“Apakah seorang untuk menjadi pengusaha itu harus memiliki keterampilan dulu?”
Saya rasa, ini pertanyaan bagus. Pertanyaan yang sama pernah juga hinggap dibenak saya, yaitu saat saya baru memulai menjadi pengusaha.
Saat pertanyaan ini saya balikkan pada mereka, ternyata sebagian besar mahasiswa mengatakan: “Perlu terampil dulu, baru berani memulai usaha.”
Saya rasa jawaban mereka tidak bisa disalahkan. Mereka cenderung menggunakan logika rasional. Padahal menurut saya, untuk menjadi pengusaha, kita harus berani dulu memulai usaha, baru setelah itu memiliki keterampilan. Bukan sebaliknya, terampil dulu, baru berani memulai usaha.
Sebab, saya melihat di Indonesia, ini sebenarnya banyak sekali pengangguran yang tidak sedikit memiliki keterampilan tertentu. Namun, mereka tidak punya keberanian memulai usaha. Akibatnya, keterampilan yang dimiliki apakah itu diperolehnya saat sekolah atau bekerja sebelumnya, akhirnya banyak yang tidak dimanfaatkan. Itu kan sayang sekali.
Seperti yang saya alami sendiri, saat membuka restoran Padang Sari Raja. Saya katakana pada mereka, bahwa terus terang tidak bisa membuat masakan padang yang enak. Saya penikmat masakan padang. Tetapi saya tidak tahu bumbunya apa saja yang membuat masakan tersebut enak. Saya katakan pada mereka: “Saya bisanya hanya nggodog wedang atau merebus air. “Itu artinya apa? Saya bisa punya usaha restoran, karena saya punya keberanian”.
Begitu juga, saat saya dulu membuka usaha Bimbingan Belajar Primagama. Saya belum pernah mengajar atau menjadi tentor di tempat lain. Bahkan saya belum pernah menjadi karyawan di perusahaan orang lain. Namun, saya memberanikan diri untuk membuka usaha tersebut. Sebab, saya berpendapat, kalau kita tidak punya keterampilan, maka banyak orang lain yang terampil di bidangnya bisa menjadi mitra usaha kita.
Oleh karena itu bagi saya, yang terpenting adalah keberanian dulu membuka usaha. Apapun jenisnya, apapun namanya. Sebab, sesungguhnya, untuk menjadi pengusaha, keterampilan bukan segala-galanya. Tetapi keberanian memulai usaha itulah yang harus kita miliki terlebih dahulu.
Banyak contoh, orang yang sukses menjadi manajer, tapi ternyata belum tentu sukses sebagai entrepreneur. Sebaliknya, seseorang yang di awal memulai usaha tidak memiliki keterampilan majerial, tetapi ia memiliki keberanian memulai usaha, banyak yang ternyata berhasil. Orang jenis terakhir ini selain memiliki keberanian, juga mengembangkan jiwa entrepreneur. Oleh karena itulah saya kira, jiwa entrepreneur harus kita bangun atau kita bentuk sejak awal.
….
seperti diceritakan oleh Purdie E Chandra di:
http://www.purdiechandra.net/jadi-entrepreneur/2009/04/berani-dulu-baru-terampil/