan kenari cincang dan air es sedikit demi sedikit hingga adonan dapat dipulung.
  3. Ambil loyang persegi berukuran 20x20x4 cm bersemir margarine forvita dan bertabur terigu. Gilas adonan hingga setebal 3 mm. Masukkan adonan dalam loyang sambil ditekan, ratakan.
  4. Olesi permukaan adonan dengan kuning telur hingga rata.
  5. Taburi bagian atasnya dengan kenari dan gula pasir.
  6. Panggang adonan dalam oven bersuhu 150°C hingga setengah matang selama ±15-20 menit.
  7. Keluarkan kue dari oven, kerat kue dengan ukuran 3×6 cm.
  8. Sajikan.

Untuk 600 gram.

Selamat mencoba…

Selasa, 08 Maret 2011

IKM Cetak 20.000 Wirausaha Baru

Jakarta (Citra Indonesia): Salah satu pilar Indonesia dalam mensiasati pasar tunggal ASEAN khusus IKM. Ditjen IKM siap mencetak 20 ribu wirausahawan baru melalui program pemberdayaan yang terstruktur.

“Bukan hanya memberikan modal lalu dilepas begitu saja. Para IKM harus dimajukan usahanya,” jelas Dirjen IKM Kemenperin, Euis Saedah, di Jakarta (4/3/2011).

“Saya melihatnya tidak sederhana dulu. Indonesia (Perindustrian pada tahun awal 90-an) puny acv tapi kenapa tidak jalan, adalagi pelatihan untuk kewirausahaan ada MT (Motivation Training) koperasi juga mengeluarkan sertifikat kewirausahaan, setelah saya lihat beberapa program kewirausahaan dan berbicara dengan perguruan tinggi, tenyata mereka memiliki incubator sendiri-sendiri dan model kewirausahaan. Saya melihat kewirausahaan itu harus by disain, tambahnya.

Berikut langkah-langkah yang harus di tempuh dalam menciptakan wirausahwan yang tangguh. Kewirausahaan itu harus selektif seperti di Jepang, tidak bisa untuk siapa saja, oleh karena itu kewirausahaan itu yang bener, harus dimulai dari rekruitment dan penyaringan, harus di bedakan program untuk lulusan SLTA dan Perguruan Tinggi (PT),” jelasnya.

Rekrument, berikan pelatihan, setelah dikasih ilmu kemudian mereka magang sebulan atau dua bulan, setelah itu kasih ilmu lagi, ilmu lanjutan setelah tahapan tersebut barulah masuk ke tahapan incubator. Rata-rata di beberapa tempat selama 6 bulan diseleksi, misalnya yang tadi 30 mungkin yang terseleksi 10 orang yang sungguh berminat. Makanya setelah melalui tahapan ini di seleksi lagi masih dalam incubator bisa di perguruan tinggi, bisa dibalai-balai besar yang memiliki incubator kita titipkan disana.

Lalu mereka membuat bisnis plan (on desk- mencari peluang secara detail apa saja yang diperlukan dalam usahanya). Dalam proses in tetap ada pengawalan memalui bagi tugas karena kita akan mengandeng UKM, Perdagangan, dan BPPT idealnya.

Setelah minatnya bulat baru start up bisnis, betul-betul bottel neck. Lalu diambil 5 terbaik yang akan mengarah kepada wirausaha yang beneran.

“Dari 4 tadi akan tercipta 20 wirausahawan dan kita kawal dengan meminta bantuan ahlinya. Nanti jika seperti itu kita juga PD minta lembaga keuangan,”.

“Tolong dibantu biayanya, baru diberikan modal untuk membuka usaha. Ini juga dalam perjalanannya harus dikawal tidak bisa dilepas begitu saja, pengawalan bisa oleh tim tadi atau oleh sindan atau UPL memiliki 460 sindan mengawal incubator ini. Biaya konsultan di tanggung IKM. Itu baru relativ, jadi lah ketimbang kita lepas begitu saja,” imbuhnya.

Itu untuk kewirausahaan yang terstruktur. Yang karier. Jadi dia (IKM) juga memiliki sertifikat kewirausahaan industri. Dan jangan lupa harus ada lembaga yang mengkontrol ini. “Baru lah target 20 ribu wirausahawan dapat terlaksanan,” Euis Mengakhiri perbincangan. (iskandar)

Rabu, 09 Februari 2011

Pelatihan Fried Chicken Crispy

Berikut adalah berbagai resep masakan Fried Chicken yang memakai adonan tepung seperti ayam goreng Kentucky (KFC), Texas, Wendy, dan sebagainya.

KFC Extra Crispy

1 ayam dipotong2

6−8 gelas shortening/minyak goreng

Coating (Tepung):

1 Telur kocok
1 gelas susu
2 gelas all−purpose flour (tepung)
2 1/2 sendok makan garam
3/4 sendok makan lada
3/4 sendok makan MSG

1/8 sendok makan bubuk bawang putih

1/8 sendok makan Baking Powder

Bersihkan kulit dan lemak ayam. Panaskan shortening dalam penggorengan sampai 350 derajad celcius.
Gabung telur kocok dan susu dalam mangkuk sedang.
Di mangkuk lain, gabung sisa bahan (Tepung, garam, lada, dan MSG, dsb).
Celupkan ayam diadonan susu dan telur.
Kemudian dibalur dengan adonan tepung, garam, lada, dan MSG.
Celupkan sekali lagi di adonan susu dan telur, kemudian dicelup di adonan tepung.
Lapisannya harus setebal mungkin.

Kemudian goreng ayam tersebut selama 12-15 menit atau sampai warnanya kecoklatan.

Tiriskan minyaknya selama 5 menit, baru dihidangkan.

Silahkan mencoba dan beri komentarnya jika sukses..

Silahkan download resep selengkapnya di sini:

http://www.ziddu.com/download/12872119/resepKFC.pdf.html

Minggu, 17 Oktober 2010

franchise BAKMI MIE-KITA

BAKMI MIE-KITA......

HANYA: Rp.100 jt

ane mau jual nih usaha ane... kalo ada yang berminat,,
ane sebenarnya ga mau jual usaha ini.. cuma kerna orang tua ane udah meninggal ane harus mengambil alih perusahaan keluarga di SULTENG (palu)
jadi ane jual,, siapa tau ada yg minat
usaha ini sudah berjalan 1 thn.. masi ada 4 thn lagi sesuai dengan perjanjian franchisor itu 5 thn. BAKMI MIE-KITA udah banyak...
jakarta ada lebih dari 3 dan tanggerang,Bogor,cibinong,cirebon,surabaya dan papua
Jenis makanan yg di jual pun buanyak..kira2 ada 120 jenis makanan dan minuman,, harga terjangkau.
bisa di liat di google (BAKMI MIE-KITA JAK-TIM) Utan Kayu atau di klanakuliner.com
ane ga jual sama lokasi yang ada sekarang yaa! krn ane juga ngontrak..

Ane jual brikut ini nih:
Bar lumayan gede = servis seperti baru
4 sofa + 2 meja panjangnya
8 meja 80 x 80
24 buah kursi
Peralatan masak kompor,panci2 pokonya lengkap sama piring dll yg ber logo
Kaos karyawan
dan mungkin ada beberapa bonus yang ane bisa kasi

Sistem Waralaba Bakmi Mie-Kita - Bakmi

Tahun 2009 bakal diwarnai dengan tindakan pemutusan hubungan kerja, terutama di kalangan pekerja industri dan perdagangan, sektor usaha yang justru banyak menyerap tenaga kerja padat karya. Situasi yang menantang ini malah jadi peluang emas yang menjanjikan di mata Petrus Puspo Sutopo, owner Bakmi Mie Kita yang melebarkan sayapnya melalui program franchise PT Sistem Waralaba Bakmi Mie Kita bersama Kadafi Yahya dan Madna Yahya.

Bagaimana kiat usaha Petrus yang berobsesi membangun 165 outlet baru pada tahun Kerbau 2009, berikut petikannya :


Bagaimana Anda memulai terjun ke bisnis bakmi lewat jalur wirausaha ini?

Awalnya, saya ini kan orang broken home, ikut mama sendiri, yang sejak saya SD sudah jualan bakmi, saya aduk-aduk bahan mie itu hingga menjadi peluang emas yang menjanjikan. Dasar saya hobi makan mie ayam, akhirnya dari hobi itu saya kembangkan menjadi bisnis yang sifatnya komersial. Mulanya kecil-kecilan saja, setelah saya keluar dari Inti Salim Group gara-gara bos saya bilang bahwa yang ngasih makan saya adalah dia. Wah, terus terang saya tersinggung, karena sesungguhnya yang ngasih makan saya adalah Tuhan, bukan dia. Tuhan beri saya makan lewat dia, itu yang betul. Tapi, saya nggak mau debat, langsung saja keluar dari perusahaan itu.

Dari situ, Anda dapat modal dari mana?

Karena wirausaha ini saya mulai dari hobi, modalnya memang modal dengkul. Namun, dalam perjalanannya saya dapat modal dari H Firman Rp 200 juta. Saya bikin rumah produksi mie di Tangerang, berjalan sekitar 1999 sampai 2003. Di rumah produksi itu saya bikin aneka makanan yang bebas formalin, bebas bahan pengawet. Legalitas usaha itu saya buat pada April 1993, biar mudah mengingat, karena pas dengan ultah saya. Selain legalitas, saya juga mendapat sertifikasi halal food, tapi PT itu baru berdiri sejak tahun 2003.

Siapa saja pemegang saham perusahaan itu?

Awalnya, pak Firman masuk jadi pemegang saham. Tapi karena dia menyimpang dari aturan bersama, akhirnya sahamnya saya beli Rp 200 juta. Waktu itu, saya langsung beriklan di media massa, dan ternyata ada yang berminat membeli saham saya, yaitu Djaja Hendrawan. Maka, pemegang sahamnya sekarang adalah saya 60 persen, pak Djaja 40 persen. Jadi, dalam waktu relatif cepat, asetnya jadi 1 miliar. Itu terjadi pada tahun 2000, kini sudah ada yang berminat mau beli lebih dari 8 miliar, tapi saya berkeinginan untuk mengembangkan saja supaya bisnis Mie Kita ini kian berkibar dimana-mana. Obsesi saya umur 55 tahun, sama dengan pegawai negeri sipil, saya harus pensiun dan jadi passive income, tinggal menikmati hidup.

Bagaimana nilai saham itu bisa meningkat, sementara outlet Mie Kita baru 25, setelah buka di kota Bogor, Tebet, dan RS MH Tamrin Jakarta?

Saya jualan skills, ini yang mahal dan bisa mencapai 60 persen. Kalau rumah produksi sih cuma bangunan tipe 21, tapi dua lantai, luasnya sekitar 120 meter persegi. Tapi skills, itu yang berharga bagi seorang wirausahawan.

Bagaimana Anda membangun skills itu sehingga bernilai tinggi?

Untuk tahu masakan mie yang berkualitas, saya tak segan-segan membayar jago-jago pembuat mie yang tangguh dan kesohor lebih dulu. Misalnya, Mie Alok, Mie Aheng. Mereka saya minta demo masak, dan saya bayar waktu itu Rp 1,5 juta, kalau uang sekarang bisa 15 juta sekali demo. Demikian pula ketika saya ingin tahu bagaimana bikin Es Doger yang enak, saya panggil pembuatnya yang handal, lalu saya suruh demo seharian, dan saya ganti biaya produksi dia sehari itu, karena saya suruh demo. Untuk tahu soal toxin, higienitas makanan, packaging, dan enzyme, saya belajar khusus di IPB. Perlunya supaya skills saya meningkat dan langsung bisa saya praktekkan lewat dagang mie.

Selain itu, anda juga berdagang aneka juice dan minuman kesehatan, serta packaging aneka buah. Bagaimana ide itu bisa muncul?

Saya suka baca-baca buku Prof Hembing, ahli herbal dan kesehatan alternatif lewat tumbuh-tumbuhan. Setelah saya cermati buku Prof Hembing, saya lalu berdagang juice anti diabetes, dengan komposisi bahan herbal yang saya pelajari dari bukunya. Juga ada juice anti kanker, juice anti kolesterol, juice anti darah rendah, juice anti hipertensi, juice anti ginjal, anti asam urat, anti batuk, TBC, sariawan, dan juice pelangsing. Itu semua saya lakukan dengan menyerap selera pasar, yang di satu sisi pasar menghendaki minuman segar, tapi juga menyehatkan. Bahannya dari aneka buah-buahan, sekarang juga saya paket, sehingga tinggal dibikinkan juice.

Apa menu unggulan yang anda jual untuk memenuhi selera pehobi kuliner?

Sebagai spesialis Chinese Food Modern, saya juga memasarkan Chicken Kungpao, Cumi Lada Garam, Udang Goreng Gandum dan lainnya yang saya kemas lewat program franchise, yaitu paket mini resto seharga Rp 90 juta, paket foodcourt Rp 58 juta, dan paket resto Rp 125 juta. Rata-rata outlet yang ada balik modalnya 6-12 bulan, paling lama tiga tahun.

Apa yang melatarbelakangi optimisme Anda?

Pertama, harganya pantas, serba sepuluh ribu. Tapi yang lebih penting lagi ialah seleranya yang mengikuti selera kelas atas, sehingga semua kalangan bisa menikmati masakan kami. Tujuan utama saya adalah mengembangkan Bakmi Mie Kita sebagai trademark di kota-kota seluruh Indonesia dan juga membantu orang susah, biar nggak susah seperti saya dulu, yang hidup di panti asuhan. Cara bantu saya ya dengan berwirausaha, karena di Indonesia masih sedikit orang yag mau terjun dan berjuang demi kesuksesan berwirausaha. Setelah umur 55 tahun, saya pensiun biar bisnis ini diteruskan oleh masyarakat luas dimana pun berada.

Di tengah kesibukan Anda membina hubungan baik dengan mitra kerja untuk mengembangkan sayap usaha itu, bagaimana anda membagi waktu buat keluarga, istri dan anak-anak serta kerabat lain?

Anak-anak sih saya arahkan untuk bisa berwirausaha, seperti ayahnya, juga setangguh neneknya. Juga istri saya, mereka semua saya kira mendukung dan bahu membahu berwirausaha untuk mencapai target itu. Dengan karyawan saya sering membina dan mengarahkan mereka. Maklum, kebanyakan karyawan saya adalah mantan tukang becak yang nggak bisa baca-tulis, mantan kondektur, anak-anak jalanan, mantan pedagang kaki-lima, yang semuanya punya karakter sendiri-sendiri. Seperti bekas tukang becak, kebiasannya molor, tidur melulu. Tapi, karena saya memang sudah komit merekrut mereka, ya saya sendiri yang menempanya, bahkan ada yang sampai dua tahun baru bisa mengikuti ritme usaha saya. Selebihnya waktu senggang saya gunakan untuk baca-baca buku guna menambah wawasan yang bisa mendukung usaha saya.



Biodata :

Nama : Petrus Puspo Sutopo

Tempat/Tanggal Lahir : Malang, 27 April 1967

Pekerjaan : Pemilik PT Sistem Waralaba Bakmi Mie Kita

Alamat : Jl. Pajajaran 26 Kota Bogor

Istri : Digna Winarti

Anak : Shoteby Anthony Winsen, Michelle Levine dan Nikola Tesla

Pendidikan :

SD sampai STM di Jakarta di bawah asuhan Panti Asuhan Vincentius, Kramat Raya Jakarta
Teknik Sipil Politeknik Pasar Minggu Jakarta
Kursus Log Grader di Fakultas Kehutanan IPB
Kursus Ilmu Toxin, Herbal, Enzyme, Higienitas dan Packaging dari IPB

Pekerjaan :

Inti Salim Group
Wirausaha sendiri

Warna favorit : Hijau

Masakan favorit : Mie ayam

Moto : Jadi garam dunia

Obsesi : Membantu orang susah

BAKMI MIE-KITA UTAN KAYU

Perjalananku kali ini sedikit diganggu dengan rusaknya si jago ngebut motor biruku, Honda CB 1972 125 cc yang kain hari kian cantik saja kendaraan antik itu... Setelah masuk bengkel yang profesional dan pelayanannya sangat menjanjikan, kelanakuliner berjalan dan mencari kendaraan umum, bis Metromini jurusan pramuka, menuju kantor Is Plaza RM Gurih.
Sambel Sambil jepret sana, jepret sini dengan kamera digitalku, tahu-tahu seorang pemuda memberikan salam tersenyum sayapun membalas senyumnya dan memutar memori otakku mencoba mengingat dimana saya mengenalnya. Teman kampuskah? Teman sekolahkah atau orang yang berkunjung ke rumahku untuk survey kredit bank, atau orang asuransi pendidikan yang sering mengontakku?

Alhamdulillah, dengan sikap sesopan mungkin akhirnya saya teringat kembali, rupanya dia teman adik kandungku. Aahhh... forget it lah, yang penting sekarang ada teman dan dengan baik hatinya dia tawarkan mengantarku ke kantor Is Plaza. Namun aku akhirnya minta diturunkan di perapatan Utankayu, dan meneruskan berjalan kaki dengan niat canvasing (susur jejak kuliner baik berjalan kaki maupun berkendaraan, yah ini kan kelana kuliner yang sebenarnya, kan?) Perjalanan meniti pinggiran jalan Utankayu menuju tembusan jalan ke Pramuka Raya itulah, aku melihat satu ruko yang tampak masih baru. Bakmi Mie-Kita. Sepertinya asyik juga dan lumayan akrab di telinga nama resto ini.

Waktu menunjukkan pukul 14.17 WIB dan langsung saja masuk setelah melewati interior ruangan yang dominan kuning muda dan hijau itu yang juga berhiaskan lukisan neo-klasik karya seniman Jogja. Di ujung meja dapur, saya mencoba mencari informasi tentang sang pemilik dan tepat di bagian bawah meja kasir sekaligus loket layanan pesan, sebuah poster informasi waralaba Bakmi Mie-Kita terpampang manis (satu trik pemasaran yang cukup cerdik, untuk menangkap peluang pasar baru - setidaknya itulah yang dikatakan sang pemilik waralaba Petrus). Tertulis di poster itu "Peluang Usaha (Busines Opportunity) Waralaba Bakmi Mie-Kita, yang ditawarkan ke seluruh wilayah Indonesia. Makanan Sehat, Enak dan Murah. Tipe waralaba, kelas "Food Court - Modal hanya 77jt", "Mini Resto - Modal hanya 160jt", "Resto - modal cuma 175jt", BEP (Titik Balik Impas) 12 s/d 16 bulan. Hubungi Petrus/Nadir No. Telp 08588.3262.658 atau 0856.9292.5050."

Setelah beberapa waktu, kontak pertama saya justru langsung dengan sang pemilik waralaba pak Petrus, tapi belakang waktu saya tahu bahwa ternyata saya berhubungan dengan Nadir, sang penerima waralaba dan pemilik ruko di Utankayu. Kami pun membuat janji bertemu dan saya masih beranggapan akan bertemu dengan pemilik waralaba, Petrus Puspo Sutopo.

Kurang dari satu jam, dan nyaris saja saya tenggelam dalam tidur di kursi makan yang berbentuk sofa tinggi RM Bakmi Mie-Kita, saat bertelepon ria dengan kolega, akhirnya datang juga, Nadir. Walaupun saya sudah tahu, lelaki Arab (ganteng eh... jangan ah nanti GR dan salah tafsir lagi) ini, tapi saya mencoba "melucu" menanyakan nama dirinya, "Dengan pak Petrus?" (emang ada yah orang Arab yang namanya Petrus? Kalo di "sana" ya pastinya ada lah!...Sayangnya saya lupa mematikan HP saya yang masih OL dengan kolega... ih nggak etis buanget deh gue!), "Saya Nadir, pak," jawabnya menerima jabatan tangan perkenalan diri saya. (by the way... aku jadi ingat satu istilah... sampai ke titik nadir... titik terendah di horizon langit... so what's the meaning of Nadir?)


Setelah berkenalan dan berbincang dengan Nadir, lelaki keturunan Arab kelahiran Jeddah 28 tahun lalu ini, ternyata menyenangkan diajak berdiskusi. Menurutnya, dengan berwaralaba Bakmi Mie-Kita setidaknya keinginannya untuk berwiraswasta dan asyik duduk manis di rumah bisa dilakukan. "Tapi biarpun begitu seperti yang ditawarkan oleh franchisor, saya masih kepingin ikut nimbrung sibuk terjun ke bisnis usaha resto bakmi ini," ujarnya serius. Bujangan yang akan merencanakan menikah dengan adik sahabat lamanya pada tahun depan ini menegaskan, justru dirinya memang mau bersibuk-sibuk ria untuk jadi pengusaha yang tahu banyak hal tentang bagaimana memproduksi usaha resto bakmi.

Sebagai gambaran betapa rumit dan sibuknya usaha Bakmi Mie-Kita, jumlah sajian menunya saja hingga seratus lebih. Bisa dibayangkan, bukan bagaimana banyaknya SOP (bukan semacam sop buntut, coy... tapi Standard Operation Procedure - alias Prosedur Operasi Baku) dan beragamnya suplay bahan baku menu masakan. "Wajar saja Mas, kalau masalah product knowledge, sebaiknya ditanyakan langsung kepada pak Petrus... Dia yang lebih paham dengan segala macam menu itu," ujarnya merendah.

Bagi saya bukan itu saja masalahnya, namun yang paling penting adalah bagaimana seh sebenarnya rasa dari bakminya itu sendiri. Apa sama hebat dan lezatnya dengan sang legendaris Bakmi GM? Ah nggak usah kelamaan cerita... Kelanakuliner pun akhirnya mencoba semangkuk porsi Bakmi Komplet yang berisi PG (bukan Partai Golkar, tapi Pangsit Goreng), PR (juga bukan PuRel yang cantik tapi Pangsit Rebus, hehehe), ETM (yang ini juga bukan Etometic Teller Machine - maksa banget kan?- tapi Es Teh Manis). Dan sebagai hasilnya adalah ......................................... (bentar lagi asyik mengingat kenikmatan sensasi makan bakmi..... hmmmm) rasanya tak kalah dengan Bakmi GM (kenapa seh disebut Bakmi Gajah Mada? Emang bakminya segede-gede Gajah Mada... atau emang jaman dulu Gajah Mada doyan bakmi ya? Ahh gak jelas... Tapi konon menurut buku sejarah Indonesia, Bakmi GM dikasih nama seperti itu karena si pedagang bakmi dulu sekali awalnya dagang bareng Gajah Mada.... eh bukan maksudnya dagang di Jalan Gajah Mada... dasar beg*!)

Memang ada idiom di dunia "perbakmian" bahwa jadulbang (jaman dulu banget) patokan makanan bakmi yang enak adalah Bakmi GM, setelah beberapa tahun, muncul lah nama-nama mirip yang juga dikelola oleh warga Cina lainnya seperti Bakmi GK (lagi-lagi bukan Golongan Karya tapi Gang Kelinci). Bakmi GK ini pun juga begitu populer di kalangan masyarakat Jakarta, namun sedikit sekali yang tahu persis, bahwa Bakmi GK menggunakan B2 (alias bukan BlueBand tapi BaBi). lihat tulisan saya yang pertama kali di link kelanakuliner ini.

Kembali ke laptop, eh salah kembali ke pokok bahasan Bakmi Mie-Kita Utan Kayu. Resto Bakmi yang masih dalam pengawasan langsung Petrus (bukan Petrik dan juga bukan Petruk, apalagi Patrick Starfish temannya Spongebob Squarepants). Menurut pengakuan Petrus, usaha waralaba Bakmi Mie-Kita yang dikelolanya ini jelas berbeda dengan usaha waralaba lainnya yang sejenisnya. "Kebanyakan para pemilik waralaba bakmi lainnya itu, setelah mendapatkan uang investasi, maka mereka tidak memberikan yang intens dan berkelanjutan". Itulah sebabnya saya lebih mengutamakan para pelanggan, tambahnya, karena pada akhirnya yang menentukan adalah pasar.

Lelaki humoris yang penuh pengalaman pahit selama hidupnya di masa kecilnya ini menegaskan, bahwa tanggung jawab dirinya tidak berhenti setelah si pemilik modal menyerahkan uangnya membeli merk Bakmi Mie-Kita. "Seumur hidup saya membuka komunikasi, kapanpun mereka butuh saya untuk konsultasi usaha yang telah belasan tahun saya tekuni ini," ungkapnya sambil berpromosi. Kelanakuliner sendiri mengakui bahasa tubuh dan caranya berkomunikasi yang mampu meyakinkan orang lain untuk mau bekerjasama waralaba. Saya jadi ingat film klasik The God Father, dimana ada satu quote populer Marlon Brando dalam film itu, "I'm going to make him an offer he can't refuse."

Lelaki Petrus Puspo Sutopo memang jago bisa meyakinkan para mitra dan koleganya dengan prinsip belajar dari pengalaman, dan yang penting pertama kali adalah skill, kemudian kejujuran, keuletan, baru modal, demikian ungkapnya. Makanya tak heran jika akhirnya ia memilih untuk berwirausaha. dan mengembangkan usahanya dengan konsep waralaba dan kemitraan seperti BO (Business Opportunity). Seiring itu ia juga mempunyai filosofi hidup yang ingin menolong orang. "Dari kecil Saya hidup banyak ditolong orang, maka Saya bercita-cita ingin menolong orang. Baik itu karyawan maupun para pemilik modal," tandas Petrus.

Pada kenyataannya, Petrus membuktikan hal itu dengan seringnya ia meningkatkan pembinaan kinerja kepada para karyawannya yang sering dirolling ke setiap cabang yang berbeda maupun cabang baru. "Saya hanya mau memberikan bantuan tenaga kerja ahli (karyawan) saya yang telah lebih dari 6 bulan pengalamannya bekerja dengan saya, demi mempertahankan kualitas SDM di tiap cabang waralaba lain yang baru dibuka," pungkasnya.

Sekarang ini di Jakarta, setidaknya ada 5 cabang waralaba, mulai dari Salemba, Tebet, Kelapa Gading, Sunrise Garden, juga termasuk Bogor.

Bila Anda tertarik ingin merasakan nikmatnya ratusan pilihan menu Bakmi Mie-Kita, maka bisa langsung kunjungi Bakmi Mie-Kita Jl. Utan Kayu No. 106, Jakarta Timur atau menghubungi telepon
(021) 9704.3*** - 9704.3***
untuk pesan antar lokasi terbatas. Sedangkan pesan antaran radius lebih jauh dikenakan ongkos kirim Rp. 2.500,-
Perjalananku kali ini sedikit diganggu dengan rusaknya si jago ngebut motor biruku, Honda CB 1972 125 cc yang kain hari kian cantik saja kendaraan antik itu... Setelah masuk bengkel yang profesional dan pelayanannya sangat menjanjikan, kelanakuliner berjalan dan mencari kendaraan umum, bis Metromini jurusan pramuka, menuju kantor Is Plaza RM Gurih.
Sambel Sambil jepret sana, jepret sini dengan kamera digitalku, tahu-tahu seorang pemuda memberikan salam tersenyum sayapun membalas senyumnya dan memutar memori otakku mencoba mengingat dimana saya mengenalnya. Teman kampuskah? Teman sekolahkah atau orang yang berkunjung ke rumahku untuk survey kredit bank, atau orang asuransi pendidikan yang sering mengontakku?

Alhamdulillah, dengan sikap sesopan mungkin akhirnya saya teringat kembali, rupanya dia teman adik kandungku. Aahhh... forget it lah, yang penting sekarang ada teman dan dengan baik hatinya dia tawarkan mengantarku ke kantor Is Plaza. Namun aku akhirnya minta diturunkan di perapatan Utankayu, dan meneruskan berjalan kaki dengan niat canvasing (susur jejak kuliner baik berjalan kaki maupun berkendaraan, yah ini kan kelana kuliner yang sebenarnya, kan?) Perjalanan meniti pinggiran jalan Utankayu menuju tembusan jalan ke Pramuka Raya itulah, aku melihat satu ruko yang tampak masih baru. Bakmi Mie-Kita. Sepertinya asyik juga dan lumayan akrab di telinga nama resto ini.

Waktu menunjukkan pukul 14.17 WIB dan langsung saja masuk setelah melewati interior ruangan yang dominan kuning muda dan hijau itu yang juga berhiaskan lukisan neo-klasik karya seniman Jogja. Di ujung meja dapur, saya mencoba mencari informasi tentang sang pemilik dan tepat di bagian bawah meja kasir sekaligus loket layanan pesan, sebuah poster informasi waralaba Bakmi Mie-Kita terpampang manis (satu trik pemasaran yang cukup cerdik, untuk menangkap peluang pasar baru - setidaknya itulah yang dikatakan sang pemilik waralaba Petrus). Tertulis di poster itu "Peluang Usaha (Busines Opportunity) Waralaba Bakmi Mie-Kita, yang ditawarkan ke seluruh wilayah Indonesia. Makanan Sehat, Enak dan Murah. Tipe waralaba, kelas "Food Court - Modal hanya 77jt", "Mini Resto - Modal hanya 160jt", "Resto - modal cuma 175jt", BEP (Titik Balik Impas) 12 s/d 16 bulan. Hubungi Petrus/Nadir No. Telp 08588.3262.658 atau 0856.9292.5050."

Setelah beberapa waktu, kontak pertama saya justru langsung dengan sang pemilik waralaba pak Petrus, tapi belakang waktu saya tahu bahwa ternyata saya berhubungan dengan Nadir, sang penerima waralaba dan pemilik ruko di Utankayu. Kami pun membuat janji bertemu dan saya masih beranggapan akan bertemu dengan pemilik waralaba, Petrus Puspo Sutopo.

Kurang dari satu jam, dan nyaris saja saya tenggelam dalam tidur di kursi makan yang berbentuk sofa tinggi RM Bakmi Mie-Kita, saat bertelepon ria dengan kolega, akhirnya datang juga, Nadir. Walaupun saya sudah tahu, lelaki Arab (ganteng eh... jangan ah nanti GR dan salah tafsir lagi) ini, tapi saya mencoba "melucu" menanyakan nama dirinya, "Dengan pak Petrus?" (emang ada yah orang Arab yang namanya Petrus? Kalo di "sana" ya pastinya ada lah!...Sayangnya saya lupa mematikan HP saya yang masih OL dengan kolega... ih nggak etis buanget deh gue!), "Saya Nadir, pak," jawabnya menerima jabatan tangan perkenalan diri saya. (by the way... aku jadi ingat satu istilah... sampai ke titik nadir... titik terendah di horizon langit... so what's the meaning of Nadir?)


Setelah berkenalan dan berbincang dengan Nadir, lelaki keturunan Arab kelahiran Jeddah 28 tahun lalu ini, ternyata menyenangkan diajak berdiskusi. Menurutnya, dengan berwaralaba Bakmi Mie-Kita setidaknya keinginannya untuk berwiraswasta dan asyik duduk manis di rumah bisa dilakukan. "Tapi biarpun begitu seperti yang ditawarkan oleh franchisor, saya masih kepingin ikut nimbrung sibuk terjun ke bisnis usaha resto bakmi ini," ujarnya serius. Bujangan yang akan merencanakan menikah dengan adik sahabat lamanya pada tahun depan ini menegaskan, justru dirinya memang mau bersibuk-sibuk ria untuk jadi pengusaha yang tahu banyak hal tentang bagaimana memproduksi usaha resto bakmi.

Sebagai gambaran betapa rumit dan sibuknya usaha Bakmi Mie-Kita, jumlah sajian menunya saja hingga seratus lebih. Bisa dibayangkan, bukan bagaimana banyaknya SOP (bukan semacam sop buntut, coy... tapi Standard Operation Procedure - alias Prosedur Operasi Baku) dan beragamnya suplay bahan baku menu masakan. "Wajar saja Mas, kalau masalah product knowledge, sebaiknya ditanyakan langsung kepada pak Petrus... Dia yang lebih paham dengan segala macam menu itu," ujarnya merendah.

Bagi saya bukan itu saja masalahnya, namun yang paling penting adalah bagaimana seh sebenarnya rasa dari bakminya itu sendiri. Apa sama hebat dan lezatnya dengan sang legendaris Bakmi GM? Ah nggak usah kelamaan cerita... Kelanakuliner pun akhirnya mencoba semangkuk porsi Bakmi Komplet yang berisi PG (bukan Partai Golkar, tapi Pangsit Goreng), PR (juga bukan PuRel yang cantik tapi Pangsit Rebus, hehehe), ETM (yang ini juga bukan Etometic Teller Machine - maksa banget kan?- tapi Es Teh Manis). Dan sebagai hasilnya adalah ......................................... (bentar lagi asyik mengingat kenikmatan sensasi makan bakmi..... hmmmm) rasanya tak kalah dengan Bakmi GM (kenapa seh disebut Bakmi Gajah Mada? Emang bakminya segede-gede Gajah Mada... atau emang jaman dulu Gajah Mada doyan bakmi ya? Ahh gak jelas... Tapi konon menurut buku sejarah Indonesia, Bakmi GM dikasih nama seperti itu karena si pedagang bakmi dulu sekali awalnya dagang bareng Gajah Mada.... eh bukan maksudnya dagang di Jalan Gajah Mada... dasar beg*!)

Memang ada idiom di dunia "perbakmian" bahwa jadulbang (jaman dulu banget) patokan makanan bakmi yang enak adalah Bakmi GM, setelah beberapa tahun, muncul lah nama-nama mirip yang juga dikelola oleh warga Cina lainnya seperti Bakmi GK (lagi-lagi bukan Golongan Karya tapi Gang Kelinci). Bakmi GK ini pun juga begitu populer di kalangan masyarakat Jakarta, namun sedikit sekali yang tahu persis, bahwa Bakmi GK menggunakan B2 (alias bukan BlueBand tapi BaBi). lihat tulisan saya yang pertama kali di link kelanakuliner ini.

Kembali ke laptop, eh salah kembali ke pokok bahasan Bakmi Mie-Kita Utan Kayu. Resto Bakmi yang masih dalam pengawasan langsung Petrus (bukan Petrik dan juga bukan Petruk, apalagi Patrick Starfish temannya Spongebob Squarepants). Menurut pengakuan Petrus, usaha waralaba Bakmi Mie-Kita yang dikelolanya ini jelas berbeda dengan usaha waralaba lainnya yang sejenisnya. "Kebanyakan para pemilik waralaba bakmi lainnya itu, setelah mendapatkan uang investasi, maka mereka tidak memberikan yang intens dan berkelanjutan". Itulah sebabnya saya lebih mengutamakan para pelanggan, tambahnya, karena pada akhirnya yang menentukan adalah pasar.

Lelaki humoris yang penuh pengalaman pahit selama hidupnya di masa kecilnya ini menegaskan, bahwa tanggung jawab dirinya tidak berhenti setelah si pemilik modal menyerahkan uangnya membeli merk Bakmi Mie-Kita. "Seumur hidup saya membuka komunikasi, kapanpun mereka butuh saya untuk konsultasi usaha yang telah belasan tahun saya tekuni ini," ungkapnya sambil berpromosi. Kelanakuliner sendiri mengakui bahasa tubuh dan caranya berkomunikasi yang mampu meyakinkan orang lain untuk mau bekerjasama waralaba. Saya jadi ingat film klasik The God Father, dimana ada satu quote populer Marlon Brando dalam film itu, "I'm going to make him an offer he can't refuse."

Lelaki Petrus Puspo Sutopo memang jago bisa meyakinkan para mitra dan koleganya dengan prinsip belajar dari pengalaman, dan yang penting pertama kali adalah skill, kemudian kejujuran, keuletan, baru modal, demikian ungkapnya. Makanya tak heran jika akhirnya ia memilih untuk berwirausaha. dan mengembangkan usahanya dengan konsep waralaba dan kemitraan seperti BO (Business Opportunity). Seiring itu ia juga mempunyai filosofi hidup yang ingin menolong orang. "Dari kecil Saya hidup banyak ditolong orang, maka Saya bercita-cita ingin menolong orang. Baik itu karyawan maupun para pemilik modal," tandas Petrus.

Pada kenyataannya, Petrus membuktikan hal itu dengan seringnya ia meningkatkan pembinaan kinerja kepada para karyawannya yang sering dirolling ke setiap cabang yang berbeda maupun cabang baru. "Saya hanya mau memberikan bantuan tenaga kerja ahli (karyawan) saya yang telah lebih dari 6 bulan pengalamannya bekerja dengan saya, demi mempertahankan kualitas SDM di tiap cabang waralaba lain yang baru dibuka," pungkasnya.

Sekarang ini di Jakarta, setidaknya ada 5 cabang waralaba, mulai dari Salemba, Tebet, Kelapa Gading, Sunrise Garden, juga termasuk Bogor.

Bila Anda tertarik ingin merasakan nikmatnya ratusan pilihan menu Bakmi Mie-Kita, maka bisa langsung kunjungi Bakmi Mie-Kita Jl. Utan Kayu No. 106, Jakarta Timur atau menghubungi telepon
(021) 9704.3*** - 9704.3***
untuk pesan antar lokasi terbatas. Sedangkan pesan antaran radius lebih jauh dikenakan ongkos kirim Rp. 2.500,-

Senin, 04 Oktober 2010

Awali Kesuksesan dengan kebiasaan memberi.....

Menerima sesuatu pemberian orang lain, apakah itu hadiah, sekedar pujian atau sesuatu lainnya pasti sangat menyenangkan. Tidak hanya bagi anak-anak, siapapun Anda, apakah orang tua atau masih muda, apakah orang kaya atau miskin, apakah direktur atau karyawan biasa, pemimpin atau rakyat biasa, tentu merasa senang menerima hadiah atau sesuatu dari orang lain. Apalagi kalau sesuatu itu adalah yang memang kita harapkan dan kita tunggu-tunggu, inilah momen yang paling menyenangkan. Inilah perasaan dari sisi seseorang yang menerima sesuatu pemberian orang lain.


Bagaimana dengan seseorang yang menjadi ?subjek? atau orang yang memberikan sesuatu kepada orang lain ? Perasaan apa yang dirasakannya ? Apa imbalan yang akan didapatkannya ?. Seringkali orang salah mengartikan memberikan sesuatu kemudian berharap segera mendapatkan imbalan dari orang yang diberinya. Ini adalah prinsip yang salah yang dapat menghilangkan nilai dari pemberian itu, karena tidak dilakukan dengan niat keikhlasan hati.


Prinsip kebiasaan memberi dan berbagi sesungguhnya adalah prinsip investasi kepercayaan. Karena prinsip mendahulukan memberi, bukan menunggu dan meminta adalah prinsip melepaskan energi kebaikan dari dalam diri. Ingatlah prinsip aksi min reaksi. Bahwa sebuah aksi akan menciptakan reaksi. Dan prinsip kebiasaan memberi kebaikan akan menghasilkan pula sesuatu kebaikan, yakni berupa meningkatnya investasi energi kepercayaan dari orang lain.


Dalam berbisnis, dalam bekerja sebagai karyawan, dalam berkarya, dalam melakukan berbagai bidang kehidupan, kalau Anda ingin mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan awalilah dengan kebiasaan memberi dan berbagi, bukan menunggu dan meminta. Karena kebiasaan memberi adalah melepaskan energi positif dari dalam diri. Energi ini sesungguhnya tidak pernah hilang dari muka bumi, hanya akan berubah bentuk saja.


Energi positif berupa kebaikan ini akan kembali kepada diri kita dalam jumlah yang berlipat ganda. Bisa saja dalam bentuk yang berbeda-beda, misalnya mendapatkan kebahagiaan hati, kesenangan batin, ketenangan, kemudahan hidup, rejeki, keselamatan atau ditolong orang lain. Inilah prinsip hukum kekekalan energi.

Apa sih yang harus diberikan ?

Apa sih yang harus dibagikan ?
Apakah harus uang, harta atau Perhatian ?

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mungkin terlintas dalam benak Anda.


Banyak hal yang dapat diberikan dan dibagikan kepada orang lain, tidak harus harta dan uang. Berikut ini beberapa hal kecil selain harta dan uang yang dapat dibagikan kepada orang lain sehingga dapat meningkatkan kepercayaan, contohnya:


- Memberikan perhatian yang tulus kepada orang lain
- Memberikan penghargaan kepada orang lain
- Mau mengerti penderitaan dan kesulitan orang lain
- Mau mendengarkan orang lain berbicara
- Menjadikan orang lain merasa penting dihadapan kita
- Memberikan pujian kepada orang lain
- Menolong orang yang memerlukan bantuan
- Berbagi pengalaman dan ilmu pengetahuan
- Mengerti perasaan orang lain
- Dll


Intinya awalilah dengan kebiasaan memberi dan berbagi, bukan menunggu dan meminta. Mengawali dengan kebiasaan memberi sebenarnya adalah mengikuti sifat-sifat mulia Allah SWT yang sudah ?built in? dalam hati kita. Yakni sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim atau Maha Pengasih dan Maha Penyayang.


Inilah prinsip memulai dengan mengucapkan niat ?Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang?. Jadikanlah hal ini sebagai kebiasaan dalam setiap memulai langkah kehidupan dan rasakan efektivitasnya dalam kehidupan Anda.

10 Tips For First-time Entrepreneurs

Young entrepreneursBy Scott Gerber of Entrepreneur.com: There are far too few resources directly addressing the nonacademic trials and tribulations young entrepreneurs face along their journey.

Whenever possible, I encourage up-and-comers and established entrepreneurs to mentor the next generation of dream-seekers, for it is this insight and insider education that will provide the foundation for the entrepreneurs of tomorrow.

With that, here are 10 pieces of advice that I wish someone had given to me before I launched my first venture.

1. Focus. Focus. Focus.

Many first-time entrepreneurs feel the need to jump at every “opportunity” they come across. Opportunities are often wolves in sheep’s clothing. Avoid getting side-tracked. Juggling multiple ventures will spread you thin and limit both your effectiveness and productivity.

Do one thing perfectly, not 10 things poorly. If you feel the need to jump onto another project, that might mean something about your original concept.

2. Know what you do. Do what you know.

Don’t start a business simply because it seems sexy or boasts large hypothetical profit margins and returns. Do what you love. Businesses built around your strengths and talents will have a greater chance of success.

It’s not only important to create a profitable business, it’s also important that you’re happy managing and growing it day in and day out. If your heart isn’t in it, you will not be successful.

3. Say it in 30 seconds or don’t say it at all.

From a chance encounter with an investor to a curious customer, always be ready to pitch your business. State your mission, service and goals in a clear and concise manner. Fit the pitch to the person. Less is always more.

4. Know what you know, what you don’t know and who knows what you don’t.

No one knows everything, so don’t come off as a know-it-all. Surround yourself with advisors and mentors who will nurture you to become a better leader and businessman. Find successful, knowledgeable individuals with whom you share common interests and mutual business goals that see value in working with you for the long-term.

5. Act like a startup.

Forget about fancy offices, fast cars and fat expense accounts. Your wallet is your company’s life-blood. Practice and perfect the art of being frugal. Watch every dollar and triple-check every expense. Maintain a low overhead and manage your cash flow effectively.

6. Learn under fire.

No business book or business plan can predict the future or fully prepare you to become a successful entrepreneur. There is no such thing as the perfect plan. There is no perfect road or one less traveled.

Never jump right into a new business without any thought or planning, but don’t spend months or years waiting to execute. You will become a well-rounded entrepreneur when tested under fire. The most important thing you can do is learn from your mistakes - and never make the same mistake twice.

7. No one will give you money.

There, I said it. No one will invest in you. If you need large sums of capital to launch your venture, go back to the drawing board. Find a starting point instead of an end point. Scale down pricey plans and grandiose expenditures.

Simplify the idea until it's manageable as an early stage venture. Find ways to prove your business model on a shoestring budget. Demonstrate your worth before seeking investment. If your concept is successful, your chances of raising capital from investors will dramatically improve.

8. Be healthy.

No, I'm not your mother. However, I promise that you will be much more productive when you take better care of yourself. Entrepreneurship is a lifestyle, not a 9-to-5 profession. Working to the point of exhaustion will burn you out and make you less productive. Don't make excuses. Eat right, exercise and find time for yourself.

9. Don’t fall victim to your own business bullshit.

Don’t talk the talk unless you can walk the walk. Impress with action not conversation. Endorse your business enthusiastically, yet tastefully. Avoid exaggerating truths and touting far reaching goals as certainties. In short, put up or shut up.

10. Know when to call it quits.

Contrary to popular belief, a smart captain does not go down with the ship. Don’t go on a fool’s errand for the sake of ego. Know when it’s time to walk away.

If your idea doesn’t pan out, reflect on what went wrong and the mistakes that were made. Assess what you would have done differently. Determine how you will utilise these hard-learned lessons to better yourself and your future entrepreneurial endeavors.

Failure is inevitable, but a true entrepreneur will prevail over adversity.

Scott Gerber is Entrepreneur.com's Young Entrepreneur columnist and CEO of Gerber Entertainment, a brand development and venture management company.

Franchise Award Announces Finalists

Clapping, franchisee awardsA shortlist of 16 franchisees from across the UK have been drawn up for the prestigious bfa HSBC Franchisee of the Year Awards 2010.

Operating in sectors as diverse as automotive, fast food, home improvement and lettings, the finalists encapsulate the best qualities in franchising.

They will now pitch to the bfa judging panel of Sir Bernard Ingham, president of the bfa, Brian Smart, general director of the bfa, Cathryn Hayes, HSBC’s head of franchising, Paul Monaghan, director of The Franchise Development Centre and Hannah Poulton, associate of the Franchise Team.

Franchisees shortlisted – in alphabetical order by region - are as follows:

1) London & the South East

Wayne Mearns, Belvoir Lettings, Southend-on-Sea & Basildon
Guy Whittaker, Dairy Crest, Guildford
Peter Sullivan, McDonald’s, London


2) Scotland

George Stewart, Apollo Blinds, Hamilton
Frank Sutherland, Autosmart, Aberdeenshire
Stephen McMurray, Signs Express, Falkirk


3) The Midlands

Chris Bird, Autosmart, Stoke-on-Trent
Peter Morrison, Granite Transformation, Cambridge
Glyn Pashley, McDonald’s, Coventry


4) The North

Pamela Schure & Colin Belton, Belvoir Lettings, West Cumbria
Andy & Vicky Thompson, Card Connection, Gateshead
Catharine & Mike Chalton, Home Instead Senior Care, Wirral
Gerald Thompson, McDonald’s, Manchester & Oldham


5) The South West and South Wales

Nick Bourne, Cash Generator, Weymouth
Andy & Shelley Stewart, Dream Doors, Dorset & Taunton
Claire Lamputt, LighterLife, Bridgend


Once the 16 finalists have presented to the bfa panel the five regional winners will be chosen to compete for the coveted UK bfa HSBC Franchisee of the Year Award 2010.

All the winners will be announced at a gala awards dinner at The NEC Birmingham on 30th September.
Cathryn Hayes, HSBC’s head of franchising, said: “We have seen some truly inspirational franchisees through the nominations again this year and it just goes to show that British entrepreneurialism is most definitely alive and well – despite the recent challenges brought by the economic conditions.

“As a leading bank working with franchisees across the UK, we’ve seen innovation and revolutionary business problem solving as a very positive theme. This has been reflected in the bfa HSBC Franchisee of the Year Award 2010 nominations, and the final fifteen are a real credit to the franchise industry.
“We are very much looking forward to meeting the individuals behind some of the best franchises in the UK as part of the final judging stage.”

Ben Nealon, classified advertising manager from awards support, Express Newspapers, said: “The calibre of franchisees in the UK for this year’s awards is once again tremendous. Many are utilising the brand activity being undertaken by the franchisor, however many are also working hard to build local awareness as part of growing the business through difficult economic conditions.

“It’s very pleasing to see some of these tactics coming through in the finalists, demonstrating how important local awareness is for business success.”

Brian Smart, director general, bfa, concluded: “Having a strong and supportive franchisor is clearly important however it is the drive and entrepreneurial spirit of the franchisee which can be the difference between a good and an exceptional business. This year’s nominations for the bfa HSBC Franchisee of the Year Awards highlight the qualities needed to succeed, demonstrating innovation, creativity and the will to be as good as they possibly can and therefore all should be congratulated.

“We have a very strong finalist line-up going into the face-to-face judging stage and although the decisions will be tough, we’re looking forward to awarding the UK’s best franchisees who really have excelled this year.”

PELUANG WIRAUSAHA BARU : Apprenticeships; The Do’s and Don’ts

ApprenticesBy the National Apprenticeship Service (NAS): Summer holiday's may see some chilling on a beach, but for those who’ve just left school and are stepping into the world of work as an apprentice, this time of year is anything but relaxing.

In fact, while incredibly exciting it can also be very nerve racking.

Getting something wrong in the classroom may result in a bad grade or detention. But for new apprentices getting it wrong at work could impact on your customers, your boss, and your organisation.

The transition is a big one. So to help all those new apprentices just about to start work, our young Apprenticeship ambassadors have teamed up to create some top tips on how to get the very best start - and on wowing the boss.

First day

Your first day at work doesn’t have to be daunting, it’s a great experience, enjoy it! Plan your journey making sure you arrive on time. Ask lots of questions, the more you ask the more you’ll find out about your new employer. Be enthusiastic. Showing willingness to learn will set a positive first impression.

The apprentices also firmly believe first impressions count. Looking the part and being smart will show that you are confident and people will take you more seriously.

Impressing your boss

Enthusiasm is amazing, is shows you’re committed and passionate! It’s a great way to show off your strengths and capabilities. Offer lots of ideas. Putting your mark on something will show initiative which your employer will love!

Prioritising your workload is an effective way of making sure you stay on top of things. Make a list of everything you have to do, give your tasks a timeline and complete urgent things first. And remember, if it all starts to get a bit much just speak to your manager, they are there to help and will want to know about problems straight away. But if you also have a possible solution ready they’ll be really impressed.

Moving up

And last but not least, being motivated will help you to remain focused and keep that job, suggest our expert apprentices. Having a goal to work towards encourages you to keep going. Always think about what it is you will achieve. Ask your employer for objectives and development opportunities, learn new things and take pride in what you do, feeling proud of a job well done!

Mohamed Mohsen, one of the Young Apprenticeships Ambassadors, says his Apprenticeship was the best thing he ever did: “There was lots of peer pressure to go to college, as it was what all my friends were doing, but instead I took up an Apprenticeship in admin and it was the best decision I ever made. My Apprenticeship has filled me with confidence, it changed my life and I’d do it again!”

Business Presentation Tips

Businesswoman, business presentationFrom Nazir Daud of CityLocal: In business, like in life, presentation is important.

Your customers' perception of your sales staff, your back-office staff and yourbrand help to mould how they perceive your business, and their likelihood of doing business with you.

Here are six tips that you can follow which will entice your customers to sign on the dotted line:

Look smart

As the saying goes, don't judge a book by its cover. Unfortunately, people do and you can use this to your advantage. Make sure you're looking well groomed for the occasion. The consequences are far less severe if you overdress, rather than under-dress, so keep this in mind when deciding on suitable attire.

Don't read from a PowerPoint presentation

Slides are meant to enhance your presentation, not be your presentation. Try to use PowerPoint presentations to show graphs, images and figures that are harder to understand when spoken. You should also try to make slides easy to digest, this means the customer will be focused on you more, and your slides less.

Practise makes perfect

Try to practise doing your presentation as much as possible. Try to focus less on the exact wording used, and more on the overall message. Ask a friend or co-worker to listen in and here what they have to say. While you may not have to follow their feedback word-for-word, it is hard to judge your own presentation when you're the one presenting.

It's even better if you present to someone within your business who you don't know as well.

Don't bury your head in your notes

It's easy to bury your head in your notes when doing a business presentation. Try not to. One of the best ways to avoid this is to ensure that you don't prepare what you'll say word-for-word. Only work on an overall message.

Or, if you must read from notes, only lower your head at the start of each sentence, read what you have to say and then lift your head and address your audience. Retro tip - pick something, or someone, at the back of the room to focus on.

Adopt a conversational tone

When presenting, it is easy to sound like your doing a book reading. This is particularly the case when you have prepared too much. Try to only prepare by creating a list of bullet points, and this will allow you to make your business presentation sound more conversational.

Through making impromptu comments you will be able to address this issue, and allow your prospects to focus on what your business can deliver.

Objection - handle as you go

When you are dealing with a small group, address their issues as you go. Make your prospects feel comfortable to ask questions when they come up and address them before moving onto the next part of your presentation.

This may kill the flow, but when the customer wants to interrupt let them. If something is nagging them, and they cannot get it out of their mind, then it will be harder for them to focus on what it is that you want to say

The World's Smallest Multinational in 12 Days

How small can a multinational company be?

Precisely as big as one person, according to Sebastien Eckersley-Maslin, CEO of Sebastien International, and the organisation's sole employee.

Eckersley-Maslin, who left the Australian Navy to set up a business with a budget of just $500, is now embarked on an epic journey around the world to secure enough clients to fulfil his dream of establishing the world's smallest multinational.

Taking in cities including Tokyo, Paris, New York and San Francisco in just 12 days, his latest stop is London on Monday 4 October at the Walkabout Bar in Covent Garden.

Sebastien will be championing the cause of the Oneforone Group, which gives people a socially conscious choice when making a purchase by donating a similar product on a one-for-one basis to an individual of need in an impoverished local or international community.

If he can succeed in securing multinational status in 12 days, he intends to submit a film of his efforts to the Guinness Book of World Records.

“In today’s business world, you don’t have to be big to be big and I aim to prove it. This is a great example of an Aussie business punching above its weight on the global stage,” says Eckersley-Maslin.

Minggu, 25 Juli 2010

Sedekah itu Gak Nunggu Ikhlas

"Sedekah itu seikhlasnya" kalimat itu biasanya yang saya gunakan kalo diminta sumbangan. "Maksudnya seikhlasnya apa sih pak" tanya temen saya, "kalo ada uang ya ngasih kalo gak ada uang ya jangan dipaksakan", jawab saya. " sering sedekah?" tanya temen saya, " ya karena jarang punya uang ya jarang", jawab saya. " Lagian juga kalo punya uang kalo ngasihnya gak ikhlas percuma aja gak ada pahalanya", saya nambahin.

Lain waktu,
"Pak ada mobil keliling yang suka minta sumbangan tuh di depan rumah", kata anak saya, "Bilangin gak ada ", jawab saya. "Belum tentu dananya juga bener disalurkan jangan2 dipake sendiri, daripada ngasihnya gak ikhlas mendingan gak usah aja" kata hati saya.

Lain waktu lagi,
"Pak nih ada edaran dari Panitia Pembangunan Mesjid di kompleks Bapak diminta jadi donatur untuk pembangunan Mesjid", kata istri saya. "Males ah, nyumbang pake diumumin segala, itu riya namanya nanti gak ikhlas jadinya", jawab saya.

Kata "ikhlas" menjadi senjata pamungkas saya sebagai tameng untuk tidak memberi.
Percuma memberi kalo gak ikhlas, dan sialnya ikhlas itu lama banget datangnya ke diri saya sehingga bertahun tahun saya menjadi orang yang jarang memberi.

Pertemuan saya dengan komunitas TDA di Milad 3 yang menghadirkan Ustad Lihan mengubah pola pikir saya dalam bersedekah. Buku2 dan ceramah Ustad Yusuf Mansur serta tulisan Ippho Santosa banyak memberi wawasan baru mengenai nilai2 sedekah.

Untuk bersedekah sebenarnya gak usah nunggu ikhlas dulu, lakukan aja sesering mungkin. Bisa saja dalam 10 kali kita bersedekah yang 6 tidak ikhlas awalnya tapi masih lumayan ada 4 yang ikhlas. Dan kalo sering bersedekah lama2 akan jadi kebiasaan sehingga Nilai ikhlasnya sudah lebih banyak lagi yang pada akhirnya nanti bersedekah itu sudah menjadi kebiasaan sehari2.

Kalo bersedekah ada unsur riya juga lakukan aja, toh yang rugi diri kita sendiri kalo yang menerima sih masih bisa merasakan kebahagian. Lumayan masih tidak merugikan orang lain.

Semua kegiatan yang baik memang awalnya harus dipaksa dulu sambil jalan diharapkan kesadaran mulai muncul.

Coba simak;
Sholat itu harus khusyu, memang kalo gak khusyu gak usah sholat?
Puasa itu harus bisa menjaga hawa nafsu, memang kalo gak bisa menjaga hawa nafsu gak usah puasa?

Bukannya lebih baik;
Sholat aja dulu nanti juga lama2 bisa khusyu
Puasa aja dulu nanti juga lama2 bisa menahan hawa nafsu
Sedekah aja dulu nanti juga lama2 bisa ikhlas.....

Jadi untuk bersedekah ternyata gak usah nunggu ikhlas dulu yang penting lakukan saja jangan dipikir jangan dihitung....

..Just Action !!!

Saat ini Divisi TDA Peduli sedang menggalang dana untuk acara Santunan Ramadhan TDA Peduli yang dikomandani oleh pak Dewanto dan pak Irwan Subik, Semoga sahabat2, rekan2 TDA Bekasi bisa ikut berpartisipasi dalam acara tersebut.

Salam berbagi

Ato Sunarto

Memberi Dulu Baru Meminta atau Menerima Jilid II

Konteks kalimat dari judul catatan yang kecil yang saya buat di atas juga sebenarnya menyangkut dengan kegiatan TDA yang akan dilaksanakan tanggal 14 September yaitu Buka Bersama dengan anak-anak Yatim Piatu langsung dari sumbernya di Panti Asuhan,.. udah pasti ini penghuni anak-anak Yatim atau Piatu atau Yatim Piatu.

Tahun lalu saya dan team dari 400 Education (www.400education.com) plus dibantu beberapa temen TDA adalah panitianya,.. tahun lalu cukup sukses baik dari pembagian donasi untuk anak-anak yatim maupun saat penyelenggaraan, ada Marawis, Ceramah dan Doa serta Buka Puasa bersama dengan di hadiri 100 an anak-anak.

Jujur saja saya sebagai Ketua Panitia Buka Puasa bersama dan santunan anak yatim tahun lalu sangat terharu dan sempet merasakan sedih campur senang dengan acara ini,.. berkat temen-temen TDA semua acara ini bisa berhasil dilaksanakan.. saya merasakan bahwa saya mendapat malam Lailatul Qadar versi saya,.. indahnya berbagi dengan sesama walau kita dalam keadaan sulit.

Ya itu intinya,.. berbagi kesenangan, memberikan santunan jangan hanya dalam keadaan kita hidup berlebihan,.. saat kita susah pun kita harus mengeluarkan santunan dan berbagi kesenangan,..kata-kata itu yang terus saya ingat dari Ustadz Mahfudin, temen saya Imam Masjid di kompleks rumah, juga sebagai temen tidur saat Itikaf di Masjid.

Tahun lalu adalah tahun sulit buat saya yang baru keluar kerja atau full TDA kemudian banting setir menjadi pengusaha, dari 5 bisnis semuanya rontok, macem2 penyebabnya.. intinya saya serakah, ingin buru2 cepet kaya dan ingin semua bisnis di lakonin padahal saya cuma pemula disana, ... Alhamdulillah ada Partner yang ingin bekerjasama sampai sekarang.

Anehnya saat saya sulit saya justru bersemangat untuk jadi Ketua Panitia Buka Puasa Bersama dan Santunan Anak Yatim lewat komunitas TDA,.. justru semua yang saya bisa Sedekah, saya sedekahkan mulai dari Uang, Baju-baju muslim/koko yang pernah saya jual dulu di ITC, tenaga dan lain-lain,.. saya hanya berfikir tahun ini adalah ujian terberat buat saya dan saya harus lulus dalam ujian itu,.. kita sama-sama tahu di TDA itu memberi dulu baru menerima kemudian seperti yang sering di ceritakan Pak Roni founder TDA, itu aja patokan saya .. Memberi dulu baru menerima,...

Alhamdulillah acara buka puasa dan santunan lancar,.. doa-doa saya panjatkan dan saya serahkan semua kepada Allah SWT hasilnya. Justru dari sahabat saya Pak Hasan Basri bulan lalu mengatakan kepada saya bahwa semua FOUNDER TDA baru mendapatkan hasil nyata yaitu profit dari bisnisnya setelah 2 tahun berusaha membangun komunitas TDA ini.

Betul sekali saya lihat juga begitu, mulai dari saya Agus Ali dengan usaha IT Training Manajemen (www.400education.com) dan Otomotif, Pak Hasan Basri, dengan www.grosirtanahabang.com plus buka kios di Tanah Abang dengan Pak Edi, Pak Iim sukses dengan www.dokterkomputer.com dan www.400education.com, Bu Yulia dengan Moz5 dan cabang2nya, Pak Abduh dengan Batik nya, Pak Hantiar dan Bu Waru yang sukses pameran di Paris dengan batiknya juga, Pak Hertanto yang makin sibuk aja pemilik beberapa perusahaan akhirnya berimbas ke Pak Roni, pemilik Manet yang tahun ini menghasilkan omset terbesarnya, juga mendapatkan anak penantiannya, dan saat ini sudah mau nambah lagi.

Kalo di pikir-pikir dan di inget-inget ternyata yaa judul diatas bener juga, kalo ada pertanyaan "Kalo kita Memberi efek Menerimanya kapan ??" wah kita gak tau hanya Allah SWT yang tahu, yang pasti para founder sudah melakukannya saat dahulu, kalo saat sekarang merasakan dampaknya setelah 2 tahun membangun usaha dan komunitas ini itu adalah hasil terbaik,.. maka itu jangan di tanya lagi soal kapan Memberi kapan Menerima,.. yang penting kasih aja dulu..

Maka itu saat Ramadhan sekarang adalah momen yang tepat untuk memberi sebanyak-banyaknya,.. semua Ustadz, Kiyai atau Guru ngaji pasti setuju,.. di Hadist dan AlQuran juga jelas menyebutkan itu.. jangan takut kita jatuh miskin dengan mengeluarkan infaq atau sedekah, Insya Allah pasti dibalas dengan nilai yang berkali lipat, banyak sekali contoh itu di TDA bisa dibalas langsung, lewat setahun atau dua tahun lewat dikabulkannya permintaan lain yang tidak terduga.

Ayo ..mari kita berlomba memberikan santunan buat anak-anak dan adik-adik kita di rumah yatim piatu, yang diadakan Panitia dari TDA ini, jangan cuma bergabung di komunitas TDA aja, walau masih TDB atau Ampibi, tetep harus buktikan TDA mu,..




Wassalam


Agus Ali
http://agusali.blogspot.com

Behavioural Flexibility

Ambillah lima sendok makan garam, kemudian masukkan seluruhnya ke dalam sebuah gelas. Isi gelas itu dengan air, tapi jangan sampai penuh. Aduklah. Setelah garam larut seluruhnya dalam air, celupkan jari telunjuk anda. Tanpa harus menunggu lama, arahkan jari telunjuk itu ke lidah anda. Apa rasanya?

Asin? So pasti.

Coba ambil lima sendok makan garam, lalu masukkan ke dalam sebuah ember. isilah ember tersebut dengan air. Aduk sebentar sampai garamnya larut seluruhnya. Celupkan kembali jari telunjuk anda, dan rasakan kembali. Asinkah? MUngkin masih asin, tidak seasin percobaan pertama.

Berikutnya, coba bawa air dalam gelas dan air dalam ember ke sebuah kolam renang. Campurkan seluruh air itu dengan air di kolam renang. Apa rasanya? Tidak ada sedikitpun rasa asin, sekalipun ke dalam kolam renang dimasukkan 10 sendok makan garam yang sudah dilarutkan.

Percobaan sederhana itu menjelaskan sebuah fenomena yang dikenal sebagai kelenturan perilaku (behaviour flexibility). Percobaan sederhana ini menjawab berbagai pertanyaan seperti ini :

1. Mengapa ada orang yang sukarela mengakhiri hidup dengan menggantung diri ketika patah hati atau ditolak cintanya, sedangkan di sisi lain ada orang yang menerima kondisi itu dan mencoba mencari calon lain untuk pasangan hidupnya?

2. Mengapa ada orang yang membakar pabrik bekas tempatnya bekerja karena di PHK, sementara ada orang lain yang kemudian mencari pekerjaan lain atau bahkan memulai sebuah usaha dan kemudian bisa sukses?

3. Mengapa ada kasus perkelahian atau bahkan pembunuhan gara-gara uang receh, sedangkan di sisi lain ada orang yang masih cengar-cengir ketika ditimpa kerugian milyaran rupiah?

4. Mengapa ada orang yang langsung pingsan atau meninggal gara-gara dapat undian berhadiah seratus juta rupiah, sedangkan di sisi lain ada orang yang masih mengeluh ketika bisnisnya hanya menghasilkan keuntungan seratus juta dollar?

5. Ada orang yang kebal kritik, tetapi di sisi lain ada orang yang sedikit tersinggung, golok bicara ...

Masih banyak contoh lain. Dan artikel ini bukan sekedar mengumpulkan contoh.

Respon manusia terhadap suatu kejadian, bukan tergantung pada jumlah 'garam'nya, tetapi lebih pada seberapa banyak 'air' yang dimilikinya. Orang-orang yang 'air'nya sedikit, bagaikan petasan dengan sumbu pendek. Begitu sumbunya tersulut api, langsung meledak. Dapat cobaan sedikit saja, putus asa. Dapat sedikit kesulitan, mengeluh. Ada sedikit halangan, ngomel. Sedikit tersinggung, golok bicara. Mereka hanya punya satu pilihan. Bakar!

Mereka yang punya 'air' lumayan banyak, memiliki beberapa pilihan respon. Jika diuji dengan masalah, ia punya pilihan lain selain putus asa. Ketika menghadapi kesulitan, ia punya pilihan lain selain mengeluh. Ketika menghadapi halangan, ia punya pilihan lain selain ngomel.


Wassalam

Zaenal Abidin

Punya Kantor Tapi Tidak Punya Ruang Kerja

Saya memberikan ruang kerja pribadi saya kepada tim kreatif untuk mereka pakai. Pasalnya, ruangan mereka ACnya mati dan butuh biaya cukup besar untuk menggantikannya. Ada 4 AC yang seharusnya diganti. Setelah dihitung, ternyata anggarannya tidak mencukupi.

Sejak awal tahun saya memang sudah mencanangkan kebijakan uang ketat. Harus hemat pengeluaran. Maklum, lagi krisis, jadi harus hati-hati untuk keluar uang. Kalau pun harus keluar, harus dihitung betul efektivitas penggunaannya.

Saya memberikan 3 pilihan kepada tim saya:

1. Mengganti AC dengan yang baru dengan anggaran sekian. Ternyata tidak mencukupi.

2. Memperbaiki AC yang rusak. Ternyata kondisi AC tersebut sudah sekarat dan sulit diperbaiki.

3. Menawarkan ruangan saya untuk dipakai. Pasalnya, saya jarang ke kantor dan lebih banyak melakukan pekerjaan dari rumah. Pekerjaan saya sebenarnya sederhana tapi bernilai mahal, yaitu: berpikir. Hehe...

Akhirnya mereka memutuskan untuk memilih yang ketiga. Ya sudah, saya pun harus mengalah dan tersingkir. Sekarang saya tidak punya ruangan pribadi. Sekarang saya sering "menumpang" untuk sekedar membuka laptop atau menggunakan telepon kantor.

Beruntung, sejak awal tahun ini ruangan lantai dasar sudah direnovasi. Sebagian untuk ruangan display produk dan menerima pembeli. Sisanya ada 2 ruangan meeting yang cukup nyaman untuk bertemu dengan mitra atau tamu lainnya. Nah, di ruangan multi fungsi inilah saya sering duduk-duduk menerima tamu, membaca dan sebagainya.

Ternyata, keputusan saya yang cukup "heroik" dan out of the box ini dibela oleh Keith R. McFarland, penulis buku The Breakthrough Company yang sedang saya baca.

Ia mengatakan, bahwa perusahaan hebat yang ia teliti melakukan hal ini, yaitu "memahkotai perusahaan". Apa maksudnya? Perusahaan-perusahaan yang hebat dan melakukan breakthrough, dalam risetnya, berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan organisasi yang dibangun di atas dasar keyakinan bahwa kebaikan organisasi, harus menjadi penggerak perusahaan.

Pertanyaannya, apakan suatu organisasi dibangun untuk memenuhi kebutuhan pemimpinnya atau keluarga pendirinya, ataukah ia dipergunakan untuk memperjuangkan sesuatu yang lebih besar daripada siapa pun yang menjadi anggotanya?

Apakah perusahaan saya membangun sesuatu yang jauh lebih besar daripada pemiliknya? Itu pertanyaan berat yang harus saya jawab dengan bukti nyata. It's easier said than done.

Pemilik perusahaan yang menyadari hal ini harus meletakkan kepentingan perusahaan di atas kepentingan mereka sendiri, mengarahkan kekuatan dari semua tingkatan untuk membangun masa depan perusahaan.

Ada sangat banyak pemimpin, yang telah mencapai keberhasilan hingga tataran tertentu, yang cenderung menjadikan organisasi mereka menjadi hamba bagi kepentingan mereka sendiri.

Hmm... saya jadi teringat para eksekutif perusahaan besar yang tengah kolaps meregang nyawa di Amerika sana. Mereka lalu lalang dengan pesawat jet pribadi, bahkan ketika hendak "mengemis" dana talangan dari pemerintah untuk menyelamatkan perusahaan mereka. Sbuah perusahaan yang telah di-bail-out oleh pemerintah, dananya digunakan untuk membayar bonus para eksekutifnya sampai puluhan juta dollar. Biarlah perusahaan bangkrut, yang penting gue tetap hidup enak, nyaman dan tenteram, mungkin itu pikiran yang ada di benak mereka.

Di bisnis UKM, saya sering menyaksikan para pemilik bisnis yang bergaya selangit. Belum apa-apa sudah beli mobil mewah dan rumah megah. Padahal, gironya sering mental. Yang penting gaya dulu, soal hutang itu persoalan nanti. Apalagi mereka "merasa" punya bargaining yang kuat terhadap mitra bisnisnya.

Teringat dengan Sam Walton, orang terkaya di dunia pemilik Wal Mart. Dia itu biar pun sudah kaya bukan kepalang, ke mana-mana masih tetap mengendarai mobil truk tuanya. Kalau naik pesawat, selalu kelas ekonomi. Tidur di hotel pun selalu yang kelas murah dan tempat tidurnya bisa di-sharing dengan rombongannya.

Tulisan ini sekaligus mengingatkan diri saya pribadi. Apakah saya tengah memahkotai diri saya sendiri atau perusahaan? Paling tidak, saya merasa cukup nyaman dengan keputusan yang telah saya ambil itu. Saya mengalah untuk "memahkotai" perusahaan saya.

Bagaimana dengan anda?


Salam FUUUNtastic! SuksesMulia!
Wassalam,

Kunci Sukses Berbisnis

Seperti yang pernah saya ulas dalam tulisan pertama. Pada dasarnya pilar bisnis Virgin Group dibagi menjadi tujuh pilar utama.

Ketujuh bidang tersebut meliputi : People, Brand, Delivery, Learning from Mistake and Setbacks, Innovation, Entrepreneurs & Leaderships, and Social Responsility.

People: finding good people and set them free, key success dalam sebuah bisnis adalah mencari orang yang tepat yang akan menjalankan bisnis tersebut. Menurut Richard Branson patokan utama yang harus dipegang teguh adalah karakter dan integritas, passion terhadap bisnis yang akan dijalani dan open minded terhadap ide ide baru. Skill menjadi prasyarat nomor sekian karena semua skill bisnis bisa di pelajari asal kita punya passion yang besar.

Dengan pola bisnis Virgin Group yang hampir semuanya di jalankan melalui ventura, people menduduki deretan teratas dalam prioritas bisnis Virgin Group. Semua karyawan kunci yang diajak bisnis oleh Richard Branson selalu mendapat bagian saham. Sampai dengan saat ini sudah ratusan karyawan kunci Virgin Group yang menjadi milyuner berkat system Ventura yang di jalankan.

Virgin Group juga sangat menghargai kebebasan karyawan dalam inovasi. Semua karyawan harus terbuka, saling berkomunikasi dalam mengemukakan ide dan gagasannya. Tidak ada ide yang bodoh. Ide bodoh adalah ide yang tidak diungkapkan.

Yang rada unik, pada awal awal bisnisnya. Richard Branson sangat percaya bahwa kalau sebuah bisnis karyawannya sudah mencapai 100 orang maka harus di pecah. Dibuat unit bisnis baru. Karyawan yang terlalu banyak tidak akan menumbuhkan kreatifitas dan memperlambat proses pengambilan keputusan.....

Brand and Delivery: Conventional wisdom yang dianut oleh hampir seluruh perusahaan besar dunia adalah focus pada apa yang kita ketahui, focus pada passion dan skill terbaik yang kita miliki.

Dari konsistensi focus dan selalu berusaha mencari perbaikan pada apa yang kita tekuni. Lahirlah brand brand dunia yang sangat besar. Coca Cola & Pepsi focus pada minuman soda. Microsoft, Oracle & SAP focus pada software, Intel focus pada processor dan Nike ataupun Adidas focus pada sepatu olahraga.

Namun Virgin adalah sebuah pengecualian. Virgin merupakan sebuah brand besar yang tidak focus pada hanya satu bidang usaha saja. Lini usahanya merentang dari rekaman, media, penerbangan, telekomunikasi, resort, kebugaran, keuangan, kereta api sampai wisata ruang angkasa. Virgin memiliki keunikan tersendiri.

Lantas apakah Virgin tidaklah focus ? Salah besar kalau kita menyangka Virgin tidak memiliki focus.

Untuk menopang brand yang sangat besar, focus Virgin adalah virgin customer experience. Virgin tidak focus pada produk atau bidang usaha yang digeluti. Tetapi apapun produk dan bidang usaha itu, haruslah memiliki Virgin customer experience.

Fokus pada usaha terus menerus untuk memberikan yang terbaik buat customer, membuat customer merasa istimewa dan bahagia pada setiap produk dengan brand Virgin. Hal ini juga merupakan salah satu filosofi bisnis paling utama dari pendirinya, Richard Branson.

Gaya hidup Richard Branson juga turut mengerek brand Virgin dimata customer. Gaya hidup eksentrik, santai sekaligus pekerja keras, risk taker, fearless, cinta damai, pro lingkungan dan keperdulian yang sangat tinggi pada warga yang kurang mampu.

Salah satu nasehat utama Richard Branson untuk membuat brand kita tetap dicintai customer adalah, “ Dalam bisnis atau produk apapun sebuah brand. Anda harus deliver apa yang dijanjikan. Jangan pernah menjanjikan apapun yang tidak bisa Anda deliver “.

Delivery adalah soal detail. Rincian sampai sekecil mungkin mengenai harapan customer akan produk atau jasa yang kita tawarkan. Kegagalan membuat sebuah rincian harapan customer merupakan awal kegagalan sebuah delivery dan tanda tanda hancurnya sebuah brand.

The devil is in detail. Dalam setiap bisnis yang ingin dimasukinya, Richard Branson selalu minta sebuah perencanaan detail segala aspek bisnis tersebut kepada mitra yang mengajak. Opini pihak ketiga dari masing masing ahli dibisnis itu juga selalu dia mintakan. Tak jarang ahli tersebut kemudian bergabung pula dalam bisnis yang dimasuki ini.

Konsistensi Richard Branson dalam urusan detail inilah yang merupakan kunci sukses dalam setiap bisnis yang dia masuki. Seolah memiliki sentuhan midas, bisnis apa saja yang dimasuki pasti sukses. Tidak sedikit perusahaan yang hampir bangkrut menjadi sukses besar setelah di branding dengan brand Virgin.

Virgin customer experience seolah menjadi mantra jaminan bagi jutaan customer yang dilayani.

Design by infinityskins.blogspot.com 2007-2008